295 pekerja tingkat kualitas dengan latar belakang pendidikan yang rendah BPS,
2004. Keberhasilan negara-negara maju dalam pembangunan berbagai bidang
ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas dan bukan oleh melimpahnya sumberdaya alam. Apabila ditinjau lebih jauh, keberhasilan yang diraih oleh
negara-negara maju tidak terlepas dari kebijakan pembangunan yang dikembangkan pada bidang pendidikan. Dalam hal ini, negara-negara maju
umumnya menempatkan pembangunan pendidikan pada bagian terdepan. Kebijakan ketenagakerjaan, khususnya mengenai upah minimum akan
berpengaruh pada investasi. Umumnya investor akan melihat apakah upah minimum tenaga kerja di Indonesia cukup kompetitif dibandingkan negara lain.
Apabila tuntutan upah tinggi sementara kualitas tenaga kerjanya rendah, akan berdampak pada penurunan perkembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Oleh karena itu dalam menciptakan kondisi pasar kerja yang seimbang, maka kebijakan dibidang pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi dan balai latihan perlu diarahkan agar sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Keberadaan lembaga-lembaga pelatihan ini harus mempunyai
sertifikat yang diakui baik secara nasional atau internasional.
7.3.3. Sintesis Dampak Simulasi Kebijakan Migrasi Internal dan
Internasional Terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia
Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperbaiki iklim ketenagakerjaan tidak akan membuahkan hasil tanpa diikuti oleh berbagai upaya
lain. Jumlah penganggur terbuka dan setengah penganggur terpaksa yang demikian besar membutuhkan strategi menyeluruh dalam penciptaan kesempatan
296 kerja. Penciptaan kesempatan kerja, terutama, ditempuh dengan mendorong
percepatan perkembangan sektor riil melalui investasi dan ekspor. Oleh karena itu penciptaan kesempatan kerja, investasi, dan ekspor menjadi salah satu prioritas
dalam rencana kerja pemerintah mendatang. Oleh karena itu berbagai kebijakan reformasi ekonomi dalam rangka mempercepat terwujudnya iklim usaha yang
kondusif bagi perkembangan investasi. Agar prioritas rencana kerja pemerintah dalam rangka menciptakan
kesempatan kerja, dan investasi dapat terselenggara dengan baik, dilakukan berbagai kebijakan, seperti 1 menciptakan kebijakan pasar kerja yang lebih
fleksibel, 2 memperbaiki iklim investasi, 3 memperbaiki harmonisasi peraturan perundangan antara pusat dan daerah, 4 meningkatkan daya saing industri dan
pengembangan ekspor, 5 meningkatkan kualitas tenaga kerja dan kewirausahaan, dan 6 meningkatkan pembangunan infrastruktur.
Infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya
sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan sudah menjadi kebutuhan dasar dalam semua aktivitas masyarakat dan pemerintah.
Namun sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah mengalami perubahan signifikan. Pengeluaran untuk
infrastruktur masih belum kembali pada tingkat sebelum krisis dan masih berkisar 3 persen dari PDB sejak tahun 2001. Infrastruktur juga memiliki proporsi yang
lebih kecil dibandingkan sektor lain, sementara infrastruktur sangat bertanggung jawab terhadap memburuknya kondisi investasi di Indonesia. Buruknya kondisi
297 infrastruktur tidak hanya dalam kuantitas yang terbatas dibandingkan volume
mobilisasi manusia dan barang, tetapi juga dalam kualitas dari infrastruktur yang sudah ada, khususnya jalan raya.
Belanja infrastruktur di daerah juga dapat dikatakan sangat kecil, walaupun sejak dilakukannya desentralisasiotonomi daerah, pengeluaran
pemerintah daerah untuk infrastruktur meningkat, tetapi pengeluaran pemerintah pusat untuk infrastruktur mengalami penurunan yang drastis. Sehingga
pemerintah daerah hanya menggunakan sebagian kecil dari belanja daerah untuk pengeluaran infrastruktur Tambunan, 2006.
Kondisi ini merupakan suatu persoalan serius, karena walaupun pemerintah pusat meningkatkan porsi pengeluarannya untuk pembangunan
infrastruktur, sementara pemerintah-pemerintah daerah tidak menambah pengeluaran mereka untuk pembangunan infrastruktur di daerah masing-masing,
maka akan terjadi kepincangan pembangunan infrastruktur antara tingkat nasional dan daerah, sehingga akan menghambat investasi dan pembangunan ekonomi
antar wilayah di dalam negeri. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan pengeluaran
infrastruktur dan kombinasinya dengan penurunan suku bunga, dan depresiasi nilai tukar diperkirakan menjadi kebijakan cukup baik diterapkan oleh pemerintah
dalam mengatasi masalah distribusi penduduk, pasar kerja dan perekonomian Indonesia pada periode 2009-2012.
Jika pengeluaran infrastruktur meningkat, dan kondisi infrastruktur suatu daerah menjadi lebih baik maka akan meningkatkan minat investor untuk
berinvestasi di daerah tersebut. Selanjutnya peningkatan investasi ini akan membuka kesempatan kerja, dan dapat mengatasi masalah pengangguran.
298 Tingginya investasi juga berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian
suatu daerah. Oleh karena itu, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah diharapkan lebih memperhatikan kondisi infrastruktur dengan meningkatkan porsi
anggaran belanja daerahnya untuk pengeluaran infrastruktur. Hasil simulasi kebijakan migrasi internal melalui peningkatan upah
minimum regional memberi dampak buruk bagi pasar kerja dan perekonomian Indonesia. Namun kondisi ini tidak menurunkan tuntutan pekerja untuk terus
meningkatkan upah minimum. Hal ini dapat dimaklumi karena tingkat upah di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya dan
upah tersebut masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja. Kebijakan peningkatan upah minimum merupakan kebijakan yang
dilematis, di satu sisi peningkatan upah minimum bertujuan untuk memenuhi tuntutan pekerja yang masih menerima upah di bawah kebutuhan hidupnya,
apalagi pada saat ini terjadi kenaikan harga bahan pokok akibat peningkatan harga bahan bakar minyak. Oleh karena itu peningkatan upah minimum ini harus
dilaksanakan. Tetapi pada sisi lain peningkatan upah minimum ini juga akan menurunkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga
mengakibatkan penurunan kondisi perekonomian Indonesia. Tanpa kebijakan pendukung, peningkatan upah minimum memang
berdampak buruk pada penurunan kesempatan kerja. Dalam industri padat karya dengan teknologi rendah, elastisitas substitusi antara tenaga kerja dengan faktor
produksi yang lain lebih tinggi. Dalam industri kelas ini buruh mudah digantikan dengan mesin. Sedikit saja ada kejutan yang membuat biaya buruh naik,
perusahaan akan mudah berpikir untuk mengeluarkan pegawainya. Untuk mengurangi akibat yang tidak diinginkan, kebijakan peningkatan upah minimum
299 perlu dibarengi dengan kebijakan lain yang dapat membuka kesempatan kerja
bagi tenaga kerja, seperti kebijakan penurunan suku bunga, dan disisi lain diperlukan juga kebijakan peningkatan kualitas tenaga kerja agar tenaga kerja
dapat lebih mandiri atau menciptakan kesempatan kerja sendiri melalui usaha- usaha kecil. Oleh karena itu perlu ditingkatkan latihan kewirausahaan dengan
dukungan penyediaan modal usaha mandiri dan usaha kecil. Hasil simulasi kebijakan migrasi internasional melalui depresiasi nilai
tukar rupiah, diperkirakan memberikan dampak yang cukup baik bagi peningkatan kuantitas tenaga kerja migran Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Sebuah
dilema akan muncul, yaitu kebijakan nilai tukar tidak hanya mencakup masalah stabilitas makro, tetapi juga sangat besar pengaruhnya terhadap insentif ekspor
dan impor. Bagi eksportir dalam hal ini ekspor jasa tenaga kerja migran, harga komoditas ekspor selain dipengaruhi oleh harga di pasar dunia juga dipengaruhi
nilai tukar. Semakin murah harga mata uang rupiah dibandingkan dengan mata uang asing, semakin tinggi tingkat keuntungan eksportir. Oleh karena itu,
semakin terdepresiasi akan semakin tinggi keuntungan eksportir. Namun, upaya mendorong ekspor dengan rupiah yang terdepresiasi kurang menguntungkan bagi
perekonomian secara keseluruhan, terutama dari segi distribusi pendapatan. Efektivitas peningkatan daya saing yang didorong oleh nilai tukar juga hanya
bersifat sementara. Hal ini disebabkan depresiasi akan mendorong laju inflasi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kuantitas migran internasional
Indonesia, tanpa harus mengharapkan depresiasi nilai tukar, maka kebijakan migrasi internasional ini harus dikompensasi dengan peningkatan kualitas tenaga
kerja migran internasional melalui pendidikan dan pelatihan, penurunan biaya modal kerja atau investasi berupa penurunan suku bunga kredit perbankan.
300
VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN