Kepadatan penduduk yang semakin berambh banyak menyisakan banyak masalah terutama di bidang ketenagakerjaan. Indrustri yang ada di
Kudus ikut membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan. Tidak sedikit pula masyarakat Kudus yang mengikuti program transmigrasi yang dicanangkan
oleh pemerintah.
2.1.3 Kepercayaan Masyarakat
Agama utama masyarakat Kudus adalah Agama Islam dimana sebagian besar masyarakatnya memeluk agama tersebut. Penyebaran
Agama Islam di Kudus dilakukan oleh Wali Songo, Kudus dijadikan penyebaran agama Islam zaman kesultanan demak. Daerah ini dahulu
bernama “loram” Salam 1962:55, namun pada waktu Islam masuk yang dibawa oleh Sunan Jafar Sodik atau yang dikenal sebagai sunan
Kudus kemudian menganti daerah ini dengan nama Kudus. Dalam penyebaran agama Islam Sunan Kudus dikenal sebagai seorang sunan
yang fundamental dan ortodok jika dibandingkan dengan sunan-sunan yang ada di Wali Songo Castles 1982:76. Sebagai contoh beliau
melarang penduduk Loram untuk menyembelih hewan sapi, hal ini digunakan untuk menghormati pemeluk agama lain dan menghargai
para mualaf yang baru masuk Islam. Padahal makan daging sapi tidak diharamkan oleh agama Islam. Nampaknya larangan tersebut masih
dipatuhi sampai hari ini Salam 1962:6. Ajaran dan petunjuk yang diberikan oleh Sunan Kudus
tanpaknya sedikit banyak mempengaruhi sifat masyarakat muslim
Kudus terhadap Agama lain. Walaupun muslim di Kudus menganggap bahwa orang non-muslim adalah kafir, bukan berarti agama lain yang
tidak dihormati disana. Hal ini terbukti dengan didirikannya rumah tempat peribatan Etnis Tionghoa atau klenteng di Kudus barat yang
merupakan tempat tinggal mayoritas masyarakat santri di Kudus. Namun di sisi lain adanya anggapan bahwa Pemerintah Hindia
Belanda yang beragama Kristen sekarang kita sebut “tidak perlu dihormati, sehingga kalaupun mereka memberikan sumbangan bentuk
pendanaan mereka menolak karena tidak patut menerima : uang haram” itu dari pemerintah Hugronje 1982:24.
Islam di Kudus dapat dikatakan sangat kuat, tetapi tidak seluruhnya orang–orang Kudus fanatik terhadap ajaran agama Islam.
Dapat dikatakan bahwa di Kudus polarisasi pembagian wilayah berdasarkan tingkat keagamaan penduduknya. Kudus Barat merupakan
wilayah bagi Islam santri sedangkan Kudus Timur adalah wilayah bagi orang Islam abangan, Tionghoa dan Eropa. Walaupun begitu mayoritas
penduduk di daerah ini memutuskan diri mereka berada di pihak garis santri sementara itu banyak kyai di Kudus yang mempunyai kesaktian
Castles 1982:102-103. Pada masa Orde Baru kegiatan keagaman di Kudus berjalan
dengan damai. Pemerintah bahkan turut campur dalam masalah ini, dengan dalih menjaga keamanan stabilitas dan kesatuan bangsa.
Pemerintah melarang segala bentuk perayaan keagamaan secara besar-
besaran kecuali dilakukan oleh Agama Islam. Kebijakan pemerintah dibidang kepercayaan pun membuat pnganut aliran kepercayaan tidak
leluasa menjalankannya. Kong Hu Chu tidak diakui sebagai Agama resmi pemerintah Indonesia, hal ini membuat agama ini tidak
mengalami perkembangan yang pesat.
2.1.4 Mata Pencaharian