Kecerahan Warna L Kemerahan Warna a Kekuningan b

25 Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa peningkatan susut bobot terbesar adalah pada komposisi 14-16 O2 2-4 CO2 yaitu sebesar 0.48 , dan dilanjutkan komposisi normal 0.47 , komposisi 16-18 O2 2-4 CO2 0.45 , dan komposisi 14-16 O2 4-6 CO2 dengan nilai susut bobot terkecil yaitu 0.39 .

3. Total Padatan Terlarut

Bila dilihat pada Gambar 12, pada setiap komposisi terjadi kecenderungan nilai total padatan terlarut menurun, namun dengan pola grafik yang fluktuatif. Komposisi 14-16 O 2 2- 4 CO 2 , meskipun nilai akhir pengujian total padatan terlarut tidak paling tinggi, namun penurunan nilai total padatan terlarut pada komposisi 14-16 O 2 2-4 CO 2 tidak begitu signifikan, dan memiliki bentuk grafik yang paling stabil. Nilai total padatan terlarut pada komposisi 14-16 O 2 2-4 CO 2 pada hari ke-6 adalah 16.47 o Brix. Sementara pada komposisi 16-18 O2 2-4 CO2 , komposisi 14-16 O2 4-6 CO2, dan komposisi normal berturut-turut adalah 17.53 o Brix, 17.02 o Brix, dan 15.8 o Brix. Dan pada awal pengukuran, nilai total padatan pada tiap komposisi sama yaitu 17.57 o Brix. Gambar 12. Perubahan nilai o Brix sawo selama penyimpanan 10 o C

4. Laju Perubahan Warna

Untuk pengukuran indeks perubahan warna dilakukan dengan alat cromatometer, nilai indeks warna yang akan diamati akan keluar dalam data L, a dan b.

a. Kecerahan Warna L

Dari hasil pengukuran perubahan tingkat kecerahan selama penyimpanan, dapat dilihat pada grafik di bawah menunjukan bahwa terjadi penurunan tingkat kecerahan untuk semua komposisi selama enam hari penyimpanan suhu 10 o C. Pola penurunan tingkat kecerahan dari setiap komposisi juga relatif sama dengan ini dapat diakibatkan nilai yang juga saling mendekati. Kecerahan menurun untuk semua komposisi paling signifikan dari hari ke-0 sampai hari ke-2. 26 Setelah itu hari-hari beriktunya tingkat kecerahan cukup stabil. penurunan tingkat kecerahan bisa dikarenakan kehilangan kadar air dan perubahan karoten pada bagian daging buah. Secara kasat mata juga dapat terlihat semakin hari buah akan terlihat pucat. Gambar 13. menunujukkan perubahan nilai kecerahan L irisan segar buah sawo berlapis edibel selama penyimpanan pada suhu 10 o C. Gambar 13. Perubahan nilai kecerahan L irisan segar buah sawo berlapis edibel selama penyimpanan pada suhu 10 o C.

b. Kemerahan Warna a

Perubahan nilai kemerahan warna a yang terlihat pada Gambar 14. cenderung konstan, namun fluktuatif, yaitu mengalami kenaikanpenurunan diawal, namun pada akhirnya kembali mendekati nilai awal. Pada komposisi 16-18 O 2 2-4 CO 2 dan komposisi 14-16 O 2 2- 5 CO 2 nilai kemerahan warna naik sampai hari ke-4 kemudian turun mendekati awal di hari ke- 6. Sedangkan pada komposisi normal stabil sampai hari ke-2, kemudian turun di hari ke-4 dan kembali naik pada hari ke-6. Sedangkan untuk komposisi 14-16 O 2 4-6 CO 2 nilai kemerahan warna terbilang konstan dari awal hingga akhir penyimpanan. 27 Gambar 14. Perubahan nilai kemerahan a irisan segar buah sawo berlapis edibel selama penyimpanan pada suhu 10 o C.

c. Kekuningan b

Perubahan warna kekuningan dari irisan segar buah sawo berlapis edibel, cenderung menurun untuk semua komposisi. Dengan nilai penurunan yang relatif sama. Namun pada komposisi 14-16 O 2 2-4 CO 2, pada hari ke-2 memiliki kekuningan paling tinggi yaitu 27.94 dari awalnya adalah 29.94. Dan nilai kekuningan komposisi 14-16 O 2 4-6 CO 2, 14- 16 O2 2-4 CO 2, 16-18 O2 2-4 CO 2, dan komposisi normal pada hari ke-6 berturut- turut adalah 26.11, 25.79, 25.59, 25.67. Hal ini seperti dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Perubahan nilai kekuningan a irisan segar buah sawo berlapis edibel selama penyimpanan pada suhu 10 o C. 28

5. Hasil Uji Organoleptik