3.1.3 Perbedaan Dalam Bidang Pendidikan
3.1.3.1 Peranakan
3.1.3.1.1 Sebelum 1965
Pada masa awal kemerdekaan banyak terjadi diskriminasi bagi Etnis Tionghoa baik itu yang dari Totok maupun yang dari peranakan.
Untuk itulah dari kelompok mereka banyak yang mendirikan sekolah- sekolah sendiri yang menggunakan Bahasa Pengantar Tionghoa.
Keberadaan sekolah-sekolah ini pada awalnya banyak mendapatkan perhatian serius dari golongan Etnis Tionghoa karena dapat
melestarikan kebudayaan nenek moyang mereka Iwan Permana Raharja wawancara tanggal 18 April 2005.
Pada perkembangan selanjutnya sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa pengantar Tionghoa mulai dilarang. Kebijakan
yang diambil oleh pemerintah ini beralasan agar lebih membauran Etnis Tinghoa dengan Penduduk pribumi. Adanya sekolah-sekolah
berbahasa Tionghoa menimbulkan esklusifitas yang tinggi bagi kalangan Etnis Tionghoa karenanya oleh pemerintah sekolah semacam
ini ditutup Iwan Permana Raharja wawancara tanggal 18 April 2005.
3.1.3.1.2 Sesudah 1965
Kebijakan pemerintah Orde Baru dalam bidang pendidikan sangat berpihak kepada kebijakannya mengenai asimilasi. Sekolah-
sekolah Etnis Tionghoa yang menggunakan bahasa Tionghoa dihapuskan dan mengharuskan semuanya menggunakan bahasa
Indonesia Indonesianisasi. Proses Indonesianisasi yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya berlaku bagi sekolah-seolah melainkan
juga terhadap penulisan Ijazah mereka di dalam Raport laporan hasil belajar maupun Surat Tanda Tamat Belajar STTB. Jika sebelumnya
mereka boleh menuliskan nama Tionghoa Mereka dalam STTB maupun Raport, pada masa Orde Baru hal itu di haramkan Iwan
Permana Raharja wawancara tanggal 18 April 2005.
3.1.3.2 Totok
3.1.3.2.1 Sebelum 1965
Golongan Etnis Tionghoa Totok tidak mengalami perbedaan yang mencolok dengan pendidikan yang diterima oleh Golongan Etnis
Tionghoa Peranakan. Kebanyakan dari Etnis Tionghoa Totok lebih memilih sistem pendidikan yang ortodok, artinya mereka mendidik
keluarga dan anak-anak mereka dirumah dan dilakukan oleh keluarga mereka sendiri. Pada era pemerintahan Soekarno mereka yang yang
menjadi perantauan di Indonesia tidak bisa mengikuti pendidikan yang ada di Indonesia karena umumnya Etnis Tionghoa Totok belum mahir
berbahasa Indonesia. Sebelum dihapusnya sekolah-sekolah berbahasa Tionghoa kebanyaan Enis Tionghoa Golongan Totok menyekolahkan
anaknya di sekolah-sekolah tersebut Iwan Permana Raharja wawancara tanggal 18 April 2005.
3.1.3.2.2 Sesudah 1965
Pada masa Orde Baru Etnis Tionghoa Totok hampir sama dengan masa sebelumnya, dalam mendidik anak-anak mereka
dilakukan dengan cara ortodok. Tidak berbaurnya pendidikan yag dilakukan oleh Etnis Tionghoa Totok disebabkan oleh permasalahan
bahasa mereka. Mereka tidak mahir dalam bahasa Indonesia sehingga ketika akan memasukkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah
berbahasa Indonesia tidak dilakukan oleh mereka Iwan Permana Raharja wawancara tanggal 18 April 2005.
3.1.4 Perbedaan Dalam Haluan Politik