Perkembangan Migrasi Internal dan Internasional dan Angkatan Kerja Indonesia

143

5.3. Perkembangan Migrasi Internal dan Internasional dan Angkatan Kerja Indonesia

Berbagai masalah ketenagakerjaan di Indonesia dimulai dari masalah supply-demand dalam pasar tenaga kerja. Kondisi surplus tenaga kerja di Indonesia sebenarnya telah terjadi sejak sebelum krisis ekonomi. Sebagai konsekuensi terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan, penawaran tenaga kerja tenaga kerja baru dan pengangguran meningkat cepat dibandingkan dengan permintaan yang semakin menurun. Penawaran tenaga kerja baru dapat berasal dari jumlah angkatan kerja penduduk setempat yang terus meningkat, dapat juga disebabkan oleh jumlah migran yang masuk ke daerah tersebut. Migrasi merupakan penyebab pasar kerja berjalan tidak normal. Kondisi yang dihadapi adalah berlebihnya tenaga kerja yang tersedia sedangkan kesempatan kerja sangat terbatas, akibatnya tenaga kerja yang ada akan keluar dari wilayah tersebut. Sebaliknya apabila tenaga kerja yang tersedia sangat terbatas sedangkan kesempatan kerja sangat besar akan menyebabkan masuknya tenaga kerja dari wilayah lain. Migrasi keluar terdapat pada darah-daerah industri yang mengalami stagnasi atau daerah-daerah kurang berkembang. Tabel 12 memperlihatkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja di Sumatera pada periode 1985-2005 dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 2.77 persen. Ditinjau dari persentase jumlah migrasi masuk terhadap jumlah angkatan kerja di pulau tersebut, dapat dilihat adanya penurunan persentase migrasi masuk terhadap angkatan kerja. Tahun 1985, sekitar 25.2 persen dari angkatan kerja merupakan migran masuk, kemudian persentasenya terus menurun hingga tahun 2005, dimana 17.8 persen dari jumlah tenaga kerja di Sumatera adalah migran masuk. Tabel 12. Jumlah Migran Internal dan Internasional, Angkatan Kerja Menurut Pulau di Indonesia Tahun 1985-2005 Migran Internal 000 Orang Pulau Tahun Migrasi Masuk Migrasi Keluar Migran Internasional Orang Angkatan Kerja Orang Persentase Migran Masuk terhadap Angkatan Kerja Persentase Migran Keluar Terhadap Angkatan Kerja Persentase Migran Internasional terhadap Angkatan Kerja 1985 3013.9 986.1 739 11980091 25.158 8.231 0.006 1990 3699.4 1175.8 8275 15215524 24.313 7.728 0.054 1995 3975.5 1553.7 12901 16956835 23.445 9.163 0.076 2000 3589.3 1710.8 58296 19407000 18.495 8.815 0.300 Sumatera 2005 3789.8 1738.9 58850 21276447 17.812 8.173 0.277 1985 4554.2 3648.6 49053 39869203 11.423 9.151 0.123 1990 6871.8 5053.2 58767 47360260 14.510 10.670 0.124 1995 8757.9 5548.3 65584 51404114 17.037 10.793 0.128 2000 8494.0 5381.1 242147 58133000 14.611 9.257 0.417 Jawa 2005 10673.4 5643.2 277458 63347583 16.849 8.908 0.438 1985 671.3 180.6 1185 3081392 21.786 5.861 0.038 1990 1127.9 247.4 12250 3903354 28.896 6.338 0.314 1995 1386.3 271.9 19069 4615529 30.036 5.891 0.413 2000 1644.7 289.7 85946 5336000 30.823 5.429 1.611 Kalimantan 2005 1736.3 338.2 86831 5766320 30.111 5.865 1.506 1985 359.0 595.4 53 3891245 9.226 15.301 0.001 1990 528.6 649.7 219 4988570 10.596 13.024 0.004 1995 578.0 790.4 331 5732148 10.083 13.789 0.006 2000 653.5 777.4 1416 6184000 10.568 12.571 0.023 Sulawesi 2005 668.5 882.8 1454 7100833 9.414 12.432 0.020 Tabel 12. Lanjutan Migran Internal 000 Orang Pulau Tahun Migrasi Masuk Migrasi Keluar Migran Internasional Orang Angkatan Kerja Orang Persentase Migran Masuk terhadap Angkatan Kerja Persentase Migran Keluar Terhadap Angkatan Kerja Persentase Migran Internasional terhadap Angkatan Kerja 1985 369.7 335.1 3170 5002985 7.390 6.698 0.063 1990 601.1 439.1 8098 6334556 9.489 6.932 0.128 1995 701.3 525.5 11791 7094007 9.886 7.408 0.166 2000 703.6 700.1 47422 6592000 10.674 10.620 0.719 Pulau Lain 2005 802.9 663.0 49717 8311189 9.660 7.977 0.598 1985 - - 54200 63824916 - - 0.085 1990 - - 87605 77802264 - - 0.113 1995 - - 120886 85802633 - - 0.141 2000 - - 435226 95652000 - - 0.455 Indonesia 2005 - - 474310 105802372 - - 0.448 Sumber : Badan Pusat Statistik diolah Kondisi berbeda terjadi di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Pulau Lain, dimana persentase migran masuk terhadap angkatan kerja masing-masing pulau mengalami peningkatan. Tabel 12 menunjukkan pada tahun 1985 persentase jumlah migran masuk ke Jawa, Kalimantan, dan Pulau Lain terhadap jumlah angkatan kerja masing-masing pulau tersebut sebesar 11.4 persen, 21.8 persen, dan 7.4 persen. Tetapi pada tahun 2005, persentase jumlah migran masuk ke masing-masing pulau tersebut terhadap angkatan kerjanya berturut-turut sebesar 16.8 persen, 30.11 persen, dan 9.7 persen. Tabel 12 juga memperlihatkan persentase jumlah migrasi keluar terhadap angkatan kerja pada masing-masing pulau. Migrasi keluar akan mempengaruhi jumlah angkatan kerja masing-masing pulau, dimana semakin tinggi jumlah migran yang keluar dari masing-masing pulau, maka akan mengurangi jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa persentase migran keluar terhadap angkatan kerja pada periode 1985-2005 mengalami penurunan pada Pulau Jawa dan Sulawesi, dimana tahun 1985 persentase migran keluar dari Jawa dan Sulawesi terhadap angkatan kerjanya masing-masing 9.1 persen dan 15.3 persen. Sedangkan tahun 2005 persentase tersebut mengalami penurunan menjadi 8.9 persen untuk Jawa dan 12.4 persen untuk Sulawesi. Alisadono et al. 2006 menyatakan bahwa penurunan persentase migran keluar dari Jawa terhadap angkatan kerja disebabkan pada tahun tersebut adanya program pemerintah untuk memberangkatkan 750 ribu kepala keluarga transmigran. Sementara untuk pulau Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Lain, persentase migrasi keluar terhadap jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut pada periode 1985-2005, hanya sedikit mengalami perubahan. Kondisi ini menunjukkan peningkatan jumlah migran yang keluar seiring dengan peningkatan angkatan kerja pada masing-masing pulau tersebut. Migrasi internasional merupakan salah satu cara bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah pengangguran dalam negeri. Tabel 12 memperlihatkan pada periode 1985-2005, persentase migran internasional terhadap jumlah angkatan kerja pada masing-masing pulau mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat peningkatan persentase migran internasional asal Kalimantan terhadap angkatan kerjanya yang lebih besar dibandingkan pulau-pulau lainnya. Kondisi ini menunjukkan migrasi internasional di Kalimantan dapat mengatasi masalah pengangguran di Kalimantan.

5.4. Perkembangan Pendapatan Migran Internal, Devisa Migran