metode Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada metode Sharpe diganti dengan beta Reksa Dana saham. Langkah pertama
yaitu menentukan premi Reksa Dana saham terlebih dahulu. Langkah kedua yaitu mencari beta Reksa Dana saham. Beta merupakan cerminan
dari risiko pasar. Beta diukur dengan regresi premi return Reksa Dana saham sebagai variabel dependen dan premi return pasar sebagai variabel
independen. Premi return Reksa Dana saham diperoleh dari selisih antara return Reksa Dana dan rata-rata investasi bebas risiko. Sedangkan premi
return pasar diperoleh dari selisih antara return pasar dan rata-rata investasi bebas risiko. Langkah terakhir yaitu membagi premi Reksa Dana
saham dengan beta Reksa Dana saham.
3. Metode Jensen
Metode Jensen menggunakan faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu Reksa Dana saham yang didasarkan atas pengembangan
Capital Asset Pricing Model CAPM. Langkah pertama dalam teori ini adalah menentukan tingkat pengembalian yang dihasilkan Reksa Dana.
Tingkat pengembalian Reksa Dana dapat diperoleh dari Nilai Aktiva Bersih NAB per unit. Langkah kedua adalah menentukan beta Reksa
Dana saham yang merupakan risiko sistematik Reksa Dana saham. Langkah ketiga yaitu menentukan rata-rata tingkat pengembalian pasar
IHSG dan LQ45. Return IHSG dan LQ45 diperoleh dari selisih IHSGLQ45 pada periode pengamatan dan IHSGLQ45 pada periode
sebelum pengamatan dibagi dengan IHSGLQ45 pada periode sebelum
pengamatan. Langkah selanjutnya yaitu mengurangi rata-rata tingkat return pasar IHSG dan LQ45 dengan rata-rata tingkat return bebas risiko
dan selanjutnya mengalikan hasil pengurangan tersebut dengan beta Reksa Dana saham. Hasil perkalian tersebut dijumlah dengan rata-rata return
bebas risiko. Selanjutnya rata-rata return Reksa Dana dikurangkan dengan hasil penjumlahan di atas.
Setelah diperoleh hasil kinerja Reksa Dana saham menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen pada kondisi pasar bullish dan bearish,
selanjutnya yaitu membandingkan kinerja Reksa Dana dengan kinerja benchmark. Data yang digunakan yaitu NAB per unit penyertaan, IHSG dan
LQ45. Langkah pertama yaitu mencari kinerja Reksa Dana saham dan kinerja benchmark IHSG dan LQ45 yang dapat dilihat dari return Reksa Dana
saham dan return benchmark IHSG dan LQ45 selama periode bullish dan bearish. Langkah selanjutnya yaitu membandingkan kinerja Reksa Dana
saham dan kinerja benchmark, apabila kinerja Reksa Dana melebihi kinerja benchmark maka dinyatakan sebagai Reksa Dana outperform, namun jika di
bawah kinerja benchmark akan dinyatakan sebagai Reksa Dana underperform.
D. Paradigma Penelitian