b. Pecking Order Theory
Menurut Brealey 2004 : 412 : The pecking order explains why the most profitable firms generally
borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt
because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for
external finance.
Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan
perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap
pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan 2004 dalam
Sarasati, 2013 : 20 menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan
karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan
membuat harga saham akan turun”. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas.
Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan
akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada. Berdasarkan pendanaan atas pecking order theory, perusahaan cenderung memilih
Universitas Sumatera Utara
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan
laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan
investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.
Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. 2010 :
157 mempunyai empat poin penting yaitu:
a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi.
b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan
dicari. c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan
memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.
d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order
akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai
pilihan terakhir.
c. Signaling Theory