153 menunjukkan secara bersama-sama semua variabel penjelas dapat menjelaskan
variabel endogennya secara nyata. Jika ditinjau dari nilai DW, persamaan migran dari Jawa ke Sulawesi
MIGJSL, dan migran dari Jawa ke Pulau Lain MIGJP menghasilkan nilai DW berturut-turut = 0.4875 dan 0.6285 yang mengindikasikan adanya masalah
autokorelasi. Masalah ini sering ditemui pada penelitian bidang ekonomi yang disebabkan oleh keterkaitan antar variabel. Oleh karena model yang dibentuk
dalam penelitian ini merupakan model ekonomi, maka untuk kepentingan tersebut penelitian ini lebih difokuskan pada kriteria ekonomi dibandingkan kriteria
statistik dan ekonometrika.
6.1. Blok Migrasi Internal dan Internasional
Analisis mengenai migrasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti baik dari dalam maupun luar negeri. Para ekonom mulai dari Lewis 1954, dilanjutkan
oleh Fei dan Rannis 1961 yang kemudian dikenal dengan teori LFR Lewis-Fei- Rannis menyatakan bahwa perpindahan penduduk pada dasarnya terjadi karena
adanya perbedaan antara sektor kota yang modern dan sektor desa yang tradisional. Demikian pula yang dikemukakan oleh Todaro 1970, dimana
seseorang akan pindah dari desa ke kota karena mengharapkan pendapatan yang lebih tinggi. Hugo 1978 berdasarkan penelitiannya di daerah Jawa Barat
mengemukakan perpindahan penduduk, baik yang bersifat permanen maupun tidak permanen merupakan suatu respon terhadap tekanan dari lingkungan, baik
dalam bentuk ekonomi, sosial maupun demografi. Menurutnya, tekanan-tekanan tersebut akan mempengaruhi seseorang secara khusus tergantung tanggapan orang
tersebut terhadap tekanan-tekanan yang dihadapi Mulyadi, 2003.
154 Penelitian Suharso 1978 memperkuat pendapat adanya kaitan antara
migrasi dengan aspek ekonomi. Menurutnya sebagian besar migran yang meninggalkan desa tidak memiliki tanah dan pekerjaan tetap, oleh karena itu
tujuannya ke kota adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Mueller 1982 menyatakan bahwa perbedaan keuntungan ekonomi bersih, terutama perbedaan
upah merupakan faktor utama yang menyebabkan migrasi. Perubahan distribusi regional terhadap permintaan tenaga kerja terjadi melalui perbedaan tingkat upah
antar daerah. Kedua hal ini menyebabkan terjadi persaingan dalam pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, migrasi dapat merupakan suatu kekuatan penyeimbang
yang menentukan penawaran tenaga kerja antar daerah, sehingga perbedaan upah akan menjadi seimbang. Studi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
migrasi penduduk di Indonesia dewasa ini lebih banyak memberikan tekanan pada usaha-usaha untuk mencari faktor penarik dan pendorong push and pull factors
terjadinya migrasi. Migrasi antar propinsi di Indonesia umumnya dipengaruhi oleh tingkat pengangguran, tingkat upah, jarak, proporsi penduduk daerah
perkotaan dan lain-lain Mulyadi, 2003. Depnakertrans 1999 melakukan penelitian tentang mobilitas tenaga kerja
dan pembangunan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model place to place migration. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
migrasi tenaga kerja baik secara nasional, maupun antar wilayah secara umum dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi di daerah tujuan, kualitas migran,
faktor-faktor demografis, kebijakan pemerintah serta jarak yang merupakan faktor penghambat. Indikator perkembangan ekonomi yang berpengaruh secara nyata
adalah variabel investasi, peranan sektor industri, sektor jasa, kesempatan kerja dan tingkat upah. Indikator kualitas manusia adalah variabel tingkat pendidikan,
155 kebijakan pemerintah, dan jarak berpengaruh secara nyata terhadap migrasi tenaga
kerja di Indonesia. Indikator demografis adalah variabel tingkat kepadatan penduduk.
6.1.1. Migrasi Internal 6.1.1.1. Migran Masuk dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau
Lain ke Jawa
Hasil estimasi dalam blok migrasi, khususnya migran masuk ke Jawa menunjukkan migran masuk dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain
ke Jawa dipengaruhi oleh upah daerah asal, permintaan tenaga kerja daerah tujuan Jawa, penduduk berpendidikan tinggi daerah asal, dan lag masing-masing
daerah asal migran ke Jawa. Nilai koefisien determinasi R
2
berkisar antara 0.9710 hingga 0.9949, artinya variasi variabel-variabel penjelas dalam persamaan-
persamaan tersebut mampu menjelaskan 97.10 hingga 99.49 persen fluktuasi variabel endogennya. Berdasarkan uji statistik F, terlihat seluruh variabel penjelas
dalam persamaan-persamaan tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan masing-masing variabel endogennya secara nyata. Kondisi ini terlihat dari nilai
ProbF pada setiap persamaan migrasi masuk ke Jawa yang bernilai 0.01. Berdasarkan Tabel 14, nilai statistik uji secara parsial memperlihatkan
bahwa upah di Sumatera dan lag migran masuk dari Sumatera ke Jawa berpengaruh nyata terhadap variabel migrasi masuk dari Sumatera ke Jawa.
Kondisi ini sesuai dengan teori Todaro yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk migrasi adalah perbedaan pendapatan
atau upah antara daerah asal dan daerah tujuan. Jika upah daerah asal lebih tinggi dari upah daerah tujuan maka keputusannya adalah tidak migrasi, demikian juga
156 sebaliknya. Seperti yang dikemukakan oleh Lee 1987, hasil estimasi tersebut
menunjukkan migran masuk dari Sumatera ke Jawa dipengaruhi oleh faktor yang menahan seseorang untuk melakukan migrasi. Artinya tinggi rendahnya upah di
daerah asal sangat menentukan migran untuk tetap tinggal di daerah asal atau melakukan migrasi ke daerah tujuan.
Tabel 14. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sumatera ke Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Sumatera-Jawa
Intersep Upah di Sumatera
Permintaan TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Sumatera Lag Migran Sumatera-Jawa
MIGSJ WS
DTKJ DIKTS
LMIGSJ
-50824.3000 -0.2864
a
0.0034 0.0020
0.9941
a
-0.0569 0.1242
0.0007 -9.6458
21.0697 0.1229
R
2
= 0.9949 F
hit
= 790.7400
a
DW= 1.7451 Keterangan: a = berpengaruh nyata pada taraf
α = 0.01. b = berpengaruh nyata pada taraf
α = 0.10. c = berpengaruh nyata pada taraf
α = 0.20.
Lag migran Sumatera ke Jawa, yang menunjukkan keinginan migrasi seorang migran sangat dipengaruhi oleh migran sebelumnya. Jika migran
sebelumnya berhasil di daerah tujuan, maka akan mempengaruhi penduduk daerah asal migran tersebut untuk migrasi ke daerah tujuan migran. Kondisi ini terjadi
karena jaringan-jaringan yang dilintas dan diciptakan oleh para migran terdahulu merupakan jalan atau saluran migran-migran yang menyusul kemudian. Generasi
migran yang terdahulu tidak hanya merupakan sumber informasi dan motivasi, namun seringkali berperan dalam membantu menyediakan biaya dan bimbingan
bagi migran yang baru dalam menyesuaikan diri di daerah tujuan. Tabel 14 juga memperlihatkan semua tanda dari variabel penjelas pada
persamaan ini sesuai dengan harapan. Upah di Sumatera WS berpengaruh
157 negatif terhadap migran yang akan melakukan migrasi ke Jawa. Nilai parameter
dugaannya adalah -0.2864. Kondisi ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan upah di Sumatera 10 ribu rupiah, maka akan menurunkan jumlah
migran yang ingin migrasi ke Jawa sebesar 2864 orang. Dilihat dari nilai elastisitasnya, respon migran dari Sumatera ke Jawa terhadap upah di Jawa
bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Espindola 2006 yang meneliti
tentang migrasi desa-kota berdasarkan model migrasi Haris-Todaro. Menurut Espindola, sebelum migran memutuskan untuk migrasi, maka migran tersebut
akan membandingkan terlebih dahulu perbedaan upah yang diharapkan akan diterima antara daerah asal dan daerah tujuan. Jika upah yang diharapkan di
daerah asal lebih tinggi dibandingkan dengan upah di daerah tujuan, maka migran tersebut memutuskan untuk tidak migrasi, sebaliknya jika upah yang diharapkan
di daerah tujuan lebih tinggi, maka migran memutuskan untuk migrasi. Nilai estimasi variabel permintaan tenaga kerja di Jawa DTKJ adalah
0.0034. Artinya jika peningkatan permintaan tenaga di Jawa sebanyak 1000 orang, maka akan meningkatkan jumlah migran dari Sumatera ke Jawa sebanyak
3 orang. Sedangkan nilai parameter estimasi penduduk berpendidikan tinggi di Sumatera DIKTS adalah 0.0020. Artinya jika peningkatan penduduk
berpendidikan tinggi di Sumatera sebesar 1000 orang, maka akan meningkatkan jumlah migran dari Sumatera ke Jawa hanya 2 orang. Variabel lag migran dari
Sumatera ke Jawa bernilai positif dan berpengaruh terhadap jumlah migran dari Sumatera ke Jawa. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah migran dari
Sumatera ke Jawa dari tahun ke tahun.
158 Hasil estimasi persamaan migran dari Kalimantan ke Jawa yang
diperlihatkan pada Tabel 15 menunjukkan nilai parameter estimasi untuk variabel perubahan upah di Kalimantan -0.0254, artinya jika peningkatan upah di
Kalimantan sebesar 10 ribu rupiah akan menurunkan jumlah migran dari Kalimantan ke Jawa sebesar 254 orang.
Nilai parameter estimasi permintaan tenaga kerja di Jawa adalah 0.0019, artinya jika terjadi peningkatan permintaan tenaga kerja di Jawa sebanyak 1000
orang maka akan meningkatkan jumlah migran dari Kalimantan ke Jawa sebanyak 2 orang. Analisis uji t memperlihatkan variabel DTKJ berpengaruh terhadap
MIGKJ. Kondisi ini menunjukkan mobilitas penduduk terjadi karena kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi
kebutuhan needs seseorang, sehingga orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Jadi antara daerah asal dan daerah tujuan
terdapat perbedaan nilai guna wilayah place utility. Daerah tujuan mempunyai nilai kegunaan wilayah yang lebih tinggi dibandingkan daerah asal. Hasil
estimasi ini menunjukkan peningkatan kesempatan kerja di daerah tujuan mengindikasikan nilai guna wilayah di daerah tersebut lebih tinggi dari daerah
asalnya, sehingga merupakan faktor pendorong bagi migran dari Kalimantan untuk migrasi ke Jawa. Respon migran dari Kalimantan ke Jawa terhadap
permintaan tenaga kerja di Kalimantan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang.
Tabel 15 juga memperlihatkan penduduk berpendidikan tinggi di Kalimantan berpengaruh negatif terhadap migran dari Kalimantan ke Jawa dengan
nilai -0.0824, artinya jika jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Kalimantan meningkat sebesar 1000 orang akan menurunkan jumlah migran dari Kalimantan
159 ke Jawa sebesar 82 orang. Respon migran dari Kalimantan ke Jawa terhadap
penduduk berpendidikan tinggi di Kalimantan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 15. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Kalimantan ke Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Kalimantan-Jawa
Intersep Perubahan Upah di Kalimantan
Permintaan TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Kalimantan Lag Migran Kalimantan-Jawa
MIGKJ PWK
DTKJ DIKTK
LMIGKJ
-28483.6000 -0.0254
b
0.0019
a
-0.0824
c
0.7499
a
0.4406 -0.1850
1.7614 -0.7397
R
2
= 0.9937 F
hit
= 629.3400
a
DW = 1.3307
Sama halnya dengan variabel lag migran dari Sumatera-Jawa, variabel lag migran dari Kalimantan ke Jawa juga berpengaruh nyata dan bernilai positif.
Kondisi ini menunjukkan peningkatan jumlah migran dari Kalimantan ke Jawa saat ini sangat ditentukan oleh jumlah migran dari Kalimantan ke Jawa tahun
sebelumnya. Menurut Hugo 1993 salah satu ciri dari jaringan yang diciptakan oleh generasi migran terdahulu adalah keterkaitan secara ekonomis antara daerah
asal dan daerah tujuan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa para migran ini ternyata mampu beroperasi diluar otoritas kebijaksanaan pemerintah. Arus mobilitas yang
berlangsung didalam jaringan-jaringan yang telah terbentuk ini sangat sukar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, apalagi menghentikannya.
Hasil estimasi persamaan migran masuk dari Sulawesi ke Jawa Tabel 16 menunjukkan jika upah di Sulawesi meningkat sebesar 10 ribu rupiah akan
menurunkan jumlah migran dari Sulawesi ke Jawa sebesar 388 orang. Sama halnya migran dari Sumatera, variabel upah di Sulawesi merupakan faktor yang
160 menahan migran dari Sulawesi untuk migrasi ke Jawa. Hasil analisis uji-t
memperlihatkan upah di Sulawesi juga berpengaruh nyata terhadap jumlah migran masuk dari Sulawesi ke Jawa. Respon migran dari Sulawesi ke Jawa terhadap
upah di Sulawesi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Permintaan tenaga kerja di Jawa berhubungan positif terhadap jumlah
migran dari Sulawesi ke Jawa, tetapi pengaruhnya tidak nyata. Berdasarkan hasil estimasi terlihat bahwa nilai parameter estimasi untuk permintaan tenaga kerja
adalah 0.0005 artinya setiap peningkatan jumlah permintaan tenaga kerja di Jawa sebesar 10 ribu orang, hanya meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke Jawa
sebanyak 5 orang.
Tabel 16. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Sulawesi ke Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Sulawesi -Jawa
Intersep Upah di Sulawesi
Permintaan TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Sulawesi Lag Migran Sulawesi-Jawa
MIGSLJ WSL
DTKJ DIKTSL
LMIGSLJ
12269.4800 -0.0388
b
0.0005 0.0568
c
0.8391
a
-0.0532 0.1118
0.0240 -0.3309
0.6950 0.1489
R
2
= 0.9710 F
hit
= 133.9100
a
DW = 1.2198
Peningkatan jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Sulawesi juga akan meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke Jawa, artinya semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin kuat keinginan mereka untuk migrasi ke Jawa. Kondisi ini terjadi karena ketersediaan kesempatan kerja dan usaha ekonomi pada
berbagai bidang di Jawa lebih baik dibanding daerah-daerah lainnya. Sementara di daerah asal, mereka menghadapi keterbatasan kesempatan kerja. Disamping
itu, ketersediaan sarana dan prasarana sosial, seperti pendidikan, menjadikan penduduk usia sekolah untuk datang dan tinggal di Jawa. Oleh karenanya, tidak
161 mengherankan jika hampir separuh penduduk pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta
dan Jawa Barat adalah mereka yang berstatus migran. Hal yang perlu diperhatikan adalah jika jumlah penduduk dengan tingkat
pendidikan tinggi banyak yang migrasi ke daerah lain, maka kondisi ini memberi
dampak negatif bagi pembangunan di daerah asalnya. Hasil estimasi
memperlihatkan nilai parameter estimasi untuk jumlah penduduk berpendidikan tinggi adalah 0.0568, artinya jika terjadi peningkatan jumlah penduduk
berpendidikan tinggi di Sulawesi sebanyak 1000 orang, maka akan meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke Jawa sebanya 57 orang. Respon migran dari
Sulawesi ke Jawa terhadap penduduk berpendidikan tinggi di pulau tersebut bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Nilai parameter
estimasi untuk variabel lag migran dari Sulawesi ke Jawa menunjukkan terjadi peningkatan jumlah migran dari Sulawesi ke Jawa dari tahun ke tahun.
Tabel 17 memperlihatkan upah di Pulau Lain berpengaruh negatif terhadap jumlah migran masuk dari Pulau Lain ke Jawa. Nilai parameter estimasi
menunjukkan peningkatan upah sebesar 10 ribu rupiah akan menurunkan jumlah migran dari Pulau Lain ke Jawa sebesar 576 orang. Variabel ini merupakan faktor
yang menahan migran Pulau Lain untuk melakukan migrasi ke Jawa. Nilai elastisitas menunjukkan respon migran dari Pulau Lain ke Jawa bersifat inelastis
dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Variabel permintaan tenaga kerja di Jawa dan jumlah penduduk
berpendidikan tinggi di Pulau Lain yang merupakan faktor penarik dan penahan migran Pulau Lain ke Jawa berhubungan positif, tetapi tidak berpengaruh
terhadap jumlah migran yang masuk dari Pulau Lain ke Jawa.
162 Berbeda dengan variabel penduduk berpendidikan tinggi, jumlah
penduduk berpendidikan rendah berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah migran dari Pulau Lain ke Jawa. Jika dilihat nilai elastisitasnya, respon migran
dari Pulau Lain ke Jawa terhadap jumlah penduduk berpendidikan rendah bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Kondisi ini
terjadi karena semakin meningkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi, serta sarana dan prasarana yang semakin baik di Jawa, sehingga penduduk berpendidikan rendah
yang umumnya sulit untuk memperoleh pekerjaan di daerahnya terdorong untuk migrasi ke Jawa. Lag migran dari Pulau Lain ke Jawa menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah migran dari Pulau Lain ke Jawa dari tahun ke tahun.
Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Migran Masuk dari Pulau Lain ke Jawa
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran P.lain -Jawa
Intersep Upah di Pulau Lain
Permintaan TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Pulau Lain Penduduk Berpendidikan rendah di
Pulau Lain Lag Migran P.lain-Jawa
MIGPJ WP
DTKJ DIKTP
DIKRP LMIGPJ
-77888.7000 -0.0576
a
0.0014 0.0558
0.0144
b
0.9103
a
-0.0940 0.3242
0.0312 0.2211
-1.0481 3.6135
0.3473 2.4642
R
2
= 0.9852 F
hit
= 199.5300
a
DW = 2.0483
6.1.1.2. Total Migran Masuk
Total migran masuk merupakan persamaan identitas. Total migran masuk merupakan penjumlahan dari total migran masuk dari Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan pulau lain ke Jawa MIGINJ
t
. Total migran masuk ke Sumatera MIGINS
t
, Kalimantan MIGINK
t
, Sulawesi MIGINSL
t
dan Pulau Lain
163 MIGINP
t
merupakan penjumlahan dari total migran dari Jawa dan pulau-pulau lain selain Jawa yang masuk ke pulau-pulau tujuan.
MIGINJ
t
= MIGSJ
t
+ MIGKJ
t
+ MIGSLJ
t
+ MIGPJ
t
MIGINS
t
= MIGJS
t
+ MIGLJS
t
MIGINK
t
= MIGJK
t
+ MIGLJK
t
MIGINSL
t
= MIGJSL
t
+ MIGLJSL
t
MIGINP
t
= MIGJP
t
+ MIGLJP
t
6.1.1.3. Migrasi Keluar dari Jawa ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan
Pulau Lain
Hasil estimasi persamaan migran keluar dari Jawa ke Sumatera menunjukkan nilai R
2
= 0.6723. Artinya 67.23 persen variasi variabel migran keluar dari Jawa ke Sumatera mampu dijelaskan oleh variasi variabel-variabel
penjelasnya. Hasil estimasi ini juga memperlihatkan produk domestik regional bruto di Jawa GRDPJ berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap
jumlah migran dari Jawa ke Sumatera. Nilai parameter estimasi untuk variabel GRDPJ menunjukkan peningkatannya sebesar 10 milyar rupiah akan menurunkan
jumlah migran dari Jawa ke Sumatera sebesar 14 orang. Kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian Dreher dan Poutvaara 2005 yang menyatakan faktor
penarik dan pendorong dari migrasi adalah pendapatan GDP penduduk antara daerah asal dan daerah tujuan. Jika pendapatan migran di daerah asal lebih besar
dibandingkan dengan daerah tujuan, maka penduduk daerah asal memutuskan untuk tidak melakukan migrasi. Hasil estimasi setiap parameter untuk persamaan
migran keluar dari Jawa ke Sumatera dapat dilihat pada Tabel 18.
164
Tabel 18. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sumatera
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa-Sumatera Intersep
Produk Domestik Regional Bruto di Jawa Permintaan TK di Jawa
Permintaan TK di Sumatera Penduduk di Jawa
Pengeluaran Infrastruktur di Sumatera MIGJS
GRDPJ DTKJ
DTKS POPJ
GEXIS 1428856.0000
-1.3531
a
-0.0556
c
0.2539
b
9.1636 113.3739
b
-0.1578 -0.7974
1.2014 0.3049
0.0387
R
2
= 0.6723 F
hit
= 6.1500
a
DW = 1.5322
Permintaan tenaga kerja di Jawa berpengaruh negatif terhadap jumlah migran dari Jawa ke Sumatera. Permintaan jumlah tenaga kerja di daerah asal
merupakan faktor yang menahan seseorang untuk melakukan migrasi. Nilai parameter estimasi menunjukkan peningkatan jumlah permintaan tenaga kerja di
daerah asal sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Sumatera sebanyak 56 orang. Respon migran dari Jawa ke Sumatera terhadap
permintaan tenaga kerja bersifat elastis dalam jangka pendek. Sebaliknya permintaan jumlah tenaga kerja di Sumatera berhubungan
positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Sumatera. Variabel ini merupakan faktor penarik bagi migran dari Jawa untuk migrasi ke Sumatera. Hasil estimasi
parameter menunjukkan jika jumlah permintaan tenaga kerja di pulau tersebut meningkat sebanyak 1000 orang akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa
sebanyak 254 orang. Respon migran dari Jawa ke Sumatera terhadap permintaan tenaga kerja di Jawa bersifat inelastis dalam jangka pendek. Kondisi ini sejalan
dengan model migrasi Todaro yang menyatakan para migran selalu mempertimbangkan dan membandingkan pasar kerja di daerah asal dan daerah
tujuan. Apabila pasar kerja di daerah tujuan lebih besar dari daerah asal, dan
165 kemungkinan mendapat keuntungan yang lebih besar di daerah tujuan maka
keputusannya adalah melakukan migrasi Todaro, 1998. Tabel 18 juga memperlihatkan jumlah penduduk di Jawa berhubungan
positif tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Jawa ke Sumatera. Hasil estimasi memperlihatkan nilai parameter estimasi untuk jumlah
penduduk di Jawa adalah 9.1636, artinya peningkatan jumlah penduduk di Jawa sebanyak 1000 orang, hanya meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Sumatera
sebesar 9 orang. Kondisi ini menunjukkan sulitnya mendorong penduduk Jawa untuk migrasi keluar Jawa. Tingginya tingkat kepadatan penduduk, tidak menjadi
hambatan bagi penduduk di pulau tersebut untuk terus bertahan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha keras untuk meningkatkan distribusi penduduk baik
melalui program transmigrasi maupun program lain yang mampu merangsang dan mengarahkan migrasi swakarsa agar persebaran penduduk lebih merata antara
Jawa dan luar Jawa. Banyak hal positif yang diperoleh dengan adanya distribusi penduduk, khusus dalam bidang ekonomi. Distribusi penduduk merupakan salah
satu faktor yang mendorong pembangunan, dimana distribusi penduduk berarti menyediakan tenaga kerja serta keterampilan baik untuk perluasan produksi di
daerah-daerah maupun pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, akan timbul integrasi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun
daerah. Pengeluaran infrastruktur di Sumatera berhubungan positif terhadap
jumlah migran keluar dari Jawa ke Sumatera. Sejalan dengan permintaan tenaga kerja, maka peningkatan pengeluaran infrastruktur akan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat setempat maupun daerah lain, sehingga dapat mendorong terjadinya migrasi. Hasil estimasi Tabel 18 menunjukkan
166 peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan
jumlah migran dari Jawa ke Sumatera sebanyak 113 orang. Respon migran dari Jawa ke Sumatera terhadap pengeluaran infrastruktur bersifat inelastis.
Kalimantan merupakan pulau yang mempunyai daya tarik bagi migran dari pulau yang penduduknya lebih padat. Umumnya para migran yang migrasi
ke Kalimantan tidak mengikutsertakan anggota keluarganya. Jika migran tersebut sudah merasa cocok dan kesempatan untuk keberhasilannya di masa depan baik,
maka seluruh keluarganya akan mengikuti migran tersebut. Dalam kondisi lain umumnya migrasi ke Kalimantan karena terkait dengan adanya kontrak kerja di
perkebunan. Pada keadaan ini mereka akan mengikutsertakan keluarganya. Hasil estimasi persamaan migran keluar dari Jawa ke Kalimantan Tabel
19 menunjukkan secara parsial lag migran dari Jawa ke Kalimantan, upah di Jawa dan perubahan pengeluaran infrastruktur di Kalimantan berpengaruh nyata
terhadap jumlah migran dari Jawa ke Kalimantan. Kondisi ini menunjukkan migran dari Jawa bersedia migrasi ke Kalimantan jika ada kesempatan kerja di
pulau tersebut. Lag migran menunjukkan generasi migran terdahulu berperan sebagai sumber informasi dan motivasi, serta membantu memberikan bimbingan
bagi migran yang baru dalam menyesuaikan diri di daerah tujuan. Sehingga mendorong terjadinya peningkatan migran dari Jawa ke Kalimantan setiap tahun.
Ditinjau dari nilai estimasi parameter, terlihat bahwa permintaan tenaga kerja di Kalimantan berhubungan positif terhadap migran keluar dari Jawa ke
Kalimantan. Nilai parameter estimasi untuk variabel ini adalah 0.0141, artinya peningkatan permintaan tenaga kerja di Kalimantan sebanyak 1000 orang akan
meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Kalimantan sebanyak 14 orang. Variabel ini merupakan faktor yang menarik migran dari Jawa untuk migrasi ke
167 Kalimantan. Respon migran dari Jawa ke Kalimantan terhadap permintaan tenaga
kerja di Kalimantan bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tabel 19 memperlihatkan nilai estimasi parameter untuk upah di Jawa
menunjukkan peningkatan upah di Jawa sebesar 10 ribu rupiah akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Kalimantan sebanyak 752 orang. Variabel ini
merupakan faktor penahan migran dari Jawa untuk migrasi ke Kalimantan. Respon migran dari Jawa ke Kalimantan terhadap variabel ini bersifat inelastis
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tabel 19. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Kalimantan
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Jawa-Kalimantan
Intersep Permintaan TK di Kalimantan
Upah di Jawa Penduduk di Jawa
Perubahan Pengeluaran Infrastuktur di Kalimantan
Lag Migran Jawa-Kalimantan MIGJK
DTKK WJ
POPJ PGEXIK
LMIGJK -4441.7400
0.0141 -0.0752
b
1.3431 38.0197
b
0.8346
a
0.0636 -0.0202
0.1577 0.3846
-0.1222 0.9535
R
2
= 0.9975 F
hit
= 1207.2200
a
DW= 1.5073
Jika penduduk di Jawa bertambah 1000 orang, hanya akan meningkatkan satu orang migran dari Jawa ke Kalimantan. Variabel ini seharusnya menjadi
faktor pendorong bagi penduduk Jawa supply push factor untuk melakukan migrasi. Demikian juga dengan variabel perubahan pengeluaran infrastruktur,
dimana variabel ini juga merupakan faktor pendorong migran dari Jawa untuk migrasi ke Kalimantan. Pengeluaran infrastruktur di Kalimantan tujuannya adalah
untuk memperbaiki kondisi infrastruktur di pulau tersebut. Semakin baik kondisi infrastruktur maka semakin tinggi minat migran untuk migrasi ke pulau tersebut.
168 Selain itu dalam memperbaiki infrastruktur dibutuhkan tenaga kerja, maka
peningkatan pengeluaran infrastruktur dapat meningkatkan permintaan tenaga kerja. Kondisi ini dapat menarik migran dari luar wilayah tersebut. Tabel 19
memperlihatkan nilai parameter estimasi perubahan pengeluaran infrastruktur adalah 38.0197, artinya setiap peningkatan pengeluaran pembangunan bidang
infrastruktur sebesar 1 milyar rupiah, akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Kalimantan sebanyak 38 orang.
Persamaan migran keluar dari Jawa ke Sulawesi Tabel 20 juga memiliki daya penjelas yang tinggi, ditinjau dari nilai R
2
= 7906. Artinya 79.06 variasi variabel migran keluar dari Jawa ke Sulawesi mampu dijelaskan oleh variabel-
variabel penjelasnya. Hasil estimasi parameter dugaan untuk variabel permintaan tenaga kerja di Sulawesi berhubungan positif dengan migran keluar dari Jawa ke
Sulawesi. Nilai parameter estimasi memperlihatkan peningkatan jumlah permintaan tenaga kerja di Sulawesi sebanyak 1000 orang akan meningkatkan
jumlah migran dari Jawa ke Sulawesi sebanyak 39 orang. Respon migran dari Jawa ke Sulawesi terhadap permintaan tenaga kerja di Sulawesi bersifat inelastis
dalam jangka pendek.
Tabel 20. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Sulawesi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa-Sulawesi Intersep
Permintaan TK di Sulawesi Penawaran TK di Jawa
Pengeluaran Infrastuktur di Sulawesi
MIGJSL DTKSL
STKJ GEXISL
87702.2300 0.0390
b
0.0003 30.4832
0.6531 0.0453
0.0318
R
2
= 0.7906 F
hit
= 21.3900
a
DW = 0.4875
169 Penawaran tenaga kerja di Jawa dan pengeluaran infrastruktur di Sulawesi
juga berhubungan positif tetapi tidak mempengaruhi jumlah migran dari Jawa ke Sulawesi. Tabel 20 memperlihatkan juga bahwa migran keluar dari Jawa ke
Sulawesi akan terjadi jika adanya kesempatan kerja di Sulawesi. Tetapi jika tidak ada kesempatan kerja di Sulawesi, meskipun jumlah penawaran tenaga kerja di
Jawa semakin meningkat, hanya sedikit migran yang berkeinginan untuk migrasi ke Sulawesi.
Hasil estimasi parameter untuk migran keluar dari Jawa ke Pulau Lain Tabel 21 juga menunjukkan daya penjelas yang tinggi, ditandai dengan nilai
koefisien determinasi R
2
= 0.7327. Artinya 73.27 persen variasi variabel migran keluar dari Jawa ke Pulau lain mampu dijelaskan oleh variabel-variabel penjelas
dalam persamaan tersebut. Hasil analisis uji t memperlihatkan semua variabel penjelas berpengaruh nyata terhadap migran keluar dari Jawa ke Pulau Lain.
Tabel 21. Hasil Estimasi Persamaan Migran Keluar dari Jawa ke Pulau Lain
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa - P.lain Intersep
Lag Upah di Jawa Perubahan Upah di P.Lain
Pengangguran di Jawa Pengeluaran Infrastuktur di P.Lain
MIGJP LWJ
PWP UJ
GEXIP
330586.5000 -0.5431
b
0.7616
b
0.0381
b
172.2293
b
0.2907 0.2021
R
2
= 0.7327 F
hit
= 10.9600
a
DW= 0.6285
Nilai estimasi parameter untuk variabel lag upah di Jawa dan upah di Pulau Lain memperlihatkan jika terjadi peningkatan upah di Jawa pada periode
lalu sebesar 10 ribu rupiah per bulan, akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Pulau Lain sebanyak 5431 orang. Sebaliknya jika upah di Pulau Lain
170 meningkat 10 ribu rupiah perbulan, maka akan meningkatkan jumlah migran dari
Jawa ke Pulau Lain sebanyak 7616 orang. Sementara itu peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar satu milyar
rupiah, akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Pulau Lain sebanyak 172 orang. Jika ditinjau dari nilai estimasi parameter variabel pengangguran di Jawa,
terlihat bahwa variabel ini berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Pulau Lain. Nilai estimasi parameternya adalah 0.0381, artinya peningkatan
jumlah pengangguran di Jawa sebanyak 1000 orang, akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Pulau Lain sebanyak 38 orang. Kondisi ini menunjukkan
bahwa migrasi dari Jawa ke Pulau Lain akan terjadi jika ada perbedaan upah yang diharapkan antara daerah asal dan daerah tujuan migran, serta adanya peluang
untuk memperoleh pekerjaan di daerah tujuan. Jika peluang kerja daerah tujuan lebih besar dibandingkan dengan daerah asal maka keputusannya adalah migrasi.
Hasil estimasi ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawan 2007 yang menyatakan indikator ekonomi, yaitu Produk Domestik
Regional Bruto PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan, Upah Minimum Provinsi UMP dan pengangguran menunjukkan hasil cukup signifikan, artinya
tingkat migrasi yang terjadi akibat pengaruh daya tarik ekonomi yang dimasukkan ke dalam model. Respon migran dari Jawa ke Pulau Lain terhadap kedua variabel
penjelas ini bersifat inelastis dalam jangka pendek.
6.1.1.4. Total Migran Keluar
Migran keluar merupakan persamaan identitas yang berupa penjumlahan dari migran keluar dari Jawa MIGOUTJ
t
ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain. Sedangkan migran keluar dari Sumatera MIGOUTS
t
,
171 Kalimantan MIGOUTK
t
, Sulawesi MIGOUTSL
t
, dan Pulau Lain MIGOUTP
t
merupakan penjumlahan dari migran masing-masing pulau tersebut ke Jawa dan ke pulau-pulau lain selain Jawa.
MIGOUTJ
t
= MIGJS
t
+ MIGJK
t
+ MIGJSL
t
+ MIGJP
t
MIGOUTS
t
= MIGSJ
t
+ MIGSPLJ
t
MIGOUTK
t
= MIGKJ
t
+ MIGKLJ
t
MIGOUTSL
t
= MIGSLJ
t
+ MIGSLLJ
t
MIGOUTP
t
= MIGPJ
t
+ MIGPLJ
t
6.1.2. Migrasi Internasional
Menurut Ananta dan Chotib 2002, berdasarkan pengalaman negara- negara maju, pembangunan ekonomi memperlihatkan tahapan yang berbeda, dan
memiliki karakteristik demografis yang berbeda pula. Pada tahap awal pembangunan, angka kelahiran dan kematian terlihat lebih tinggi. Mereka
umumnya menghadapi surplus tenaga kerja muda dan tak terdidik. Modal perekonomian dan tenaga kerja terdidik masih sangat langka. Oleh karena itu
untuk mengatasi masalah ini, dilakukan pengiriman tenaga kerja yang ada tak terdidik ke luar negeri. Pada saat bersamaan, mereka juga menerima modal dan
tenaga kerja terdidik dari luar negeri. Migrasi internasional di Indonesia sudah berjalan hingga saat ini, tetapi
studi mengenai migrasi internasional ini baru dimulai, sehingga ketersediaan informasinya masih sangat terbatas. Motif dasar perpindahan tenaga kerja antar
negara ini dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, mereka yang bekerja ke luar
negeri dengan tujuan untuk menjual tenaga, keterampilan atau kepandaian
mereka. Kedua, mereka bekerja keluar negeri sehubungan dengan penjualan
172 teknologi atau penanaman modal. Arus utama aliran tenaga kerja dari bentuk
pertama umumnya berasal dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju, dari negara-negara miskin ke negara-negara kaya, dan dari negara-negara
surplus tenaga kerja ke negara-negara yang kekurangan tenaga kerja. Sedangkan arus utama dari bentuk kedua umumnya adalah dari negara-negara maju ke
negara-negara berkembang Mulyadi, 2003. Perpindahan tenaga kerja dari negara-negara berkembang ke luar negeri
disebabkan oleh perbedaan ekonomi antar negara. Rendahnya tingkat upah dan sulitnya memperoleh pekerjaan yang memadai di negara-negara berkembang dan
adanya kesempatan kerja serta tingginya tingkat upah di negara-negara maju mendorong perpindahan tenaga kerja dari negara-negara berkembang ke negara-
negara maju. Berdasarkan laporan World Bank 2002, ketika upah minimum yang ditetapkan di Indonesia sebesar US 241 per tahun selama periode 1990-
1994, upah minimum di Thailand dan Singapura, masing-masing sudah mencapai US 1159 dan US 12712 per tahun. Demikian pula halnya dengan biaya per
tenaga kerja pada industri manufaktur dalam periode yang sama. Biaya yang dikeluarkan pengusaha Indonesia sebesar US 3054 per tahun masih jauh lebih
rendah dibanding biaya yang sama di Malaysia US 3429, Republik Korea US 10743, dan Jepang US 31687. Dengan demikian semakin banyak jumlah
tenaga kerja migran Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri. Beberapa studi mengenai migrasi internasional di Indonesia
mengindikasikan bahwa migran-migran yang berasal dari Indonesia dicirikan dengan tingkat pendidikan yang rendah, pengetahuan dan keahlian yang terbatas,
dan berumur antara 15 hingga 40 tahun. Dengan ciri yang demikian banyak migran dari Indonesia bekerja pada sektor-sektor informal, seperti pembantu
173 rumah tangga atau sebagai buruh pabrik. Kondisi ini sangat berbeda
dibandingkan migran-migran yang berasal dari negara lain, seperti Thailand, Philipina dan Korea Selatan Skeldon, 1992.
Sementara menurut Tirtosudarmo 2002, pekerja migran yang berada di Arab Saudi sebagian besar terdiri dari tenaga kerja wanita yang umumnya bekerja
sebagai pembantu rumah tangga. Sedangkan tenaga kerja pria umumnya bekerja sebagai supir atau bekerja sebagai pekerja teknis. Para pekerja wanita yang
bekerja sebagai pembantu rumah tangga umumnya terisolasi, sehingga sangat sukar bagi mereka untuk mengakses berbagai informasi.
Sejalan dengan studi yang diutarakan oleh Tirtosudarmo, Hugo 2007 juga menyatakan bahwa sebagian besar pekerja migran dari Indonesia memiliki
tingkat keahlian yang rendah, dan umumnya pekerja migran Indonesia adalah wanita. Dengan tingkat keahlian yang rendah, maka pekerja migran wanita ini
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Hongkong, dan Brunei. Sedangkan pekerja migran pria lebih banyak yang
bekerja di Korea Selatan, Taiwan dan Jepang. Kualitas pekerja migran dari Indonesia yang rendah menunjukkan bahwa
mereka sadar akan hak-hak mereka yang rendah pula. Berdasarkan data statistik yang tersedia menyebutkan 82 persen pekerja migran Indonesia adalah perempuan
yang berasal dari pedesaan dengan pendidikan tingkat dasar, dan 98 persen dari mereka bekerja di sektor domestik atau penatalaksana rumah tangga. Kondisi
telah menempatkan posisi pekerja perempuan Indonesia bertumpu pada pekerjaan yang berkarakter 3D yaitu Dirty, Dangerous dan Difficult pekerjaan kotor,
berbahaya, dengan tingkat kesulitan tinggi, yang secara luas diakui sangat rentan
174 dengan pelanggaran HAM bahkan banyak diantaranya yang berakibat kematian
Kassim, 1997. Negara tujuan utama tenaga kerja migran dari Indonesia adalah Malaysia
38 persen, Singapura 10 persen dan Arab Saudi 38 persen. Jumlah ini belum termasuk tenaga kerja migran yang berangkat secara tidak terdokumentasi
undocumented movement, yang menurut perkiraan Hugo 2000 jumlahnya jauh lebih banyak dari yang termonitor oleh Depnakertrans. Relatif besarnya jumlah
tenaga kerja migran di luar negeri telah mendatangkan manfaat yang cukup besar, terutama dalam mengurangi pengangguran dan mengalirnya devisa ke Indonesia.
6.1.2.1 Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Malaysia
Malaysia merupakan salah satu negara tujuan utama tenaga kerja migran Indonesia. Penyebab banyaknya orang Indonesia bekerja di Malaysia dibanding
dengan di negara-negara lain adalah terbukanya peluang kerja secara luas di negara ini. Terutama sejak dilaksanakan Dasar Ekonomi Baru DEB yang
dipandang cukup berhasil mengangkat Malaysia sebagai salah satu negara industri baru NICs di wilayah Asia Tenggara. Kondisi ini memicu ekspansi industri di
Malaysia, terutama sektor manufaktur, dan kemudian diikuti pula oleh penambahan kesempatan kerja di sektor perdagangan, jasa dan birokrasi
pemerintahan yang hampir seluruhnya berada di daerah perkotaan. Selain itu, faktor kesamaan budaya serta jarak yang relatif dekat, juga menjadikan Malaysia
lebih menarik bagi orang Indonesia untuk mencari nafkah. Bahkan, banyak di antara mereka masuk ke Malaysia tanpa proses keimigrasian yang sah. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain masuk secara ilegal ke Malaysia dari
175 Indonesia relatif mudah dan murah, sebab pada umumnya tenaga kerja migran
Indonesia sama-sama suku Melayu, dan banyaknya warga Indonesia yang sudah lama bekerja, bahkan menetap di negeri jiran ini, yang dapat menjadi tempatan
bagi tenaga kerja ilegal tersebut Syahriani, 2007. Hasil estimasi persamaan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia Tabel 22
memperlihatkan upah di Malaysia, produk domestik regional bruto di Jawa, permintaan tenaga kerja di Jawa, penduduk berpendidikan rendah dan tinggi di
Jawa berpengaruh terhadap jumlah migran dari Jawa ke Malaysia. Kondisi ini menunjukkan keinginan terbesar dari migran dari Jawa untuk menjadi tenaga
kerja migran di Malaysia adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Tetapi jika pendapatan di daerah asal meningkat, maka lebih baik mereka tetap
berada di daerah asal Jawa daripada harus bekerja di luar negeri dengan berbagai resiko yang harus mereka hadapi.
Berdasarkan hasil estimasi parameter terlihat bahwa upah di Malaysia berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia dengan nilai
0.0279. Artinya jika upah di Malaysia meningkat sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia sebanyak 279 orang.
Kondisi ini terjadi karena rendahnya upah di Indonesia, sehingga mendorong tenaga kerja Indonesia untuk migrasi ke Malaysia. Respon jumlah tenaga kerja
migran dari Jawa ke Malaysia terhadap upah di Malysia bersifat elastis dalam jangka pendek.
Tabel 22 memperlihatkan juga peningkatan produk domestik regional bruto di Jawa sebesar satu trilyun rupiah akan menurunkan jumlah migran dari
Jawa ke Malaysia sebanyak 236 orang. Permintaan tenaga kerja di Malaysia berhubungan positif dan tidak berpengaruh terhadap jumlah migran dari Jawa ke
176 Malaysia. Nilai estimasi parameter menunjukkan peningkatan jumlah permintaan
tenaga kerja di Malaysia 1000 orang akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia sebanyak 54 orang. Permintaan tenaga kerja di Malaysia merupakan
demand pull factor yang mendorong tingginya keinginan migran dari Jawa untuk
bekerja di negara tersebut.
Tabel 22. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Malaysia
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa-Malaysia Intersep
Upah di Malaysia Produk Domestik Regional Bruto di Jawa
Permintaan TK di Malaysia Penawaran TK di Malaysia
Permintaan TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Rendah di Jawa
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Jawa MIGJM
WM1 GRDPJ
DTKM STKM
DTKJ DIKRJ
DIKTJ
-615151.0000 0.0279
b
-0.2362
b
53.5051 -1.9968
-0.0082
c
0.0362
c
-0.0280
c
1.8266 -2.8542
12.8132 -0.4978
-12.1813 21.7715
-1.4285 R
2
= 0.6986 F
hit
= 4.3000
a
DW = 2.3230
Hasil parameter estimasi untuk variabel penawaran tenaga kerja di Malaysia adalah -1.9968. Artinya peningkatan jumlah penawaran tenaga kerja di
Malaysia sebanyak 1000 orang hanya menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia sebanyak 2 orang. Respon jumlah tenaga kerja migran dari Jawa ke
Malaysia terhadap penawaran tenaga kerja di Malaysia bersifat inelastis dalam jangka pendek. Kondisi ini menunjukkan meskipun penawaran tenaga kerja di
Malaysia meningkat, tetapi kesempatan kerja pada sektor pertanian dan pembantu rumah tangga di negara tersebut masih tinggi, sehingga tidak menyurutkan minat
tenaga kerja migran dari Jawa untuk migrasi ke negara tersebut. Permintaan tenaga kerja di Jawa juga berhubungan negatif terhadap
jumlah migran dari Jawa ke Malaysia dengan nilai estimasi parameternya -0.0082. Artinya peningkatan permintaan tenaga kerja di Jawa sebesar 1000 orang, hanya
177 menurunkan jumlah migran Jawa ke Malaysia sebanyak 8 orang. Berdasarkan
nilai elastisitas, respon migran internasional dari Jawa ke Malaysia terhadap permintaan tenaga kerja di Jawa bersifat elastis dalam jangka pendek.
Tabel 22 memperlihatkan juga bahwa penduduk berpendidikan rendah berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia. Kondisi ini
menunjukkan penduduk berpendidikan rendah memiliki tingkat keahlian yang rendah pula, sehingga kesempatan kerja untuk mereka di dalam negeri juga
rendah. Akibatnya mereka memutuskan untuk menjadi tenaga kerja migran di Malaysia dengan upah yang lebih tinggi, meskipun hanya bekerja sebagai buruh
atau pembantu rumah tangga dengan berbagai resiko yang akan mereka hadapi. Sebaliknya penduduk berpendidikan tinggi di Jawa berhubungan negatif
dengan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia dengan nilai parameter estimasinya -0.0280. Artinya peningkatan jumlah penduduk berpendidikan tinggi sebanyak
1000 orang akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Malaysia sebanyak 28 orang. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pendidikan, tingkat keahlian dan
kemampuan berfikir yang lebih baik, menyebabkan sebagian besar penduduk berpendidikan tinggi tidak bersedia melakukan migrasi ke luar negeri. Oleh
karena itu mereka memilih bekerja di dalam negeri meskipun dengan upah yang lebih rendah daripada menjadi pekerja migran di luar negeri dengan upah yang
lebih tinggi tetapi harus menghadapi berbagai resiko. Respon jumlah tenaga kerja migran dari Jawa ke Malaysia terhadap jumlah penduduk berpendidikan tinggi
dan berpendidikan rendah di Jawa bersifat elastis dalam jangka pendek. Hasil estimasi persamaan migran internasional dari Sumatera ke Malaysia
Tabel 23 memperlihatkan variabel-variabel penjelas yang berpengaruh nyata terhadap migran dari Sumatera ke Malaysia adalah upah di Malaysia, produk
178 domestik regional bruto perkapita Sumatera, dan permintaan tenaga kerja di
Malaysia. Kondisi ini menunjukkan migran dari Sumatera lebih mengutamakan kesempatan kerja di negara tujuan.
Hasil estimasi parameter upah di Malaysia berhubungan positif dengan migran dari Sumatera dengan nilai 0.0084, artinya peningkatan upah di Malaysia
1000 rupiah perbulan akan meningkatkan jumlah migran dari Sumatera ke Malaysia hanya 8 orang. Upah di negara tujuan merupakan faktor yang
mendorong terjadinya migrasi dari Sumatera ke negara tujuan. Respon tenaga kerja migran dari Sumatera ke Malaysia terhadap upah di Malaysia bersifat elastis
dalam jangka pendek.
Tabel 23. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera Malaysia
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Sumatera-Malaysia Intersep
Upah di Malaysia Produk Domestik Regional Bruto Perkapita di
Sumatera Permintaan TK di Malaysia
Pengangguran di Sumatera Penduduk Berpendidikan rendah di Sumatera
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sumatera MIGSM
WM1 GRDPCS
DTKM US
DIKRS DIKTS
-66160.9000 0.0084
c
- 16060.4000
b
12.5483
b
0.0122 0.0021
-0.0238 1.0319
-3.0574 5.6715
0.6682 1.0489
-0.6386 R
2
= 0.6075 F
hit
= 3.6100
a
DW = 2.6524
Produk domestik regional bruto perkapita di Sumatera berpengaruh negatif terhadap migran dari Sumatera ke Malaysia. Kondisi ini ditunjukkan oleh
peningkatannya sebesar 1000 rupiah akan menurunkan jumlah migran dari Sumatera ke Malaysia sebanyak 16 orang. Kondisi ini menunjukkan migran dari
Sumatera tidak akan migrasi ke Malaysia jika pendapatan mereka di dalam negeri
179 meningkat. Respon tenaga kerja migran dari Sumatera ke Malaysia terhadap
pendapatan perkapita penduduk Sumatera bersifat elastis dalam jangka pendek. Tabel 23 memperlihatkan juga bahwa nilai estimasi permintaan tenaga
kerja di Malaysia adalah 12.5483, artinya peningkatannya sebanyak 1000 orang akan meningkatkan jumlah migran dari Sumatera ke Malaysia sebanyak 13 orang.
Respon tenaga kerja migran dari Sumatera ke Malaysia terhadap permintaan tenaga kerja di Malaysia bersifat elastis dalam jangka pendek.
Menurut Sustikarini 2004, sejak diterapkan kebijakan ekonomi baru New Economic Policy=NEP, memicu ekspansi industri di Malaysia, khususnya
sektor manufaktur, sehingga kondisi ini juga mengakibatkan permintaan tenaga kerja di Malaysia terus meningkat. Perkembangan bidang manufaktur ini
mempengaruhi angkatan kerja yang umumnya berpendidikan tinggi di Malaysia pindah ke kota untuk mengisi lapangan pekerjaan di sektor manufaktur yang
tingkat upahnya lebih tinggi, akibatnya terjadi kekurangan tenaga kerja di sektor pertanian. Kondisi ini mengakibatkan Malaysia pernah mengalami kerugian
dalam bidang pertanian dan turunnya penerimaan devisa pada periode 1980-1985. Masalah ini tidak dapat diatasi dengan sektor manufaktur saja, meskipun sektor
ini mampu menghasilkan devisa yang cukup besar. Sektor pertanian tetap menjadi sektor andalan bagi pemerintah Malaysia.
Masalah lainnya yang dihadapi oleh pemerintah Malaysia adalah NEP juga meningkatkan kesempatan kerja bagi tenaga kerja wanita yang berpendidikan
tinggi untuk bekerja di sektor formal. Tingginya kesempatan untuk berkarir ini menyebabkan kebutuhan terhadap pembantu rumah tangga semakin meningkat.
Sementara tenaga kerja wanita di Malaysia yang berpendidikan rendah lebih memilih untuk bekerja di sektor manufaktur yang tingkat upahnya lebih tinggi.
180 Akibatnya terjadi kekurangan tenaga kerja untuk menjadi pembantu rumah tangga
di Malaysia. Oleh karena itu, masalah kekurangan tenaga kerja ini diatasi oleh pemerintah Malaysia untuk membuka kesempatan bagi masuknya tenaga kerja
asing. Dari beberapa negara yang menjadi pemasok tenaga kerja ke Malaysia, Indonesia menempati posisi yang sangat signifikan dalam segi kuantitas.
Tabel 23 memperlihatkan juga tingginya permintaan tenaga kerja di Malaysia mendorong jumlah tenaga kerja Sumatera yang menganggur untuk
menjadi tenaga kerja migran di Malaysia. Hasil estimasi parameter menunjukkan peningkatan pengangguran di Sumatera sebanyak 1000 orang akan meningkatkan
jumlah tenaga kerja migran dari Sumatera ke Malaysia sebanyak 12 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk, sama halnya dengan persamaan
migran dari Jawa ke Malaysia, maka terlihat bahwa penduduk Sumatera dengan tingkat pendidikan rendah juga berhubungan positif dengan jumlah migran dari
Sumatera ke Malaysia. Sebaliknya penduduk berpendidikan tinggi berhubungan negatif dengan jumlah migran dari Sumatera ke Malaysia. Artinya peningkatan
jumlah penduduk berpendidikan tinggi akan menurunkan jumlah migran dari Sumatera ke Malaysia.
Tabel 24 menunjukkan hasil estimasi persamaan migran dari Kalimantan ke Malaysia. Hasil tersebut memperlihatkan upah di Malaysia, upah di
Kalimantan, permintaan tenaga kerja dan penduduk berpendidikan tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah migran dari Kalimantan ke
Malaysia. Kondisi ini menunjukkan bahwa migran yang berasal dari Kalimantan sangat memperhatikan perbedaan upah antara daerah asal dan daerah tujuan, serta
kesempatan kerja kerja di daerah tujuan. Artinya jika terjadi perubahan pada variabel-variabel tersebut, maka migran dengan cepat dapat memutuskan untuk
181 migrasi atau tidak. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa letak geografis
antara Kalimantan dan Malaysia yang berdekatan, menyebabkan penduduk di Kalimantan dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang upah atau
kesempatan kerja di Malaysia. Berdasarkan nilai estimasi parameter terlihat bahwa upah di Malaysia
berhubungan positif dengan jumlah migran Kalimantan ke Malaysia, dimana peningkatan upah di Malaysia sebesar 1000 rupiah perbulan akan meningkatkan
jumlah migran dari Kalimantan ke Malaysia sebanyak 16 orang. Demikian juga dengan permintaan tenaga kerja di Malaysia yang berhubungan positif dengan
jumlah migran dari Kalimantan ke Malaysia, dimana peningkatan permintaan tenaga kerja di Malaysia sebanyak 1000 orang, akan meningkatkan jumlah migran
dari Kalimantan ke Malaysia sebanyak 46 orang. Variabel ini merupakan pendorong bagi migran dari Kalimantan untuk migrasi ke Malaysia.
Tabel 24. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Malaysia
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka Pendek
Migran Kalimantan-Malaysia Intersep
Upah di Malaysia Upah di Kalimantan
Permintaan TK di Malaysia Permintaan TK di Kalimantan
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Kalimantan
MIGKM WM1
WK DTKM
DTKK DIKTK
-116582.0000 0.0163
b
-0.2656
b
46.1446
b
-0.0253 -0.7545
b
1.3699 -3.3409
14.1917 -4.3167
-2.4171
R
2
= 0.6769 F
hit
= 6.2900
a
DW = 2.6198
Sebaliknya upah di Kalimantan berhubungan negatif dengan jumlah migran dari Kalimantan ke Malaysia dengan nilai -0.2656. Artinya peningkatan
upah di Kalimantan sebesar 10 ribu rupiah, akan menurunkan jumlah migran dari Kalimantan ke Malaysia sebanyak 2656 orang. Kondisi ini menunjukkan
masyarakat Kalimantan sebenarnya lebih memilih untuk tinggal ditempat asalnya
182 daripada harus menjadi tenaga kerja migran di Malaysia, jika pendapatan yang
mereka peroleh mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian juga dengan permintaan tenaga kerja di Kalimantan yang berhubungan negatif dengan jumlah
migran dari Kalimantan ke Malaysia. Nilai parameter estimasinya adalah - 0.0253, artinya peningkatan permintaan tenaga kerja di Kalimantan sebanyak
1000 orang hanya menurunkan migran Kalimantan untuk migrasi ke Malaysia sebanyak 25 orang.
Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat penduduk Kalimantan yang berpendidikan tinggi berhubungan negatif dengan jumlah migran Kalimantan ke
Malaysia dengan nilai -0.7545, artinya jika jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi di Kalimantan meningkat sebanyak 1000 orang, maka akan
menurunkan jumlah migran dari pulau tersebut ke Malaysia sebanyak 755 orang. Seperti halnya dengan penduduk berpendidikan tinggi di Jawa, penduduk
berpendidikan tinggi di Kalimantan umumnya juga memiliki pengetahuan dan keahlian yang dapat dijadikan modal untuk bekerja di daerahnya sendiri.
Tabel 25 memperlihatkan hasil estimasi parameter persamaan migran dari Sulawesi ke Malaysia. Hasil tersebut menunjukkan upah dan permintaan tenaga
kerja di Malaysia berpengaruh nyata terhadap migran dari Sulawesi ke Malaysia. Artinya faktor utama yang mendorong peningkatan jumlah migran dari Sulawesi
ke Malaysia adalah upah dan kesempatan kerja di negara tujuan. Upah dan permintaan tenaga kerja di Malaysia berhubungan positif
dengan jumlah migran dari Sulawesi ke Malaysia. Nilai estimasi parameter menunjukkan peningkatan upah di Malaysia sebesar 1000 rupiah hanya akan
meningkatkan jumlah migran Sulawesi ke Malaysia sebanyak 2 orang, dan
183 peningkatan permintaan tenaga kerja di Malaysia sebanyak 10 ribu orang akan
meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke Malaysia sebanyak 2 orang.
Tabel 25. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Malaysia
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Sulawesi-Malaysia Upah di Malaysia
Upah di Sulawesi Permintaan TK di Malaysia
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sulawesi MIGSLM
WM1 WSL
DTKM DIKTSL
0.0002
c
-0.0024 0.1716
c
-0.0043 1.0996
-1.6361 3.4390
-1.8437 R
2
= 0.7405 F
hit
= 12.1200
a
DW = 2.1930
Upah dan penduduk berpendidikan tinggi di Sulawesi merupakan faktor- faktor yang menahan migran dari Sulawesi untuk migrasi ke Malaysia. Nilai
estimasi parameter kedua variabel tersebut masing-masing adalah -0.0024 dan -0.0043. Artinya peningkatan upah di Sulawesi sebesar 1000 rupiah hanya
menurunkan jumlah migran dari Sulawesi ke Malaysia sebanyak 2 orang, dan peningkatan jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Sulawesi sebanyak 1000
orang, juga akan menurunkan jumlah migran dari Sulawesi ke negara tersebut sebanyak 4 orang. Respon jumlah tenaga kerja migran dari Sulawesi ke Malaysia
bersifat elastis terhadap upah di Malaysia, upah di Sulawesi, permintaan tenaga kerja di Malaysia, dan penduduk berpendidikan tinggi di Sulawesi.
Hasil estimasi persamaan migran internasional dari Pulau Lain Tabel 26 menunjukkan variabel permintaan tenaga kerja di Malaysia, permintaan tenaga
kerja di Pulau Lain, jumlah penduduk berpendidikan rendah dan jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Pulau Lain berpengaruh nyata terhadap jumlah migran
dari Pulau Lain ke Malaysia. Hal ini menunjukkan penduduk Pulau Lain mengutamakan peluang kerja yang tersedia baik di tempat asal maupun di tempat
184 tujuan. Jika kedua informasi tersebut diketahui, maka migran Pulau Lain dapat
memutuskan untuk migrasi atau tidak. Berdasarkan hasil estimasi terlihat variabel upah di Malaysia berhubungan
positif dengan jumlah migran dari Pulau Lain ke Malaysia dengan nilai estimasinya 0.0013, artinya peningkatan upah di Malaysia sebesar 1000 rupiah
hanya akan meningkatkan 1 orang migran dari Pulau Lain ke Malaysia. Tabel 26 memperlihatkan produk domestik regional bruto di Pulau Lain
menunjukkan hubungan yang negatif dengan jumlah migran dari Pulau Lain ke Malaysia, dimana peningkatannya sebesar 1 trilyun rupiah pertahun hanya
mengurangi jumlah migran dari Pulau Lain ke Malaysia sebanyak 67 orang. Nilai estimasi permintaan tenaga kerja di Malaysia adalah 6.9859, artinya
peningkatan jumlah permintaan tenaga kerja di Malaysia sebanyak 1000 orang akan meningkatkan jumlah 7 orang migran dari Pulau Lain ke negara tersebut.
Sebaliknya nilai estimasi permintaan tenaga kerja di Pulau Lain adalah -0.0268, artinya peningkatan permintaan tenaga kerja sebanyak 1000 orang akan
menurunkan 27 orang migran Pulau Lain ke Malaysia.
Tabel 26. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Malaysia
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran P.Lain-Malaysia Upah di Malaysia
Produk Domestik Regional Bruto di P.Lain Permintaan TK di Malaysia
Permintaan TK di P.Lain Penduduk Berpendidikan rendah di P.Lain
Penduduk Berpendidikan Tinggi di P.Lain MIGPM
WM1 GRDPP
DTKM DTKP
DIKRP DIKTP
0.0013 -0.0678
6.9859
a
-0.0268
a
0.0336
a
0.2544
a
0.2228 -0.1968
4.5968 -14.7359
8.7597 2.4160
R
2
= 0.9241 F
hit
= 30.4400
a
DW = 1.9201
Satu hal yang menarik dari hasil estimasi migran Pulau Lain jika ditinjau dari tingkat pendidikan adalah baik penduduk berpendidikan rendah maupun
185 berpendidikan tinggi berhubungan positif dengan jumlah migran Pulau Lain yang
migrasi ke Malaysia. Kondisi ini menunjukkan rendahnya kesempatan kerja di pulau tersebut, sehingga meskipun penduduk berpendidikan tinggi meningkat,
tetapi bukan hambatan bagi mereka untuk tetap menjadi tenaga kerja migran di Malaysia. Selain itu tingginya minat penduduk berpendidikan tinggi migrasi ke
Malaysia untuk memenuhi tingginya permintaan tenaga kerja migran yang berpendidikan tinggi oleh negara-negara penerima jasa tenaga kerja Indonesia.
Berdasarkan nilai elastisitas terlihat bahwa respon jumlah tenaga kerja migran dari Pulau Lain ke Malaysia bersifat inelastis dalam jangka pendek
terhadap permintaan tenaga kerja di Malaysia, permintaan tenaga kerja di Pulau Lain, penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi dan penduduk berpendidikan
rendah. Sebaliknya bersifat inelastis dalam jangka pendek terhadap upah di Malaysia dan produk domestik regional bruto di Pulau Lain.
6.1.2.2. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain ke Arab Saudi
Arab Saudi merupakan negara tujuan migran internasional Indonesia yang paling diminati. Menurut laporan World Bank 2006, sejak akhir tahun 1970
negara tujuan tenaga kerja migran Indonesia adalah Arab Saudi, hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan tenaga kerja oleh masyarakat Arab Saudi
untuk dipekerjakan sebagai pekerja domestik atau pembantu rumah tangga. Hasil estimasi parameter persamaan migran dari Jawa ke Arab Saudi yang
tertera pada Tabel 27, menunjukkan variabel lag GDP Arab Saudi, GRDP di Jawa, penawaran tenaga kerja dan jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Jawa
berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Jawa ke Arab Saudi. Kondisi ini menunjukkan pendapatan merupakan faktor penentu bagi migran asal Jawa dalam
186 memutuskan apakah mereka harus menjadi tenaga kerja migran ke Arab Saudi
atau bekerja di negeri sendiri. Jika pendapatan di dalam negeri meningkat, maka keputusannya tidak migrasi. Sebaliknya jika pendapatan di Arab Saudi
meningkat, maka mereka memilih menjadi tenaga kerja migran di negara tersebut. Nilai estimasi parameter variabel lag GDP Arab Saudi adalah 0.0017.
Artinya peningkatan GDP perkapita Arab Saudi pada periode yang lalu 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Arab Saudi sebanyak 17
orang. Disisi lain, peningkatan GRDP di pulau Jawa 1 trilyun rupiah akan mengurangi jumlah migran dari Jawa ke Arab Saudi sebanyak 285 orang. Jika
dibandingkan dengan nilai estimasi GDP perkapita Arab Saudi menunjukkan tenaga kerja migran dari Jawa lebih mengutamakan kerja di Arab Saudi karena
tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Arab Saudi yang tercermin dari pendapatan perkapita jauh lebih baik daripada tingkat kesejahteraan mereka.
Tabel 27. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Arab Saudi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa-Arab Saudi Intersep
Lag GDP perkapita Arab Saudi Produk Domestik Regional Bruto di Jawa
Penawaran TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Rendah di Jawa
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Jawa MIGJAS
LGDPCAS1 GRDPJ
STKJ DIKRJ
DIKTJ -533905.000
0.0017
b
-0.2853
b
0.0062
c
0.0154 0.0340
c
-1.0838 3.0600
2.9101 0.5444
R
2
= 0.8065 F
hit
= 12.5000
a
DW = 2.3675
Penawaran tenaga kerja berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Arab Saudi dengan nilai 0.0062, artinya peningkatan penawaran tenaga
kerja di Jawa sebanyak 1000 orang akan meningkatkan 6 orang migran dari Jawa ke Arab Saudi. Hubungan positif antara penduduk berpendidikan rendah dan
187 tinggi di Jawa dengan jumlah migran ke Arab Saudi juga diperlihatkan dalam
hasil estimasi ini, dimana peningkatan jumlah penduduk berpendidikan rendah dan tinggi masing-masing 1000 orang, maka akan meningkatkan jumlah migran
dari Jawa ke Arab Saudi masing-masing 15 orang dan 34 orang. Kondisi ini terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir pengguna tenaga kerja di Arab Saudi
lebih mengutamakan tenaga kerja migran dengan tingkat pendidikan tinggi. Respon jumlah tenaga kerja migran dari Jawa ke Arab Saudi bersifat elastis
terhadap produk domestik regional bruto, dan penawaran tenaga kerja di Jawa, sebaliknya bersifat inelastis terhadap penduduk berpendidikan tinggi.
Berdasarkan hasil uji secara parsial Tabel 28, pengangguran di Sumatera berpengaruh terhadap migran dari Sumatera ke Arab Saudi. Kondisi ini
menunjukkan penduduk Sumatera bersedia menjadi tenaga kerja migran di Arab Saudi jika mereka dalam kondisi menganggur, dan sangat sulit bagi mereka untuk
mendapatkan kesempatan kerja di daerah asalnya. Berdasarkan nilai uji F terlihat bahwa secara bersama-sama semua variabel penjelas dapat menjelaskan variabel
endogennya secara nyata. Nilai koefisien determinasi R
2
menunjukkan bahwa variasi variabel-variabel penjelas dalam persamaan tersebut mampu menjelaskan
76.56 persen fluktuasi jumlah migran dari Sumatera ke Arab Saudi. Berdasarkan nilai elastisitas terlihat bahwa semua variabel bersifat
inelastis, artinya respon jumlah migran dari Sumatera ke Arab Saudi terhadap lag GDP perkapita Arab Saudi, GRDP, pengangguran, dan penduduk berpendidikan
tinggi di Sumatera relatif lemah. Kondisi ini menunjukkan jika terjadi perubahan pada variabel-variabel tersebut maka respon migran dari Sumatera ke Arab Saudi
sangat kecil, karena umumnya tenaga kerja migran dari Sumatera cenderung memilih Malaysia dan Singapura sebagai negara tujuan dibanding Arab Saudi.
188
Tabel 28. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Arab Saudi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Sumatera-Arab Saudi Intersep
Lag GDP Arab Saudi Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera
Pengangguran di Sumatera Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sumatera
MIGSAS LGDPCAS1
GRDPS US
DIKTS
50.0132 3.121E-7
-0.0003 0.0001
b
5.86E-6 -0.4159
0.8392 0.0256
R
2
= 0.7656 F
hit
= 13.0700
a
DW = 2.1309
Hasil estimasi persamaan migran internasional dari Kalimantan ke Arab Saudi Tabel 29 menunjukkan hanya variabel penawaran tenaga kerja di
Kalimantan yang berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Kalimantan ke Arab Saudi. Kondisi ini menunjukkan jumlah tenaga kerja migran asal
Kalimantan akan meningkat jika jumlah penawaran tenaga kerja dipulau tersebut terus bertambah.
Tabel 29. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Arab Saudi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Kalimantan-Arab Saudi Intersep
Lag GDP Arab Saudi Produk Domestik Regional Bruto di Kalimantan
Penawaran TK Kalimantan Penduduk Berpendidikan Tinggi di Kalimantan
MIGKAS LGDPCAS1
GRDPK STKK
DIKTK
-431.1010 3.671E-6
-0.0014 0.0002
b
-0.0003 -0.2269
2.0545 -0.0658
R
2
= 0.7639 F
hit
= 12.9400
a
DW = 2.1875
Hasil estimasi parameter untuk variabel lag GDP perkapita Arab Saudi dan
penawaran tenaga kerja di Kalimantan berhubungan positif dengan migran asal Kalimantan ke Arab Saudi, artinya peningkatan masing-masing variabel ini akan
meningkat jumlah migran dari Kalimantan ke Arab Saudi. Kondisi ini menunjukkan kedua variabel tersebut merupakan faktor-faktor yang mendorong
189 terjadinya migrasi dari Kalimantan ke Arab Saudi. Sebaliknya GRDP dan jumlah
penduduk berpendidikan tinggi di Kalimantan berhubungan negatif dengan variabel endogennya. Hal ini menunjukkan kedua variabel ini merupakan faktor
penghambat terjadinya migrasi dari Kalimantan ke Arab Saudi. Sama kondisinya dengan hasil estimasi persamaan migran dari Sumatera
dan Kalimantan, pada persamaan migran internasional dari Sulawesi ke Arab Saudi Tabel 30 juga memperlihatkan hasil uji F menunjukkan secara bersama-
sama semua variabel penjelas dapat menjelaskan variabel migran internasional dari Sulawesi ke Arab Saudi secara nyata pada taraf
α=0.01. Hasil uji t menunjukkan hanya variabel penawaran tenaga kerja di Sulawesi berpengaruh
terhadap jumlah migran dari Sulawesi ke Arab Saudi. Artinya tingginya angkatan kerja tanpa diimbangi dengan kesempatan kerja di daerah asal akan mendorong
penduduk Sulawesi untuk menjadi tenaga kerja migran di Arab Saudi.
Tabel 30. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Arab Saudi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migrasi Sulawesi-Arab Saudi Intersep
Lag GDP Arab Saudi Produk Domestik Regional Bruto di
Sulawesi Penawaran TK di Sulawesi
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sulawesi
MIGSLAS LGDPCAS1
GRDPSL STKSL
DIKTSL
-89.7794 5.333E-7
-0.0002 0.00003
c
-0.00008 -0.0479
2.0550 -0.1650
R
2
= 0.7309 F
hit
= 10.8700
a
DW = 2.3054
Berdasarkan nilai elastisitas terlihat respon jumlah tenaga kerja migran dari Sulawesi ke Arab Saudi terhadap penawaran tenaga kerja bersifat elastis. Hal ini
menunjukkan jika jumlah angkatan kerja terus meningkat, sementara kesempatan kerja terbatas, maka dapat dipastikan pengangguran semakin meningkat pula.
190 Kondisi ini mendorong masyarakat di Sulawesi menjadi tenaga kerja migran di
Arab Saudi. Tabel 31 memperlihatkan hasil estimasi persamaan migran dari Pulau Lain
ke Arab Saudi. Hasil tersebut menunjukkan secara parsial variabel lag GDP perkapita Arab Saudi, penduduk berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi
di Pulau Lain berpengaruh terhadap jumlah migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi.
Berdasarkan nilai elastisitas terlihat bahwa respon jumlah migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi terhadap jumlah penduduk berpendidikan rendah di
Pulau tersebut bersifat elastis dalam jangka pendek, artinya respon migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi relatif kuat terhadap jumlah penduduk berpendidikan
rendah di pulau tersebut. Kondisi ini mencerminkan sebagian besar migran internasional Pulau Lain ke Arab Saudi terdiri dari angkatan kerja berpendidikan
rendah yang tidak mempunyai kesempatan kerja di daerah asalnya.
Tabel 31. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Pulau Lain-Arab Saudi Intersep
Lag GDP Arab Saudi Perubahan Produk Domestik Regional Bruto
di P. Lain Pengangguran di P.Lain
Penduduk Berpendidikan Rendah di P.Lain Penduduk Berpendidikan Tinggi di P.Lain
MIGPAS LGDPCAS1
PGRDPP UP
DIKRP DIKTP
-8069.2300 0.00004
c
-0.0270 0.0038
0.0029
c
0.0221
c
0.1503 1.5469
0.4256
R
2
= 0.75786 F
hit
= 9.3900
a
DW = 2.099963
Apabila ditinjau dari sisi nilai estimasi parameter masing-masing variabel terlihat bahwa GDP perkapita Arab Saudi periode yang lalu berhubungan positif
dengan jumlah migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi. Kondisi ini
191 menggambarkan GDP perkapita Arab Saudi merupakan faktor yang mendorong
migran dari Pulau Lain untuk migrasi ke negara tersebut. Perubahan produk domestik regional bruto Pulau Lain berhubungan
negatif dengan jumlah migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi dengan nilai -0.0270. Artinya menunjukkan penduduk Pulau Lain tidak migrasi ke negara lain,
jika pendapatan mereka di daerah asal dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Pengangguran, penduduk berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi
berhubungan positif terhadap migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi dengan nilai estimasi parameternya masing-masing 0.0038 untuk pengangguran, 0.0029 untuk
penduduk berpendidikan rendah, 0.0221 untuk penduduk berpendidikan tinggi. Artinya peningkatan masing-masing variabel tersebut sebanyak 1000 orang akan
meningkatkan masing-masing 4 orang, 3 orang, dan 22 migran dari Pulau Lain ke Arab Saudi.
6.1.2.3. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain
Ke Singapura
Hasil estimasi persamaan migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Pulau Lain ke Singapura menunjukkan semua persamaan mempunyai daya penjelas yang tinggi dilihat dari nilai koefisien determinasinya.
Berdasarkan nilai uji F terlihat secara bersama-sama semua variabel penjelas yang terdapat pada masing-masing persamaaan migran internasional ke Singapura,
dapat menjelaskan variabel endogennya secara nyata pada taraf α = 0.01.
Hasil estimasi persamaan migran dari Jawa ke Singapura Tabel 32 memperlihatkan secara parsial hanya variabel lag migran dari Jawa ke Singapura
yang berpengaruh pada taraf α = 0.01, tetapi jika dilihat dari nilai elastisitas,
respon migran dari Jawa ke Singapura terhadap jumlah penduduk berpendidikan
192 tinggi bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang.
Kondisi ini menunjukkan dalam jangka panjang, penduduk berpendidikan tinggi dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik memiliki kesempatan yang lebih
besar untuk memperoleh pekerjaan di daerah asal baik di sektor formal maupun informal.
Tabel 32 memperlihatkan GDP perkapita dan permintaan tenaga kerja di Singapura berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke negara
tersebut. Menurut Martin 2003, kedua faktor ini merupakan faktor penarik bagi migran dari Jawa untuk migrasi ke Singapura. Kondisi ini sesuai dengan model
migrasi Todaro yang mengasumsikan migrasi terjadi karena perbedaan pendapatan di daerah asal dan daerah tujuan, yang anggapan dasarnya adalah para
migran tersebut memperhatikan kesempatan kerja yang diharapkan tersedia bagi mereka di daerah tujuan.
Tabel 32. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Singapura
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Jawa- Singapura
GDP Perkapita Singapura Lag Permintaan TK di Singapura
Perubahan Penawaran TK di Jawa Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Jawa Lag Migran Jawa -Singapura
MIGJSP GDPCSP1
LDTKSP PSTKJ
DIKTJ LMIGJSP
5.329E-6 1.9173
0.0007 -0.0016
0.7213
a
0.0929 -0.4576
0.3331 -1.6416
R
2
= 0.8749 F
hit
= 22.3800
a
DW = 1.8091
Penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi berhubungan negatif dengan migran dari Jawa ke Singapura dengan nilai estimasi -0.0016, artinya peningkatan
jumlah penduduk berpendidikan tinggi sebanyak 1000 orang akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Singapura hanya 2 orang. Nilai lag migran dari Jawa
ke Singapura menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah migran
193 dari Jawa Ke Singapura dari tahun ke tahun. Kondisi ini terjadi karena jumlah
pengangguran di Jawa terus meningkat dari tahun ke tahun. Hasil estimasi persamaan migran dari Sumatera ke Singapura
menunjukkan secara parsial GDP perkapita masyarakat Singapura, upah di Sumatera, dan lag migrasi dari Sumatera ke Singapura, lag permintaan tenaga
kerja di Singapura berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Sumatera ke Singapura. Respon migran dari Sumatera ke Singapura terhadap upah di
Sumatera relatif kuat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 33 memperlihatkan nilai estimasi parameter variabel GDP perkapita
Singapura adalah 0.00003, artinya peningkatan GDP perkapita Singapura 100 ribu rupiah pertahun akan meningkatkan jumlah migran dari Sumatera ke Singapura
sebanyak 3 orang. Sedangkan upah di Sumatera berhubungan negatif dengan jumlah migran dari Sumatera ke Singapura dengan nilai -0.0340, artinya
peningkatan upah di Sumatera sebesar 10 ribu rupiah perbulan akan menurunkan jumlah migran dari Sumatera ke Singapura sebanyak 340 orang. Kondisi ini
menunjukkan migran dari Sumatera lebih memilih untuk tetap tinggal di daerah asalnya jika terjadi peningkatan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dibandingkan harus menjadi tenaga kerja migran di Singapura.
Tabel 33. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Singapura
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Sumatera-Singapura
GDP Perkapita Singapura Lag Permintaan TK Singapura
Upah Rata-rata di Sumatera Permintaan TK Sumatera
Lag migran Sumatera-Singapura MIGSSP
GDPCSP1 LDTKSP
WS DTKS
LMIGSSP
0.00003 4.4428
c
-0.0340
a
-5.43E-6 0.5734
a
0.9209 -2.7901
-0.0275 2.1617
-6.5493 -0.0646
R
2
= 0.9256 F
hit
= 39.7900
a
DW = 2.0450
194 Lag permintaan tenaga kerja di Singapura berhubungan positif dan tidak
berpengaruh nyata dengan migran dari Sumatera ke Singapura dengan nilai 4.4428. Variabel permintaan tenaga kerja berhubungan negatif dan juga tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari pulau tersebut ke Singapura. Nilai elastisitas menunjukkan respon migran dari Sumatera ke Singapura lemah
dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap variabel permintaan tenaga kerja di Sumatera. Nilai estimasi parameter lag migran dari Sumatera ke
Singapura menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah migran ke Singapura dari tahun ke tahun.
Hasil estimasi persamaan migran dari Kalimantan ke Singapura yang diperlihatkan pada Tabel 34 juga menunjukkan upah atau pendapatan baik di
daerah asal maupun negara tujuan, lag permintaan tenaga kerja di Singapura berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Kalimantan ke Singapura. Tetapi
penawaran tenaga kerja dan penduduk berpendidikan tinggi di Kalimantan tidak berpengaruh terhadap jumlah migran dari Kalimantan ke Singapura. Kondisi ini
kembali menunjukkan upah atau pendapatan merupakan faktor penentu bagi migran dalam memutuskan keinginan mereka untuk menjadi tenaga kerja migran
di negara lain. Nilai estimasi upah di Singapura adalah 0.0005, artinya jika upah di
Singapura meningkat 10 ribu rupiah per bulan akan meningkatkan jumlah migran dari Kalimantan ke Singapura sebanyak 5 orang. Nilai elasitisitas memperlihatkan
respon migran dari Kalimantan ke Singapura terhadap upah di negara tersebut bersifat lemah dalam jangka pendek dan kuat dalam jangka panjang. Artinya
dalam jangka pendek, jika terjadi peningkatan upah di Singapura, tidak secara langsung mendorong migran dari Kalimantan untuk menjadi tenaga kerja migran
195 di negara tersebut, mereka akan melihat peluang-peluang lain yang dapat
menguntungkan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun dalam jangka panjang, jika terjadi perubahan upah di Singapura akan direspon dengan
cepat oleh migran Kalimantan ke Singapura. Kondisi ini terjadi karena jumlah penawaran tenaga kerja yang semakin meningkat, sedangkan kesempatan kerja
yang tersedia semakin sempit, sehingga pengangguran di pulau tersebut juga semakin meningkat. Maka dalam jangka panjang peningkatan upah di Singapura
dengan cepat direspon oleh migran yang menganggur di pulau tersebut.
Tabel 34. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Singapura
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Kalimantan-Singapura
Upah Singapura Lag Permintan TK Singapura
Produk Domestik Regional Bruto di Kalimantan
Penawaran TK Kalimantan Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Kalimantan Lag Migran Kalimantan-Singapura
MIGKSP WSP1
LDTKSP GRDPK
STKK DIKTK
LMIGKSP
0.0005
b
0.9226 -0.1167
b
0.0006 0.0087
0.6079
a
0.9094 -1.5123
0.5348 0.1519
2.3191 -3.8567
1.3638 0.3873
R
2
= 0.8870 F
hit
= 19.6200
a
DW = 2.1025
Tabel 34 juga memperlihatkan lag permintaan tenaga kerja di Singapura berhubungan positif dengan jumlah migran dari Kalimantan ke Singapura dengan
nilai 0.9226, artinya peningkatan permintaan tenaga kerja di Singapura pada tahun lalu sebanyak 10 ribu orang akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah
migran dari Kalimantan ke Singapura sebanyak 9 orang. Produk domestik regional bruto Kalimantan berhubungan negatif terhadap
jumlah migran dari Kalimantan ke Singapura. Respon migran dari Kalimantan ke Singapura terhadap produk domestik regional bruto di Kalimantan kuat dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Kondisi ini menunjukkan jika terjadi
196 perubahan peroduk domestik regional bruto di Kalimantan, sangat cepat direspon
oleh migran dari Kalimantan untuk tidak migrasi ke Singapura. Tabel 34 juga memperlihatkan penawaran tenaga kerja berhubungan
positif terhadap jumlah migran Kalimantan ke Singapura, dan lag migran dari Kalimantan-Singapura menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah migran dari
Kalimantan ke Singapura dari tahun ke tahun.
Hasil estimasi persamaan migran dari Sulawesi ke Singapura Tabel 35 menunjukkan secara parsial hanya upah di Singapura, upah di Sulawesi, dan lag
migran dari Sulawesi ke Singapura yang berpengaruh nyata terhadap jumlah migran Sulawesi ke Singapura.
Upah di Singapura berhubungan positif dengan jumlah migran dari Sulawesi ke negara tersebut, artinya peningkatan upah di Singapura akan
mendorong migran dari Sulawesi untuk menjadi tenaga kerja migran di Singapura. Respon migran dari Sulawesi ke Singapura terhadap upah di negara
tersebut bersifat inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang.
Tabel 35. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Singapura
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Sulawesi-Singapura
Intersep Upah Singapura
Permintan TK Singapura Upah di Sulawesi
Lag Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sulawesi
Lag migran Sulawesi-Singapura MIGSLSP
WSP1 DTKSP
WSL LDIKTSL
LMIGSLSP -16.8280
7.24E-6
b
0.0887 -0.0007
b
0.0001 0.42940
b
0.8526 2.1183
-2.4519 1.4941
3.7122 -4.2969
R
2
= 0.71190 F
hit
= 7.4100
a
DW = 2.2710
Nilai estimasi permintaan tenaga kerja Singapura adalah 0.0887, artinya peningkatan permintaan tenaga kerja di Singapura sebanyak 100 ribu orang, akan
197 meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke negara tersebut sebanyak 9 orang.
Tabel 35 memperlihatkan juga upah di Sulawesi berpengaruh negatif dengan nilai -0.0007, artinya jika peningkatan upah di Sulawesi sebesar 10 ribu rupiah per
bulan akan menurunkan jumlah migran dari Sulawesi ke Singapura sebanyak 7 orang. Respon migran dari Sulawesi ke Singapura terhadap upah di Sulawesi kuat
dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kondisi ini juga menunjukkan jika terjadi perubahan upah di daerah asal akan direspon dengan cepat oleh migran
dari Sulawesi untuk memutuskan tidak menjadi tenaga kerja migran di Singapura. Nilai estimasi lag penduduk berpendidikan tinggi berhubungan positif dan
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari Sulawesi ke Singapura. Nilai estimasi lag migrasi Sulawesi ke Singapura menunjukkan kecenderungan
jumlah migran dari Sulawesi ke Singapura meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 36 memperlihatkan hampir semua varibel penjelas yang mempengaruhi jumlah migran dari Pulau Lain ke Singapura secara parsial
berpengaruh nyata pada taraf α = 0.10. Adapun variabel-variabel tersebut
adalah upah di Singapura, upah, penawaran tenaga kerja, dan penduduk berpendidikan rendah di Pulau Lain. Kondisi ini menunjukkan selain faktor
ekonomi, seperti upah dan ketidakseimbangan pasar kerja yang terlihat dari tingginya jumlah angkatan kerja dibanding kesempatan kerja yang tersedia di
pulau tersebut, faktor non ekonomi seperti penduduk berpendidikan rendah juga merupakan faktor yang mendorong peningkatan jumlah migran dari Pulau Lain ke
Singapura. Sedangkan permintaan tenaga kerja di Singapura, penduduk berpendidikan tinggi dan lag migrasi ke Singapura tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah migran dari Pulau Lain ke negara tersebut.
198 Nilai estimasi upah di Singapura adalah 0.0002, artinya peningkatan upah
di Singapura sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah migran dari Pulau Lain ke Singapura sebanyak 2 orang. Dilihat dari nilai elastisitas, respon migran
Pulau Lain ke Singapura terhadap upah di Singapura lemah baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Sebaliknya respon migran dari Pulau Lain
terhadap upahnya kuat dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini mencerminkan bahwa merupakan suatu keterpaksaan bagi migran dari Pulau Lain
menjadi tenaga kerja di negara lain. Jika upah dan kesempatan kerja di wilayahnya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, mereka tidak
ingin menjadi tenaga kerja migran.
Tabel 36. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Singapura
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran PulauLain-Singapura
Intersep Upah Singapura
Upah Rata-rata di Pulau Lain Permintan TK Singapura
Penawaran TK di Pulau Lain Penduduk Berpendidikan Rendah di
Pulau Lain Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Pulau Lain Lag migran Pulau Lain-Singapura
MIGPSP WSP1
WP DTKSP
STKP DIKRP
DIKTP LMIGPSP
-15901.100 0.0002
b
-0.0154
a
1.7504 0.0017
b
0.0021
b
-0.0055 0.1546
0.8084 -2.3437
1.3737 5.4090
3.0049
-0.2849 0.9562
-2.7721 1.6248
6.3978 3.5542
-0.3369
R
2
= 0.8447 F
hit
= 10.1000
a
DW = 2.4870
Kondisi ini tercermin juga dari hasil estimasi parameter untuk variabel penawaran tenaga kerja dan jumlah penduduk berpendidikan rendah di Pulau
Lain. Kedua variabel ini merupakan faktor yang mendorong migran dari Pulau Lain ke Singapura. Ditinjau dari nilai elastisitasnya, respon migran Pulau Lain ke
Singapura juga kuat dalam jangka pendek dan jangka panjang.
199 Penduduk berpendidikan tinggi berhubungan negatif dengan jumlah
migran dari Pulau Lain ke Singapura dengan nilai -0.0055. Kondisi ini terjadi karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pemikiran bahwa
semakin banyak peluang pekerjaan yang akan diperoleh di wilayahnya sendiri juga semakin tinggi, sehingga menyurutkan keinginan mereka untuk menjadi
tenaga kerja migran di Singapura. Variabel lag migran dari Pulau Lain ke Singapura menunjukkan adanya peningkatan jumlah migran dari Pulau Lain ke
Singapura dari waktu ke waktu.
6.1.2.4. Migran dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain
Ke Hongkong
Berdasarkan laporan
Worl Bank 2006, saat ini negara tujuan tenaga kerja
migran dari Indonesia adalah selain Arab Saudi, Kuwait, Malaysia, Singapore, dan Taiwan, Hongkong juga merupakan salah satu negara yang paling diminati
oleh tenaga kerja migran asal Indonesia. Hongkong merupakan satu-satunya negara tujuan migran yang menerapkan upah minimum bagi para tenaga kerja
migran, Hongkong juga merupakan salah satu negara yang menerapkan standar upah yang tinggi untuk tenaga kerja migran. Faktor ini merupakan pendorong
bagi tenaga kerja migran asal Indonesia untuk migrasi ke negara tersebut. Hasil estimasi parameter persamaan migrasi dari Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain memperlihatkan daya penjelas yang tinggi yang terlihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
yang berkisar antara 0.8519 hingga 0.9265, dan berdasarkan nilai uji F, terlihat semua variabel penjelas yang
terdapat pada masing-masing persamaaan migran internasional ke Hongkong, dapat menjelaskan variabel endogennya secara nyata pada taraf
α = 0.01.
200 Hasil estimasi persamaan migran dari Jawa ke Hongkong yang terlihat
pada Tabel 37 menunjukkan upah di Hongkong, penawaran tenaga kerja dan jumlah penduduk berpendidikan tinggi di Jawa secara parsial berpengaruh nyata
terhadap jumlah migran dari Jawa ke Hongkong. Upah di Hongkong berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa
ke negara tersebut dengan nilai 0.0002, artinya peningkatan upah di Hongkong sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah migran dari Jawa ke Hongkong
sebanyak 2 orang. Berdasarkan nilai elastisitas, respon migran dari Jawa ke Hongkong terhadap upah di negara tersebut bersifat inelastis. Disisi lain,
penawaran tenaga kerja juga berhubungan positif dengan jumlah migran dari Jawa ke Hongkong dengan nilai 0.0004. Nilai elastisitas menunjukkan respon jumlah
migran dari Jawa ke Hongkong terhadap penawaran tenaga kerja bersifat elastis.
Tabel 37. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Jawa ke Hongkong
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Jawa- Hongkong Intersep
Upah di Hongkong Penawaran TK di Jawa
Perubahan Permintaan TK di Hongkong Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Jawa MIGJH
WH1 STKJ
PDTKH DIKTJ
-15594.900 0.0002
b
0.0004
b
2.8713 -0.0033
b
0.9425 7.7688
-2.0463 R
2
= 0.8723 F
hit
= 27.3300
a
DW = 2.7463
Hasil estimasi kedua variabel penjelas ini memperlihatkan jumlah migran dari Jawa ke Hongkong sangat respon terhadap peningkatan penawaran
tenaga kerja daripada peningkatan upah di Hongkong. Kondisi ini mencerminkan bahwa meskipun terjadi peningkatan upah di Hongkong, tetapi jika tersedia
kesempatan kerja di wilayahnya, migran dari Jawa tidak bersedia menjadi tenaga
201 kerja migran. Sebaliknya migran dari Jawa bersedia menjadi tenaga kerja migran
di Hongkong jika di wilayahnya sudah tidak ada lagi kesempatan kerja yang diakibatkan jumlah penawaran tenaga kerja yang terus meningkat.
Perubahan permintaan tenaga kerja di Hongkong berpengaruh positif terhadap jumlah migran dari Jawa ke Hongkong. Variabel ini merupakan faktor
pendorong demand pull factor bagi migran asal Jawa menjadi pekerja di Hongkong. Tabel 37 memperlihatkan juga nilai estimasi penduduk berpendidikan
tinggi adalah -0.0033, artinya peningkatannya sebanyak 10 ribu orang akan menurunkan jumlah migran dari Jawa ke Hongkong sebanyak 33 orang. Nilai
elastisitas memperlihatkan respon migran dari Jawa ke Hongkong terhadap jumlah penduduk berpendidikan tinggi bersifat elastis. Kondisi ini menunjukkan
semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin banyak peluang kerja bagi mereka baik pada sektor formal maupun informal di wilayahnya sendiri, sehingga
mengurangi keinginan mereka untuk menjadi tenaga kerja migran di negara lain. Tabel 38 memperlihatkan hasil estimasi persamaan migrasi dari Sumatera
ke Hongkong. Nilai estimasi parameter memperlihatkan peningkatan upah di negara tersebut sebesar 10 ribu rupiah, meningkatkan 2 orang tenaga kerja migran
asal Sumatera ke negara tersebut. Respon migran dari Sumatera ke Hongkong terhadap upah di negara tersebut cukup kuat.
Nilai estimasi produk domestik regional bruto Sumatera berhubungan negatif dengan jumlah migran dari Sumatera ke Hongkong. Berdasarkan nilai
elastisitas terlihat respon jumlah tenaga kerja migran dari Sumatera ke Hongkong terhadap GRDP di Sumatera bersifat elastis.
Permintaan tenaga kerja di Hongkong berhubungan positif dengan jumlah tenaga kerja migran dari Sumatera ke negara tersebut. Tanda estimasi parameter
202 menunjukkan peningkatan permintaan tenaga kerja di Sumatera akan menurunkan
jumlah migran dari pulau tersebut ke Hongkong.
Tabel 38. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sumatera ke Hongkong
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Sumatera-Hongkong Intersep
Upah di Hongkong Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera
Permintan TK Hongkong Permintaan TK Sumatera
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sumatera MIGSH
WH1 GRDPS
DTKH DTKS
DIKTS 1327.5210
0.0002
b
-0.0126 0.1253
-0.0001 0.0004
1.8798 -1.2335
0.2585 -0.9087
0.1220 R
2
= 0.9256 F
hit
= 39.7900
a
DW = 2.0450
Nilai estimasi penduduk berpendidikan tinggi adalah 0.0004 artinya peningkatannya sebanyak 10 ribu orang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja
migran dari Sumatera ke Hongkong sebanyak 4 orang. Kondisi ini terjadi karena semakin tingginya permintaan tenaga kerja migran dari Indonesia oleh negara
penerima tenaga kerja tersebut.
Hasil estimasi persamaan migran dari Kalimantan ke Hongkong Tabel 39 memperlihatkan upah daerah asal dan negara tujuan, pengangguran dan
jumlah penduduk berpendidikan tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi migran dari Kalimantan dalam memutuskan keinginan mereka untuk migrasi ke
Hongkong. Nilai estimasi parameter untuk variabel upah di Hongkong menunjukkan
peningkatannya sebesar 10 ribu rupiah akan meningkatkan jumlah migran dari Kalimantan ke negara tersebut sebanyak 3 orang. Nilai elastisitas
memperlihatkan respon migran dari Kalimantan ke Hongkong terhadap upah di negara tersebut bersifat elastis dalam jangka panjang dan jangka pendek.
203 Tabel 39 memperlihatkan nilai estimasi parameter upah di Kalimantan
adalah -0.0105, artinya peningkatan upah di Kalimantan sebesar 10 ribu rupiah, akan menurunkan jumlah migran dari wilayah tersebut ke Hongkong sebanyak
105 orang. Berdasarkan nilai elastisitas, respon migran dari Kalimantan ke Hongkong terhadap upah di Kalimantan bersifat elastis dalam jangka pendek
-1.6150 dan jangka panjang -1.7633, artinya jika terjadi peningkatan upah di Kalimantan sebesar 1 persen, akan menurunkan jumlah migran dari Kalimantan
ke Hongkong sebanyak 1.6150 persen dalam jangka pendek dan 1.7633 persen dalam jangka panjang.
Tabel 39. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Kalimantan ke Hongkong
Elastisitas Nama Variabel
Variabel Estimasi
Parameter Jangka
Pendek Jangka
Panjang Migran Kalimantan-Hongkong
Intersep Upah di Hongkong
Upah di Kalimantan Pengangguran di Kalimantan
Perubahan Permintan TK Hongkong Penduduk Berpendidikan Tinggi di
Kalimantan Lag migran Kalimantan-Hongkong
MIGKH WH1
WK UK
PDTKH DIKTK
LMIGKH
1917.9120 0.0003
a
-0.0105
b
0.0064
c
0.7533 -0.0168
c
0.0841 1.6347
-1.6150 0.6386
-0.6587 1.7848
-1.7633 0.6972
-0.7192
R
2
= 0.8519 F
hit
= 13.4200
a
DW = 2.0179
Peningkatan pengangguran di Kalimantan dan perubahan permintaan
tenaga kerja di Hongkong merupakan faktor pendorong peningkatan jumlah migran dari Kalimantan ke negara tersebut. Berdasarkan nilai elastisitas, respon
migran dari Kalimantan ke Hongkong terhadap pengangguran bersifat inelastis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Penduduk berpendidikan tinggi berhubungan negatif dengan jumlah migran dari wilayah tersebut ke Hongkong. Berdasarkan nilai elastisitas terlihat
respon migran Kalimantan ke Hongkong terhadap penduduk berpendidikan tinggi
204 bersifat inelastis. Kondisi ini menunjukkan Hongkong bukan negara tujuan utama
penduduk yang berpendidikan tinggi dari Kalimantan untuk menjadi tenaga kerja migran, tetapi ada negara lain seperti Singapura yang dijadikan sebagai negara
tujuan. Nilai estimasi parameter lag migran menunjukkan adanya peningkatan
jumlah migran dari Kalimantan ke Hongkong dari tahun ke tahun.
Hasil estimasi persamaan migrasi dari Sulawesi ke Hongkong Tabel 40 menunjukkan secara parsial variabel upah di negara tersebut dan perubahan
penawaran tenaga kerja di Sulawesi berpengaruh nyata terhadap jumlah migran asal Sulawesi ke Hongkong. Respon migrasi dari Sulawesi ke Hongkong
terhadap upah di Hongkong bersifat elastis dalam jangka pendek.
Tabel 40. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Sulawesi ke Hongkong
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Sulawesi-Hongkong Upah di Hongkong
Permintan TK Hongkong Perubahan Penawaran TK di Sulawesi
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Sulawesi MIGSLH
WH1 DTKH
PSTKSL DIKTSL
2.848E-6
a
0.0016 0.00002
c
-0.0001 1.1569
0.1423 -0.3673
R
2
= 0.9099 F
hit
= 42.9300
a
DW = 1.9025
Permintaan tenaga kerja di Hongkong juga merupakan faktor penarik peningkatan migran dari Sulawesi untuk menjadi tenaga kerja di Hongkong.
Sedangkan perubahan penawaran tenaga kerja di Sulawesi juga merupakan faktor yang mendorong terjadinya migrasi supply push factor dari Sulawesi ke
Hongkong. Artinya jika terjadi peningkatan penawaran tenaga kerja di Sulawesi maka akan meningkatkan jumlah migran dari Sulawesi ke Hongkong. Penduduk
berpendidikan tinggi berhubungan negatif dengan migran dari Sulawesi ke Hongkong.
205 Tabel 41 memperlihatkan hasil estimasi persamaan migran dari Pulau Lain
ke Hongkong, dimana secara parsial hanya upah di Hongkong dan upah di Pulau Lain yang perpengaruh nyata terhadap jumlah migran dari wilayah tersebut ke
Hongkong. Nilai parameter estimasi untuk upah di Hongkong adalah 0.0001, artinya peningkatan upah di Hongkong 10 rupiah perbulan meningkatkan jumlah
migran dari Pulau Lain ke Hongkong sebanyak 1 orang. Respon migran dari pulau tersebut ke Hongkong terhadap upah di negara tersebut bersifat elastis.
Upah di Pulau Lain berhubungan negatif dengan jumlah tenaga kerja migrannya ke Hongkong dengan nilai parameter estimasi adalah -0.0044, artinya
peningkatan upah di Pulau Lain sebesar 10 ribu rupiah perbulan akan menurunkan jumlah migran dari wilayah tersebut ke Hongkong sebanyak 44 orang. Nilai
elastisitas juga menunjukkan respon migran dari Pulau Lain ke Hongkong terhadap upah di Pulau Lain cukup kuat, dimana peningkatan upah di pulau
tersebut sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah migran ke Hongkong sebesar 1.4819 persen.
Tabel 41. Hasil Estimasi Persamaan Migran dari Pulau Lain ke Hongkong
Nama Variabel Variabel
Estimasi Parameter
Elastisitas Jangka
Pendek
Migran Pulau Lain-Hongkong Intersep
Upah Hongkong Upah di Pulau Lain
Pengangguran di Pulau Lain Perubahan Permintan TK Hongkong
Penduduk Berpendidikan Rendah di Pulau Lain
Penduduk Berpendidikan Tinggi di Pulau Lain
MIGPH WH1
WP UP
PDTKH DIKRP
DIKTP 2.5079
0.0001
a
-0.0044
b
0.0023 0.6590
6.859E-6 0.0032
1.5085 -1.4819
0.5421 0.0220
0.3704 R
2
= 0.8894 F
hit
= 18.7600
a
DW = 2.6217
Pengangguran di Pulau Lain dan perubahan permintaan tenaga kerja di Hongkong masing-masing merupakan faktor pendorong dan penarik peningkatan
206 jumlah migran dari Pulau Lain ke Hongkong. Sedangkan penduduk
berpendidikan rendah dan tinggi merupakan faktor pendorong peningkatan migran dari Pulau Lain ke Hongkong.
6.1.2.5. Total Migrasi Internasional
Total migrasi internasional terdiri dari migrasi internasional dari Jawa MIGEXJ
t
, Sumatera MIGEXS
t
, Kalimantan MIGEXK
t
, Sulawesi MIGEXSL
t
dan Pulau Lain MIGEXP
t
. MIGEXJ
t
= MIGJM
t
+ MIGJAS
t
+ MIGJSP
t
+ MIGJH
t
MIGEXS
t
= MIGSM
t
+ MIGSAS
t
+ MIGSSP
t
+ MIGSH
t
MIGEXK
t
= MIGKM
t
+ MIGKAS
t
+ MIGKSP
t
+ MIGKH
t
MIGEXSL
t
= MIGSLM
t
+ MIGSLAS
t
+ MIGSLSP
t
+ MIGSLH
t
MIGEXP
t
= MIGPM
t
+ MIGPAS
t
+ MIGPSP
t
+ MIGPH
t
6.2. Blok Pasar Kerja