206 jumlah migran dari Pulau Lain ke Hongkong. Sedangkan penduduk
berpendidikan rendah dan tinggi merupakan faktor pendorong peningkatan migran dari Pulau Lain ke Hongkong.
6.1.2.5. Total Migrasi Internasional
Total migrasi internasional terdiri dari migrasi internasional dari Jawa MIGEXJ
t
, Sumatera MIGEXS
t
, Kalimantan MIGEXK
t
, Sulawesi MIGEXSL
t
dan Pulau Lain MIGEXP
t
. MIGEXJ
t
= MIGJM
t
+ MIGJAS
t
+ MIGJSP
t
+ MIGJH
t
MIGEXS
t
= MIGSM
t
+ MIGSAS
t
+ MIGSSP
t
+ MIGSH
t
MIGEXK
t
= MIGKM
t
+ MIGKAS
t
+ MIGKSP
t
+ MIGKH
t
MIGEXSL
t
= MIGSLM
t
+ MIGSLAS
t
+ MIGSLSP
t
+ MIGSLH
t
MIGEXP
t
= MIGPM
t
+ MIGPAS
t
+ MIGPSP
t
+ MIGPH
t
6.2. Blok Pasar Kerja
Situasi pasar tenaga kerja Indonesia dicirikan oleh relatif terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia di sektor formal dibandingkan jumlah angkatan
kerja yang ada. Akibatnya pasar kerja Indonesia menjadi dualistik, dimana sebagian kecil pekerja bekerja di sektor formal sementara mayoritas pekerja hanya
tertampung di sektor informal yang memiliki kondisi kerja, termasuk upah, yang rata-rata lebih rendah dibandingkan sektor formal. Hal ini ditambah lagi dengan
masuknya angkatan kerja baru ke pasar kerja setiap tahun SMERU, 2003. Beberapa penelitian tentang pasar kerja telah dilakukan baik di dalam
maupun luar negeri. Evilisna 2007 yang meneliti tentang dampak kebijakan ketenagakerjaan menyimpulkan peningkatan upah sektor pertanian berpengaruh
negatif terhadap penurunan pada: 1 permintaan tenaga kerja berpendidikan
207 rendah, menengah dan tinggi di sektor pertanian, 2 permintaan tenaga kerja
berpendidikan menengah dan tinggi di sektor industri, dan 3 permintaan tenaga kerja berpendidikan menengah dan tinggi di sektor jasa.
Islam dan Nazara 2000 mengestimasi pada tahun 1998, sekitar 30 persen buruh memperoleh upah di bawah upah minimum. Kondisi ini menunjukkan
kebijakan upah minimum pada kondisi dimana proporsi buruhkaryawan terhadap total pekerja relatif kecil, tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja
secara keseluruhan.
6.2.1. Permintaan Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain
Hasil estimasi permintaan tenaga kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Pulau Lain menunjukkan daya penjelas yang tinggi. Kondisi ini
terlihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
yang berkisar antara 0.9519 hingga 0.9988, kecuali pada persamaan permintaan tenaga kerja di Pulau Lain.
Nilai koefisien determinasi untuk persamaan ini adalah 0.7645. Ditinjau dari nilai uji F, terlihat bahwa seluruh persamaan permintaan tenaga kerja menunjukkan
semua variabel penjelas yang terdapat pada masing-masing persamaaan permintaan tenaga kerja, dapat menjelaskan variabel endogennya secara nyata
pada taraf α = 0.01.
Nilai estimasi persamaan permintaan tenaga kerja di Jawa yang terlihat pada Tabel 42 menunjukkan secara parsial jumlah industri, pengeluaran
pembangunan dan lag permintaan tenaga kerja di Jawa berpengaruh nyata terhadap permintaan tenaga kerja di Jawa. Jumlah industri di Jawa berpengaruh
positif terhadap permintaan tenaga kerja di Jawa dengan nilai parameter
208 estimasinya 429.4634, artinya peningkatan jumlah industri di Jawa sebanyak satu
unit akan meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja di Jawa sebanyak 430 orang. Jika dilihat dari nilai elastisitasnya, respon permintaan tenaga kerja di
Jawa terhadap jumlah industri bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan kesempatan kerja di Jawa tidak hanya di
sektor industri saja, tetapi ada sektor-sektor lain yang menjadi peluang kerja bagi tenaga kerja di Jawa seperti sektor informal. Sektor ini juga merupakan faktor
penarik bagi migran luar Jawa untuk migrasi ke Jawa. Setiap negara yang membangun memerlukan modal. Modal yang
digunakan berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Teori pembangunan ekonomi banyak menegaskan secara implisit tentang peranan modal dalam proses
pembangunan. Menurut Adam Smith, modal mempunyai peran sentral dalam proses pertumbuhan output. Akumulasi modal sangat diperlukan untuk
meningkatkan daya serap perekonomian terhadap angkatan kerja. Semakin tinggi modal yang tersedia dalam perekonomian, semakin tinggi pula kemampuan
perekonomian tersebut menyerap tenaga kerja. Hasil estimasi memperkuat pernyataan tersebut, dimana peningkatan total
investasi di Jawa pada periode yang lalu menjadi faktor yang melatarbelakangi investor untuk membuka peluang kerja bagi tenaga kerja di Jawa. Tetapi
berdasarkan nilai uji t, lag investasi di Jawa tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut. Kondisi ini terjadi karena total
investasi adalah total investasi di sektor formal, sementara kesempatan kerja di Jawa bukan hanya di sektor formal, tetapi juga di sektor informal.
Peningkatan pengeluaran pembangunan di Jawa sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di Jawa sebanyak 310 orang.
209 Kondisi ini terjadi karena semakin tinggi pengeluaran pembangunan semakin
banyak proyek-proyek pembangunan yang laksanakan oleh pemerintah, baik proyek pembangunan yang baru maupun rehabilitasi proyek pembangunan yang
sudah ada. Dalam pelaksanaan proyek tersebut dibutuhkan tenaga kerja, sehingga permintaan tenaga kerja di Jawa semakin meningkat. Berdasarkan nilai
elastisitas, respon permintaan tenaga kerja terhadap pengeluaran pembangunan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Lag permintaan
tenaga kerja di Jawa menunjukkan adanya peningkatan permintaan tenaga kerja setiap tahun.
Tabel 42. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka Pendek
Jangka Panjang
Permintaan TK di Jawa Intersep
Jumlah Industri di Jawa Lag Total Investasi di Jawa
Pengeluaran Pembangunan di Jawa Lag Permintaan TK di Jawa
DTKJ INDJ
LINVJ GEXPJ
LDTKJ
20694651 429.4634
b
0.2828 309.7854
a
0.4225
b
0.1334 0.0362
0.2309 0.0627
R
2
= 0.9519 F
hit
= 79.1200
a
DW = 1.8285
Hasil estimasi persamaan permintaan tenaga kerja di Sumatera Tabel 43
menunjukkan secara parsial total investasi, pengeluaran pembangunan, luas lahan di Sumatera dan lag permintaan tenaga kerja berpengaruh terhadap permintaan
tenaga kerja di Sumatera. Nilai estimasi total investasi di Sumatera adalah 10.7335, artinya
peningkatan 1 milyar rupiah total investasi akan meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja di Sumatera sebanyak 11 orang. Berdasarkan nilai elastisitas, respon
permintaan tenaga kerja terhadap total investasi bersifat inelastis dalam jangka
210 pendek dan jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan adanya peluang kerja lain
di wilayah Sumatera, seperti peluang kerja di sektor informal. Tabel 43 memperlihatkan pengeluaran pembangunan berhubungan positif
dengan permintaan tenaga kerja di Sumatera, artinya peningkatan pengeluaran pembangunan akan meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja di wilayah
tersebut. Nilai elastisitas menunjukkan respon permintaan tenaga kerja terhadap total investasi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 43. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sumatera
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Permintaan TK di Sumatera
Intersep Total Investasi di Sumatera
Pengeluaran Pembangunan di Sumatera
Luas Lahan di Sumatera Lag Permintaan TK di Sumatera
DTKS INVS
GEXPS LLHS
LDTKS
1630637 10.7335
a
0.2263
b
41.1045
c
0.8627
a
0.0112 0.0382
0.0090 0.0813
0.2785 0.0655
R
2
= 0.9910 F
hit
= 442.4900
a
DW = 1.6642
Luas lahan dalam analisis ini merupakan luas lahan yang sementara tidak digunakan di Sumatera. Peningkatan luas lahan di Sumatera membuka peluang
bagi tenaga kerja untuk mengolah lahan tersebut agar dapat menghasilkan sesuatu produk. Respon permintaan tenaga kerja di Sumatera terhadap pengeluaran
pembangunan di wilayah tersebut bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Lag permintaan tenaga kerja di Jawa menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan permintaan tenaga kerja di Sumatera dari tahun ke tahun. Hasil estimasi persamaan permintaan tenaga kerja di Kalimantan Tabel
44 menunjukkan secara parsial total investasi di Kalimantan dan lag permintaan
211 tenaga kerja di Kalimantan berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di
pulau tersebut. Nilai parameter estimasi total investasi di Kalimantan adalah 7.2165,
artinya peningkatan total investasi di Kalimantan sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut sebanyak 7 orang.
Dilihat dari nilai elastisitasnya, respon permintaan tenaga kerja di Kalimantan terhadap total investasi di wilayah tersebut bersifat inelastis dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan ada faktor lain yang dapat membuka lapangan pekerjaan di Kalimantan, seperti ketersediaan luas lahan yang
sementara belum digunakan di wilayah tersebut.
Tabel 44.
Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Kalimantan
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Permintaan TK di Kalimantan
Intersep Total Investasi di Kalimantan
Pengeluaran Pembangunan di Kalimantan
Perubahan Luas Lahan di Kalimantan Lag Permintaan TK di Kalimantan
DTKK INVK
GEXPK PLLHK
LDTKK
656436.9000 7.2165
b
0.0003 13.7925
0.8564
a
0.0121 0.0063
0.0843 0.0439
R
2
= 0.9698 F
hit
= 128.5300
a
DW = 2.5816
Hasil estimasi juga memperlihatkan perubahan luas lahan di Kalimantan
berhubungan positif terhadap permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut dengan nilai parameter estimasinya 13.7925, artinya peningkatan perubahan luas lahan
satu satuan akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di Kalimantan sebanyak 14 orang. Pengeluaran pembangunan di Kalimantan menunjukkan hubungan
yang positif dengan permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut.
212 Berbeda dengan hasil estimasi parameter permintaan tenaga kerja di
Kalimantan, hasil estimasi persamaan permintaan tenaga kerja di Sulawesi Tabel 45 menunjukkan secara parsial semua variabel penjelas berpengaruh terhadap
permintaan tenaga kerja di Sulawesi. Nilai parameter estimasinya adalah 12.0614, artinya peningkatan total investasi pada periode yang lalu sebesar 1
milyar rupiah akan meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja di Sulawesi sebesar 12 orang.
Pengeluaran pembangunan di Sulawesi berpengaruh nyata terhadap permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut. Nilai parameter estimasinya adalah
0.9077. Nilai elastisitas menunjukkan respon permintaan tenaga kerja di Sulawesi terhadap pengeluaran pembangunan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Artinya peningkatan pengeluaran pembangunan di Sulawesi satu persen hanya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di wilayah tersebut
sebesar 0.05 persen dalam jangka pendek dan 0.20 persen dalam jangka panjang.
Tabel 45. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Sulawesi
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka Pendek
Jangka Panjang
Permintaan TK di Sulawesi Lag Total Investasi di Sulawesi
Pengeluaran Pembangunan di Sulawesi Luas Lahan di Sulawesi
Lag Permintaan TK di Sulawesi DTKSL
LINVSL GEXPSL
LLHSL LDTKSL
12.06140
b
0.9077
a
242.8601
b
0.7596
a
0.1979 0.0483
0.8235 0.2009
R
2
= 0.9988 F
hit
= 3519.1700
a
DW = 2.50299
Nilai parameter estimasi untuk luas lahan di Sulawesi adalah 242.8601,
artinya peningkatan luas lahan yang sementara tidak digunakan di Sulawesi sebesar 1 hektar maka akan meningkat jumlah permintaan tenaga kerja di wilayah
tersebut sebanyak 243 orang. Berdasarkan nilai elastisitas, respon permintaan
213 tenaga kerja terhadap luas lahan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka
panjang. Lag permintaan tenaga kerja di Sulawesi menunjukkan adanya peningkatan permintaan tenaga kerja dari tahun ke tahun.
Tabel 46 memperlihatkan hasil estimasi persamaan permintaan tenaga kerja di Pulau Lain. Hasil estimasi menunjukkan secara parsial hanya
pengeluaran pembangunan dan perubahan luas lahan di Pulau Lain yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja di pulau tersebut.
Nilai estimasi total investasi di Pulau Lain adalah 1.1676, artinya setiap peningkatan total investasi di Pulau Lain sebesar 100 milyar rupiah akan
meningkatkan jumlah permintaan tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 117 orang. Pengeluaran pembangunan di Pulau Lain berpengaruh positif dengan
permintaan tenaga kerja di pulau tersebut. Nilai parameter estimasinya adalah 0.4410, yang berarti peningkatan pengeluaran pembangunan di Pulau Lain sebesar
100 milyar rupiah per tahun akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 441 orang. Nilai elastisitas menunjukkan respon permintaan
tenaga kerja di Pulau Lain terhadap pengeluaran pembangunan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Perubahan luas lahan Pulau Lain juga berpengaruh positif terhadap permintaan tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai estimasi parameter
281.8893, artinya peningkatan perubahan luas lahan yang sementara tidak digunakan seluas 1 hektar akan meningkatkan permintaan tenaga kerja di Pulau
Lain sebanyak 282 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa hal yang paling mempengaruhi permintaan tenaga kerja di Pulau Lain adalah luas lahan yang
sementara belum digunakan di Pulau tersebut.
214
Tabel 46. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tenaga Kerja di Pulau Lain
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Permintaan TK di Pulau Lain Intersep
Total Investasi di Pulau Lain Pengeluaran Pembangunan di Pulau Lain
Perubahan Luas Lahan di Pulau Lain DTKP
INVP GEXPP
PLLHP
6297321 1.1676
0.4410
b
281.8893
a
0.0015 0.0744
R
2
= 0.7645 F
hit
= 18.3900
a
DW = 1.1603
6.2.2. Penawaran Tenaga Kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Pulau Lain
Hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain menunjukkan semua persamaan memiliki
daya penjelas tinggi, terlihat dari nilai koefisien determinasi R
2
yang bernilai antara
0.9529 hingga 0.9999, artinya variasi variabel-variabel penjelas dalam persamaan-persamaan tersebut mampu menjelaskan 95.29 hingga 99.99 persen
fluktuasi variabel-variabel endogennya. Dilihat dari nilai uji F terlihat sebagian besar nilai PropF bernilai .0001, yang menunjukkan secara bersama-sama
semua variabel penjelas dapat menjelaskan variabel endogennya secara nyata. Hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Jawa Tabel 47
menunjukkan secara parsial variabel jumlah migran keluar dan jumlah populasi berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran tenaga kerja. Hal ini menunjukkan
dalam mengantisipasi tingginya jumlah angkatan kerja di Jawa hal yang paling penting dilakukan oleh pemerintah daerah di Jawa adalah menekan pertumbuhan
populasi dan meningkatkan jumlah migrasi keluar dari Pulau Jawa dengan menggalakkan kembali program transmigrasi.
215 Upah di Jawa berpengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerjanya
dengan nilai parameter estimasi adalah 0.6339, artinya peningkatan upah di Jawa sebesar 10 ribu rupiah perbulan akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga
kerja di Jawa sebanyak 6339 orang. Nilai elastisitas memperlihatkan respon penawaran tenaga kerja di Jawa terhadap upah bersifat inelastis dalam jangka
pendek dan jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan upah bukan faktor utama yang menentukan tinggi rendahnya jumlah penawaran tenaga kerja di Jawa. Hal
ini disebabkan adanya ketidakseimbangan pasar tenaga kerja di Jawa, dimana jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut jauh lebih besar dari jumlah
kesempatan kerja yang ada labor surplus, sehingga pada tingkat upah berapapun tenaga kerja di Jawa bersedia bekerja.
Tabel 47 memperlihatkan jumlah migran masuk ke Jawa juga berhubungan positif dengan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut,
dengan nilai parameter estimasi adalah 0.1938, artinya peningkatan jumlah migrasi masuk ke Jawa sebanyak 1000 orang, akan meningkatkan jumlah
angkatan kerja di pulau tersebut sebanyak 194 orang. Kondisi ini mencerminkan migran yang masuk ke Jawa adalah migran yang termasuk dalam golongan
angkatan kerja beserta keluarganya yang bukan termasuk dalam golongan angkatan kerja.
Jumlah migran keluar dari Jawa berpengaruh negatif terhadap jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi -1.9716,
artinya peningkatan jumlah migran keluar sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerja sebanyak 1972 orang. Kondisi ini menunjukkan
umumnya jika migran keluar dari Jawa berhasil di daerah tujuan, mereka akan mengajak kerabat mereka untuk migrasi juga ke daerah tersebut, sehingga dapat
216 menurunkan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut. Nilai elastisitas
menunjukkan respon penawaran tenaga kerja terhadap migran keluar bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 47. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Penawaran TK di Jawa
Intersep Upah di Jawa
Migran yang Masuk Ke Jawa Migran yang Keluar dari Jawa
Migran internasional dari Jawa Populasi di Jawa
Lag Penawaran TK di Jawa STKJ
WJ MIGIN
MIGOUT MIGEXJ
POPJ LSTKJ
-3130294 0.6339
0.1938 -1.9716
b
-0.6301 228.9655
b
0.7401
a
0.0032 0.0298
-0.1937 -0.0020
0.5002 0.0122
0.1148 -0.7452
-0.0079 1.9247
R
2
=0.9907 F
hit
= 249.5000
a
DW = 2.4335
Migran internasional berhubungan negatif dengan penawaran tenaga kerja dengan nilai estimasi parameter -0.6301, artinya peningkatan jumlah migran
internasional dari Jawa sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 630 orang. Tabel 47 juga menunjukkan
populasi di Jawa berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja dengan nilai parameter estimasi 228.9655. Kondisi ini menunjukkan peningkatan jumlah
populasi sebanyak 1000 orang akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja sebesar 229 orang. Dilihat dari nilai elastisitasnya respon penawaran tenaga kerja
terhadap jumlah populasi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan dalam jangka panjang semakin banyak
jumlah populasi yang tergolong dalam angkatan kerja. Nilai lag penawaran tenaga kerja di Jawa menunjukkan adanya peningkatan jumlah penawaran tenaga
kerja dari tahun ke tahun di pulau tersebut.
217 Hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Sumatera Tabel 48
menunjukkan upah, dan jumlah populasi di Sumatera berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja di pulau tersebut. Upah di Sumatera berhubungan positif
dengan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasinya 3.8295, artinya peningkatan upah sebesar 10 ribu rupiah perbulan
akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja di Sumatera sebanyak 38295 orang. Kondisi ini menunjukkan penawaran tenaga kerja di Sumatera sangat
dipengaruhi oleh peningkatan upah. Selisih migran masuk dan migran keluar di Sumatera pada periode yang
lalu berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja pada periode sekarang di pulau tersebut. Dalam hal ini jumlah migran masuk ke Sumatera lebih besar dari
jumlah migran yang keluar dari pulau tersebut, sehingga peningkatan net migran akan menambah jumlah penawaran tenaga kerja di Sumatera.
Jumlah migran internasional dari Sumatera berhubungan negatif dengan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi -0.3114,
artinya peningkatan jumlah migran internasional dari Sumatera sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut
sebanyak 311 orang.
Tabel 48. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sumatera
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Penawaran TK di Sumatera
Upah di Sumatera Lag Net Migran di Sumatera
Migran Internasional dari Sumatera Populasi di Sumatera
Lag Penawaran TK di Sumatera STKS
WS LNMIGS
MIGEXS POPS
LSTKS
3.8295
b
0.2006 -0.3114
105.0001
a
0.6927
a
0.0586 -0.0005
0.2439 0.1908
-0.0015 0.7937
R
2
= 0.9999 F
hit
= 32093.9000
a
DW = 2.0040
218 Tabel 48 juga memperlihatkan jika terjadi peningkatan 1000 orang
populasi di Sumatera akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerjanya sebesar 105 orang. Nilai elastisitas memperlihatkan respon penawaran tenaga
kerja di Sumatera lemah dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap jumlah populasinya, dimana peningkatan populasi sebesar 1 persen akan
meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 0.24 persen pada jangka pendek dan 0.79 persen pada jangka panjang. Lag penawaran
tenaga kerja di Sumatera menunjukkan adanya peningkatan jumlah penawaran tenaga kerja di Sumatera dari tahun ke tahun.
Hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Kalimantan Tabel 49 menunjukkan secara parsial upah, jumlah populasi, migrasi masuk, dan
migrasi keluar berpengaruh nyata terhadap penawaran tenaga kerja di pulau tersebut. Nilai parameter estimasi upah di Kalimantan adalah 1.0337, artinya
peningkatan upah sebesar 10 ribu rupiah perbulan akan meningkatkan penawaran tenaga kerja sebanyak 10337 orang. Berdasarkan nilai elastisitas terlihat respon
penawaran tenaga terhadap upah bersifat inelastis dalam jangka panjang dan jangka pendek. Kondisi ini menunjukkan tinggi rendahnya jumlah penawaran
tenaga kerja di Kalimantan tidak hanya disebabkan oleh upah di pulau tersebut, ada faktor-faktor lain yang mendorong peningkatan atau penurunan jumlah tenaga
kerja di Kalimantan. Jumlah migrasi masuk ke Kalimantan berhubungan positif dengan
penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi 1.2424, artinya peningkatan jumlah migran masuk ke Kalimantan sebanyak 1000 orang
akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 1242 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa jika migran masuk ke Kalimantan
219 berhasil, maka mereka menjadi stimulan bagi migran lain untuk migrasi ke
Kalimantan. Berdasarkan nilai elastisitas respon penawaran tenaga kerja di Kalimantan terhadap migran masuk ke Kalimantan bersifat inelastis.
Berdasarkan Tabel 49, nilai estimasi migran keluar dari Kalimantan menunjukkan peningkatannya sebanyak 1000 orang akan menurunkan penawaran
tenaga kerja di Kalimantan sebanyak 4530 orang. Sama halnya dengan migran masuk, maka jika migran keluar dari Kalimantan berhasil di daerah tujuan, maka
mereka akan menjadi stimulan bagi penduduk Kalimantan yang lain untuk migrasi juga ke daerah tujuan migran, sehingga mengurangi jumlah penawaran tenaga
kerja di pulau tersebut. Nilai elastisitas juga menunjukkan respon penawaran tenaga kerja di Kalimantan terhadap migran yang keluar dari Kalimantan bersifat
inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 49. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Kalimantan
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Penawaran TK di Kalimantan
Intersep Upah di Kalimantan
Migran yang Masuk Ke Kalimantan Migran yang Keluar dari Kalimantan
Migran internasional dari Kalimantan Populasi di Kalimantan
Lag Penawaran TK di Kalimantan STKK
WK MIGINK
MIGOUTK MIGEXK
POPK LSTKK
536182.7000 1.0337
a
1.2424
b
-4.5303
b
-0.6894 321.4265
a
0.0001 0.0728
0.3643 -0.2653
-0.0057 0.7200
0.0728 0.3643
-0.2653 -0.0057
0.7201 R
2
= 0.9914 F
hit
= 269.8900
a
DW =2.3084
Migran internasional berpengaruh negatif terhadap jumlah penawaran
tenaga kerja di Kalimantan dengan nilai parameter estimasi -0.6894, artinya peningkatan jumlah tenaga kerja migran dari Kalimantan ke luar negeri sebanyak
1000 orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 689 orang. Jika dilihat dari nilai elastisitas, respon penawaran tenaga
220 kerja terhadap migran internasional bersifat inelastis dalam jangka pendek dan
jangka panjang. Kondisi ini juga menunjukkan penurunan penawaran tenaga kerja akibat migrasi internasional masih lebih rendah dibanding peningkatan
penawaran tenaga kerja akibat migrasi masuk dan pertumbuhan penduduk. Tabel 49 memperlihatkan juga populasi di Kalimantan berhubungan
positif dengan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai estimasi 321.4265, artinya peningkatan 1000 orang populasi, akan meningkatkan jumlah
penawaran tenaga kerja sebanyak 321 orang. Nilai elastisitas memperlihatkan respon penawaran tenaga kerja di Kalimantan terhadap jumlah populasi bersifat
inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Lag penawaran tenaga kerja menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah penawaran jumlah tenaga kerja dari
waktu ke waktu. Berdasar hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Sulawesi
yang terlihat pada Tabel 50, secara parsial populasi, migrasi masuk dan migrasi internasional berpengaruh nyata terhadap penawaran tenaga kerja. Dilihat dari
nilai elastisitas, respon penawaran tenaga kerja di Sulawesi terhadap populasi bersifat elastis dalam jangka pendek. Perubahan populasi selain disebabkan oleh
fertilitas dan mortalitas, disebabkan pula oleh mobilitas penduduk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan populasi di Sulawesi lebih banyak
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang umumnya terdiri dari penduduk yang tergolong pada usia angkatan kerja.
Upah di Sulawesi berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi 0.4823, artinya peningkatan upah
sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja sebanyak 4823 orang. Peningkatan jumlah migran masuk ke Sulawesi sebanyak
221 1000 orang akan meningkatkan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut
sebanyak 2057 orang. Nilai elastisitas memperlihatkan respon penawaran tenaga kerja di Sulawesi terhadap migran masuk ke pulau tersebut bersifat inelastis.
Tabel 50. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Sulawesi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Penawaran TK di Sulawesi Intersep
Upah Rata-rata di Sulawesi Migran Masuk ke Sulawesi
Migran Keluar dari Sulawesi Migran internasional dari Sulawesi
Populasi di Sulawesi STKSL
WSL MIGINSL
MIGOUTSL MIGEXSL
POPSL
-2884435 0.4823
2.0573
c
-0.2907 -123.7800
c
545.5987
a
0.0230 0.2080
-0.0384 -0.0149
1.3321 R
2
= 0.9809 F
hit
= 154.4400
a
DW = 2.3041
Migran keluar dari Sulawesi berhubungan negatif dengan penawaran tenaga kerja dengan nilai parameter estimasinya -0.2907, artinya peningkatan
jumlah migran keluar sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 291 orang. Tabel 50 juga memperlihatkan
peningkatan migran internasional dari Sulawesi sebanyak satu orang akan menurunkan jumlah penawaran tenaga kerjanya sebanyak 124 orang.
Berdasarkan nilai elastisitas, respon penawaran tenaga kerja dari Sulawesi terhadap migran internasional bersifat inelastis.
Hasil estimasi persamaan penawaran tenaga kerja di Pulau Lain Tabel 51 menunjukkan secara parsial variabel upah, migran internasional dan populasi di
Pulau Lain, dan migrasi masuk ke Pulau Lain berpengaruh nyata terhadap penawaran tenaga kerja di pulau tersebut. Kondisi ini menunjukkan selain
peningkatan upah yang mendorong penduduk usia kerja untuk masuk ke dalam pasar kerja, migran internasional, dan migran masuk di Pulau Lain juga
222 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja
di pulau tersebut. Nilai parameter estimasi upah di Pulau Lain adalah 1.3200, artinya
peningkatan upah sebanyak 10 ribu rupiah perbulan, akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerja di pulau tersebut sebanyak 13200 orang. Nilai elastisitas
menunjukkan bahwa respon penawaran tenaga kerja di Pulau Lain bersifat inelastis terhadap upah di pulau tersebut.
Jumlah migran masuk ke Pulau Lain berhubungan positif dengan penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi 1.5384,
artinya peningkatan 1000 orang migran masuk ke Pulau Lain akan meningkatkan jumlah penawaran tenaga kerjanya sebanyak 1538 orang. Kondisi ini juga
menunjukkan keberhasilan migran masuk di Pulau Lain merupakan stimulan bagi migran lain untuk migrasi ke pulau tersebut. Nilai parameter estimasi migran
keluar dari Pulau Lain adalah -0.3736, artinya peningkatan jumlah migran keluar dari Pulau Lain sebanyak 1000 orang, akan menurunkan jumlah penawaran tenaga
kerja sebanyak 374 orang.
Tabel 51. Hasil Estimasi Persamaan Penawaran Tenaga Kerja di Pulau Lain
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Penawaran TK di Pulau Lain
Intersep Upah Rata-rata di P.Lain
Migran yang Masuk Ke P. Lain Migran yang Keluar dari P.Lain
Migran internasional dari P.Lain Populasi di Pulau Lain
Lag Penawaran TK di P.Lain STKP
WP MIGINP
MIGOUTP MIGEXP
POPP LSTKP
270611.500 1.3200
a
1.5384
c
-0.3736 -6.4675
b
373.9337
b
0.0145 0.0642
0.1458 -0.0295
-0.0230 0.7933
0.0651 0.1479
-0.0299 -0.0234
0.8049 R
2
= 0.9529 F
hit
= 47.1500
a
DW = 2.4179
223 Populasi di Pulau Lain menunjukkan hubungan yang positif dengan
penawaran tenaga kerja di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi 373.9337. Nilai elastisitas menunjukkan respon penawaran tenaga kerja di Pulau
Lain terhadap jumlah populasi di pulau tersebut bersifat inelastis. Lag penawaran tenaga kerja menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penawaran
tenaga kerja di pulau tersebut dari tahun ke tahun. 6.2.3. Pengangguran di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau
Lain.
Pengangguran di Jawa UJ
t
, Sumatera US
t
, Kalimantan UK
t
, Sulawesi USL
t
, dan Pulau Lain UP
t
adalah persamaan identitas yang merupakan selisih dari penawaran dan permintaan tenaga kerja pada masing-masing pulau.
UJ
t
= STKJ
t
– DTKJ
t
US
t
= STKS
t
– DTKS
t
UK
t
= STKK
t
– DTKK
t
USL
t
= STKSL
t
– DTKSL
t
UP
t
= STKP
t
– DTKP
t
6.2.4. Upah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain
Hasil estimasi persamaan upah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain menunjukkan daya penjelas yang tinggi, terlihat dari nilai
koefisien determinasi R
2
yang berkisar antara 0.9447 hingga 0.9961. Ditinjau dari nilai uji F, terlihat persamaan upah di setiap pulau menunjukkan semua
variabel penjelas yang terdapat pada masing-masing persamaan tersebut, dapat menjelaskan variabel endogennya secara nyata pada taraf
α = 0.01.
224 Berdasarkan Tabel 52, hasil estimasi persamaan upah di Jawa
menunjukkan secara parsial hanya upah minimum di pulau tersebut yang berpengaruh terhadap upah. Hal ini terjadi karena dasar penetapan upah di
Indonesia adalah upah minimum regional. Upah minimum seharusnya upah terendah yang diterima pekerja formal, sedangkan upah yang diterima pekerja,
sebaiknya merupakan hasil perundingan antara pekerja dan pemberi kerja, meskipun posisi tawar pekerja masih sangat rendah.
Nilai parameter estimasi untuk upah minimum di Jawa adalah 1.4190, artinya peningkatan upah minimum rata-rata sebesar 10 ribu rupiah akan
meningkatkan upah sebesar 14190 rupiah. Berdasarkan nilai elastisitas, terlihat bahwa respon upah di Jawa terhadap upah minimum rata-rata di pulau tersebut
bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan dalam jangka panjang peningkatan upah minimum akan
direspon oleh buruh untuk menuntut peningkatan upah. Peningkatan permintaan tenaga kerja di Jawa sebanyak 10 ribu orang,
akan meningkatkan upah di pulau tersebut sebesar 44 rupiah. Kondisi ini menunjukkan dalam merekrut tenaga kerja, perusahaan akan meningkatkan upah
diatas upah yang berlaku sebelumnya, tujuannya untuk memudahkan mereka merekrut tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria mereka. Tetapi berdasarkan
nilai estimasi parameter tersebut, dalam merekrut tenaga kerja, pihak perusahaan hanya meningkatkan upah dalam jumlah kecil. Hal ini terjadi karena pasar kerja
di Jawa dalam kondisi labor surplus, sehingga pada tingkat upah berapapun, tenaga kerja masih bersedia bekerja.
Penawaran tenaga kerja di Jawa berhubungan negatif dengan tingkat upah di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasinya adalah -0.0088, artinya
225 peningkatan jumlah penawaran tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang akan
menurunkan upah sebanyak 88 rupiah. Berdasarkan hasil analisis ini terlihat peningkatan penawaran tenaga kerja hanya menurunkan upah dalam jumlah kecil,
kondisi ini terjadi karena pihak perusahaan tidak dapat dengan mudah menurunkan tingkat upah dibawah tingkat upah yang berlaku, karena penentuan
upah didasarkan pada upah minimum.
Tabel 52. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Upah di Jawa
Intersep Upah Minimum di Jawa
Permintaan TK di Jawa Penawaran TK di Jawa
Kebutuhan Hidup Minimum di Jawa Inflasi di Jawa
Lag Upah di Jawa WJ
UMRJ DTKJ
STKJ KHMJ
INFJ LWJ
182705.9000 1.4190
b
0.0044 -0.0088
0.3089 368.5751
0.2690
b
0.7754 0.8274
-1.7661 0.2013
0.0153 1.0608
1.1318 -2.4160
0.2753 0.0209
R
2
= 0.9447 F
hit
= 39.8700
a
DW = 1.2016
Kebutuhan Hidup
Minimum di Jawa berhubungan positif dengan tingkat
upah dengan nilai parameter estimasinya 0.3089, artinya peningkatan kebutuhan hidup minimum sebesar 10 ribu rupiah perbulan akan meningkatkan upah sebesar
3089 rupiah Tabel 52. Kondisi ini terjadi karena jika kebutuhan hidup minimum meningkat, maka dengan tingkat upah yang sama pekerja tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarga, maka pekerja melalui serikat pekerja akan menuntut perusahaan untuk meningkatkan upah.
Inflasi juga merupakan faktor penentu dalam peningkatan upah. Berdasar hasil estimasi parameter terlihat pada Tabel 52, peningkatan inflasi sebesar satu
persen akan meningkatkan upah di Jawa sebesar 369 rupiah. Peningkatan inflasi yang ditandai dengan meningkatnya harga-harga kebutuhan hidup pekerja tanpa
226 diikuti dengan peningkatan upah mengakibatkan kehidupan pekerja semakin
terpuruk, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga, maka pekerja menuntut adanya peningkatan upah. Lag upah menunjukkan adanya
peningkatan upah setiap tahun. Hasil estimasi persamaan upah di Sumatera yang diperlihatkan Tabel 53
menunjukkan secara parsial permintaan tenaga kerja di Sumatera, penawaran tenaga kerja dan kebutuhan hidup minimum berpengaruh nyata terhadap upah di
pulau tersebut. Kondisi ini berbeda dengan kondisi yang terjadi di Jawa. Jika di Jawa permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak mempengaruhi perubahan
upah, maka di Sumatera kedua variabel ini berpengaruh terhadap perubahan upah di pulau tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa masih tersedia peluang-peluang
kerja di pulau tersebut baik pada sektor formal maupun informal. Sehingga di pulau tersebut masih berlaku hukum ekonomi permintaan dan penawaran tenaga
kerja yaitu tingkat upah ditentukan oleh keduanya. Tetapi bukan berarti upah minimum tidak menjadi dasar penetapan upah di Sumatera, tetapi pengaruh
tersebut berbeda-beda antar propinsi dan bahkan antar pekerja di pulau tersebut, ada propinsi-propinsi di Sumatera yang upahnya terpengaruh dengan upah
minimum dan ada juga yang tidak. Hasil estimasi ini didukung oleh hasil penelitian tim peneliti SMERU
2001 yang menemukan bahwa upah minimum di wilayah perkotaan di Indonesia telah mendongkrak upah pekerja kasar. Adanya hubungan positif antara upah
minimum dan upah juga ditemukan di berbagai kelompok pekerja lainnya, misalnya pekerja perempuan, muda usia, berpendidikan rendah, dan pekerja kerah
putih white collar. Namun hubungan tersebut secara statistik tidak nyata. Hal ini tidak berarti upah minimum tidak berpengaruh terhadap upah pekerja secara
227 individu, tetapi pengaruh tersebut berbeda-beda antar pekerja. Upah beberapa
pekerja terangkat oleh adanya upah minimum, sementara upah pekerja lainnya malah tertekan, sehingga pengaruhnya menjadi tidak nyata pada upah keseluruhan
pekerja.
Tabel 53. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sumatera
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Upah di Sumatera
Intersep Perubahan Upah Minimum di Sumatera
Permintaan TK di Sumatera Penawaran TK di Sumatera
Kebutuhan Hidup Minimum di Sumatera Inflasi di Sumatera
Lag Upah di Sumatera WS
PUMRS DTKS
STKS KHMS
INFS LWS
-263515 0.0875
0.0614
a
-0.0423
b
0.2959
b
62.0823 0.7965
a
3.7866 -2.7602
0.1922 0.0026
18.6101 -13.565
0.9447 0.0128
R
2
= 0.9888 F
hit
= 205.0300
a
DW = 1.4718
Permintaan tenaga kerja di Sumatera berhubungan positif dengan upah dengan nilai parameter estimasi adalah 0.0614, artinya peningkatan permintaan
tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang akan meningkatkan upah sebesar 614 rupiah. Nilai elastisitas menunjukkan respon upah relatif kuat terhadap permintaan tenaga
kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang. Nilai parameter estimasi penawaran tenaga kerja di Sumatera adalah
-0.0423, artinya peningkatan penawaran tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang akan menurunkan upah sebanyak 423 rupiah. Respon upah terhadap penawaran tenaga
kerja relatif kuat dalam jangka pendek dan jangka panjang. Peningkatan kebutuhan hidup minimum di Sumatera sebesar 10 ribu
rupiah akan meningkatkan upah di pulau tersebut sebesar 2959 rupiah. Respon upah terhadap kebutuhan hidup minimum bersifat inelastis dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Demikian juga dengan laju inflasi, dimana peningkatannya
228 sebesar satu persen meningkatkan upah di pulau tersebut sebesar 62 rupiah. Lag
upah di Sumatera menunjukkan adanya peningkatan upah dari tahun ke tahun. Hasil estimasi persamaan upah di Kalimantan Tabel 54 menunjukkan
secara parsial upah minimum rata-rata, dan kebutuhan hidup minimum rata-rata setiap propinsi di pulau tersebut, permintaan dan penawaran tenaga kerja pada
periode sebelumnya berpengaruh nyata terhadap upah di Kalimantan. Sama halnya dengan kondisi di Jawa, penetapan upah di Kalimantan juga berdasarkan
upah minimum regional di pulau tersebut dan kebutuhan hidup minimumnya. Nilai parameter estimasi untuk upah minimum rata-rata di Kalimantan
adalah 0.5977, artinya peningkatan upah minimum rata-rata sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan upah di pulau tersebut sebesar 5977 rupiah. Berdasarkan nilai
elastisitas, respon upah terhadap upah minimum bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Tabel 54. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Kalimantan
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Upah di Kalimantan
Intersep Upah Minimum di Kalimantan
Lag Permintaan TK di Kalimantan Lag Penawaran TK di Kalimantan
Kebutuhan Hidup Minimum di Kalimantan
Inflasi di Kalimantan Lag Upah di Kalimantan
WK UMRK
LDTKK LSTKK
KHMK INFK
LWK -125778
0.5977
b
0.1254
c
-0.0888
c
0.7926
a
69.7667 0.2167
b
0.2748 0.4643
0.0024 0.3508
0.5928 0.0030
R
2
= 0.9864 F
hit
= 169.6900
a
DW = 1.6611
Permintaan tenaga kerja Kalimantan pada periode yang lalu berhubungan positif dengan upah di pulau tersebut dengan nilai parameter estimasi 0.1254,
artinya peningkatan permintaan tenaga kerja pada periode sebelumnya sebesar 10
229 ribu orang akan meningkatkan upah dipulau tersebut sebesar 1254. Kondisi ini
menunjukkan permintaan tenaga kerja periode sebelumnya merupakan dasar bagi perusahaan-perusahan untuk menentukan tingkat upah yang akan diberikan
kepada pekerja. Penawaran tenaga kerja periode yang lalu berhubungan negatif dengan
upah di Kalimantan dengan parameter estimasinya -0.0888, artinya peningkatan penawaran tenaga kerja pada periode yang lalu sebanyak 10 ribu orang akan
menurunkan upah di Kalimantan sebesar 888 rupiah. Hal ini menunjukkan jika terjadi penawaran melebihi permintaan tenaga kerja maka pihak penerima tenaga
kerja mempunyai kekuatan untuk menekan upah, dalam kondisi ini kekuatan tawar-menawar pekerja bargaining-power tidak ada lagi.
Kebutuhan hidup minimum di Kalimantan berhubungan positif dengan upah di pulau tersebut, hasil estimasi menunjukkan bahwa peningkatan kebutuhan
hidup minimum sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan upah sebesar 7926 rupiah. Nilai elastisitas memperlihatkan respon upah terhadap kebutuhan hidup
minimum di Kalimantan relatif lemah dalam jangka pendek dan jangka panjang. Peningkatan laju inflasi di Kalimantan sebesar 1 persen akan meningkatkan upah
di pulau tersebut sebesar 70 rupiah. Lag upah di Kalimantan menunjukkan adanya peningkatan upah di pulau tersebut dari tahun ke tahun.
Tabel 55 memperlihatkan hasil estimasi persamaan upah di Sulawesi. Berdasarkan hasil estimasi tersebut terlihat secara parsial upah minimum,
kebutuhan hidup minimum, dan laju inflasi berpengaruh nyata terhadap upah rata di pulau tersebut. Kondisi ini sama juga seperti hasil estimasi upah di Jawa dan
Kalimantan.
230 Upah minimum rata-rata di Sulawesi berhubungan positif dengan upah
dengan nilai parameter estimasinya 0.8502, artinya peningkatan upah minimum sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan upah di pulau tersebut sebesar 8502
rupiah. Berdasarkan nilai elastisitas, respon upah terhadap kebutuhan hidup minimum masyarakat di pulau tersebut relatif lemah dalam jangka pendek.
Tabel 55. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Sulawesi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Upah di Sulawesi Upah Minimum di Sulawesi
Permintaan TK di Sulawesi Penawaran TK di Sulawesi
Kebutuhan Hidup Minimum di Sulawesi Inflasi di Sulawesi
WSL UMRSL
DTKSL STKSL
KHMSL INFSL
0.8502
a
0.0122 -0.0046
0.7181
a
353.1327
c
0.4033 0.2382
-0.0971 0.4385
0.0154 R
2
= 0.9961 F
hit
= 824.6500
a
DW = 1.1887
Peningkatan permintaan tenaga kerja di Sulawesi sebesar 10 ribu orang, akan meningkatkan upah propinsi di Sulawesi sebesar 122 rupiah. Sedangkan
Penawaran tenaga kerja di Sulawesi berhubungan negatif dengan upah di pulau tersebut dengan parameter estimasi adalah -0.0046, artinya peningkatan
penawaran tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang akan menurunkan upah sebesar 46 rupiah.
Peningkatan kebutuhan hidup minimum di Sulawesi sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan upah sebesar 7181 rupiah. Sedangkan respon upah terhadap
kebutuhan hidup minimum di pulau tersebut bersifat inelastis. Laju inflasi juga berhubungan positif dengan upah di pulau tersebut, dimana peningkatan laju
inflasi sebesar 1 persen akan meningkatkan upah di pulau tersebut hanya 353 rupiah. Respon upah terhadap laju inflasi juga bersifat inelastis dalam jangka
pendek.
231 Hasil estimasi persamaan upah di Pulau Lain yang diperlihatkan pada
Tabel 56 menunjukkan upah minimum, permintaan tenaga kerja periode sebelumnya dan lag upah yang berpengaruh nyata terhadap upah di Pulau lain.
Nilai parameter estimasi upah minimum rata-rata adalah 1.0084, artinya peningkatan upah minimum rata-rata sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan
upah di Pulau Lain sebesar 10084 rupiah. Respon upah terhadap upah minimum bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Nilai
elastisitas memperlihatkan jika upah minimum meningkat satu persen, maka upah meningkat 0.46 persen dalam jangka pendek dan 0.93 persen dalam jangka
panjang.
Tabel 56. Hasil Estimasi Persamaan Upah di Pulau Lain
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Upah di P.Lain
Intersep Upah Minimum di P.Lain
Lag Permintaan TK di Pulau Lain Penawaran TK di Pulau Lain
Lag Inflasi di Pulau Lain Lag Upah Pulau Lain
WP UMRP
LDTKP STKP
LINFP LWP
-74077.500 1.0084
b
0.0235
c
-0.0086 375.1849
0.5008
b
0.4649 -0.1763
0.9311 -0.3531
R
2
= 0.9836 F
hit
= 180.3800
a
DW = 2.0599
Peningkatan permintaan tenaga kerja di Pulau Lain pada periode sebelumnya sebanyak 10 ribu orang akan meningkatkan upah sebesar 235 rupiah.
Kondisi ini menunjukkan jika periode yang lalu terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja, maka para pekerja akan menuntut peningkatan upah pada pihak
perusahaan. Sementara peningkatan penawaran tenaga kerja dalam jumlah yang sama akan menurunkan upah sebesar 86 rupiah.
Tabel 56 juga memperlihatkan nilai parameter estimasi laju inflasi rata- rata di Pulau Lain pada periode sebelumnya adalah 375.1849, artinya peningkatan
232 laju inflasi pada periode yang lalu akan meningkatkan upah pada periode sekarang
sebesar 375 rupiah. Lag upah menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan upah dari tahun ke tahun di pulau tersebut.
6.3. Blok Makroekonomi 6.3.1. Produk Domestik Regional Bruto di Jawa, Sumatera, Kalimantan,