16
d. Penentuan Jenis Film Kemasan
Jenis  film  kemasan  ditentukan  setelah  percobaan  kadar  kombinasi  O
2
dan  CO
2
yang  optimum  diketahui.    Nilai  permeabilitas  bahan  yang  diperlukan  dihitung berdasarkan kombinasi O
2
dan CO
2
optimum yang diperoleh dari penelitian sebelumnya menggunakan  plastik  terpilih  menggunakan  persamaan  2  dan  3  di  bawah  ini  Deily
dan Rizvi, 1981: ……………………………..…..2
………………………………….3
Di  samping  menggunakan  jenis  plastik  film  terpilih,  plastik  jenis  lain  dengan permeabilitas  berbeda  digunakan  sebagai  pembanding.    Rancangan  berupa  berat  produk
optimal  yang  akan  dikemas  dapat  diperoleh  berdasarkan  persamaan  4  sebagai  berikut Mannapperuma dan Singh, 1989:
............................4
dimana: W   :   berat bahan yang dikemas kg
Py   :   permeabilitas terhadap O
2
ml.milm
2
.jam.atm Pz   :   permeabilitas terhadap CO
2
ml. milm
2
.jam.atm ya   :   konsentrasi O
2
udara normal y     :   konsentrasi O
2
dalam kemasan A    :   luas permukaan kemasan m
2
za    :   konsentrasi CO
2
udara normal z      :   konsentrasi CO
2
dalam kemasan Ry   :   laju konsumsi O
2
ml.milm
2
.jam.atm Rz   :   laju konsumsi CO
2
ml.milm
2
.jam.atm b      :   tebal kemasan mil
Untuk pengamatan kadar O
2
dan CO
2
dalam kemasan, dibuat dua buah lubang pada salah satu  sisi  kemasan  yang  dihubungkan  dengan  selang.    Kemasan  yang  telah  terisi  produk  ditutup
rapat  menggunakan  mesin  sealer  serta  kedua  selang  dihubungkan  menggunakan  konektor berbentuk  huruf  “L”.    Pengukuran  terhadap  konsentrasi  O
2
dan  CO
2
dilakukan  setiap  hari, sedangkan pengamatan penyusutan bobot, kekerasan, perubahan warna, total padatan terlarut, dan
uji organoleptik tiap dua hari sekali hingga buah dalam keadaan tidak optimal.   Setiap perlakuan dilakukan dalam tiga kali ulangan.
17
D. Pengamatan Mutu
1. Susut bobot
Laju penurunan susut bobot dilakukan berdasarkan presentase penurunan berat bahan awal penyimpanan hingga akhir masa penyimpanan.  Berikut untuk menghitung susut bobot digunakan
persamaan dibawah ini:
dimana: W1: bobot sampel pada awal penyimpanan g
W2: bobot sampel pada akhir penyimpanan g
2. Uji warna
Dalam  pengukuran  perubahan  warna  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  chromameter Minolta CR200.  Data warna yang dihasilkan dinyatakan dengan nilai L untuk kecerahan, nilai a
untuk  warna  kromatik  campuran  merah-hijau,  dan  nilai  b  untuk  warna  kromatik  biru-kuning. Nilai  L  menyatakan  kecerahan  yaitu  cahaya  pantul  yang  menghasilkan  warna  akromatik  putih,
abu-abu,  dan  hitam,  bernilai  0  untuk  warna  hitam  dan  bernilai  100  untuk  warna  putih.    Bila  L yang  semakin  besar  menunjukan  irisan  buah  sawo  semakin  rusak  karena  warnanya  semakin
pucat.  Nilai a menyatakan akromatik merah-hijau, bernilai +a dari 0-80 untuk warna merah dan bernilai -a dari 0--80 untuk hijau.  Nilai b menyatakan akromatik kuning-biru, bernilai +b dari
0-70  untuk  warna  kuning  dan  bernilai –b  dari  0--70  untuk  biru.    Pengujian  yang  dilakukan
dengan  menempelkan  sensor  alat  tersebut  pada  irisan  segar  buah  sawo  berlapis  edibel  dan menembakan sinar pada tiga bagian yang berbeda.
3. Uji total padatan terlarut
Dalam  pengukuran  perubahan  warna  dilakukan  dengan  menggunakan  alat  refractometer. Irisan segar buah sawo berlapis edibel yang diuji dihancurkan sehingga didapatkan sarinya yang
kemudian  dilakukan  pengukuran  kadar  gula.    Pengamatan  mutu  ini  dilakukan  dengan  tiga  kali ulangan  terhadap  masing-masing  sampel.    Besarnya  padatan  terlarut  dinyatakan  dalam  satuan
o
Brix.
4. Uji kekerasan
Dalam  pengukuran  perubahan  kekerasan  dilakukan  dengan  menggunakan  rheometer, diukur  tingkat  ketahanan  buah  terhadap  jarum  penusuk.    Pengujian  kekerasan  terhadap  sampel
dilakukan  pada  tiga  titik  yang  berbeda,  yaitu  bagian  ujung,  bagian  tengah  dan  bagian  pangkal dengan dua kali pengulangan.  Data yang diperoleh kemudian dirata-ratakan.