135
Tabel 9. Jumlah dan Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar Seumur Hidup Menurut Pulau Tahun 1985-2005
Migrasi Keluar 000 Orang
Rata-rata Pertumbuhan Migrasi Keluar
Pulau
1985 1990 1995 2000 2005 1985- 1990
1990- 1995
1995- 2000
2000- 2005
Sumatera Jawa
Kalimantan Sulawesi
Pulau Lain 986.1
3648.6 180.6
595.4 335.1
1175.8 5053.2
247.4 649.7
439.1 1553.7
5548.3 271.9
790.4 525.5
1710.8 5381.1
289.7 777.4
700.1 1738.9
5643.2 338.2
882.8 663.0
2.98 5.58
5.39 1.47
4.61 4.75
1.57 1.59
3.32 3.04
1.62 -0.51
1.06 -0.28
4.90 0.27
0.80 2.61
2.14 -0.90
Sumber : Depnakertrans dan BPS diolah Jika dibandingkan antara pertumbuhan migrasi masuk yang diperlihatkan
pada Tabel 8 dengan pertumbuhan migrasi keluar yang diperlihatkan pada Tabel 9, maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan migrasi masuk ke Jawa lebih besar dari
pertumbuhan migrasi yang keluar dari Jawa, kecuali pada periode 1995-2000, dimana pada periode tersebut pertumbuhan migrasi masuk sama dengan
pertumbuhan migrasi keluarnya.
5.2. Migrasi Internasional
Rendahnya penyerapan tenaga kerja di dalam negeri telah mendorong tenaga kerja untuk mencari dan memanfaatkan kesempatan kerja di luar negeri,
karena tingkat upah yang ditawarkan biasanya lebih baik dibandingkan dengan upah pekerjaan sejenis di dalam negeri. Selain itu, tekanan untuk mencari kerja di
luar negeri makin diperkuat dengan kenyataan bahwa surplus tenaga kerja unskilled
kian meningkat. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlangsung dan menjadi pilihan para pencari kerja sepanjang kondisi perekonomian Indonesia
masih belum mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang ada.
136 Kenyataannya sulit untuk menemukan angka pasti jumlah pekerja migran
Indonesia yang bekerja diluar negeri, terlebih besarnya jumlah pekerja ilegal. Namun dapat dipastikan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia yang bekerja di
luar negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 10 menunjukkan jumlah dan pertumbuhan tenaga kerja migran dari setiap pulau di Indonesia yang bekerja
di Malaysia, Singapura, Hongkong, Arab Saudi dan negara-negara tujuan lainnya. Tabel 10 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja
migran setiap pulau yang bekerja di luar negeri selama periode 1985-2005. Dilihat dari negara tujuan, maka negara tujuan yang paling diinginkan oleh
migran internasional Indonesia adalah Malaysia, kemudian Arab Saudi. Menurut Darwis 2004, banyak faktor yang menentukan negara Malaysia
menjadi pilihan pekerja migran Indonesia. Secara geografis, Malaysia merupakan negara tetangga terdekat Indonesia. Hubungan transportasi lebih mudah, murah
dan cepat. Beberapa pelabuhan di Indonesia merupakan pintu gerbang keluar masuk pekerja Indonesia untuk mencapai daerah tujuan di Malaysia, seperti
Batam dan Tanjung Pinang di Sumatera, Entikong di Kalimantan Barat serta Nunukan di Kalimantan Timur. Disamping itu masyarakat kedua negara sama-
sama berasal dari rumpun suku Melayu dengan bahasa yang mirip dan sejak dulu sudah memiliki hubungan sosial budaya yang erat, sehingga memudahkan dalam
berinteraksi. Tenaga kerja migran yang bekerja ke Timur Tengah, meskipun memiliki agama yang sama, tetapi menghadapi masalah adaptasi karena
perbedaan bahasa dan latar belakang sosial budaya yang mencolok. Jika ditinjau dari jumlah tenaga kerja migran berdasarkan daerah asal,
Tabel 10 memperlihatkan bahwa tenaga kerja migran internasional terbesar berasal dari Pulau Jawa, kemudian disusul oleh Kalimantan dan Sumatera. Tetapi
137 jika dilihat dari pertumbuhannya selama periode 1985 hingga 2005, peningkatan
pengiriman jumlah migran internasional terbesar berasal dari Sumatera, dengan persentase pertumbuhannya sebesar 23.18 persen.
Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja Migran Internasional Menurut Pulau dan Negara Tujuan Tahun 1985-2005
Negara Tujuan Pulau Tahun
Malaysia Orang
Singapura Orang
Hongkong Orang
Arab Saudi
Orang Negara
Lain Orang
Total Orang
1985 306 286 60 46 41 739
1990 5772 1528 135 40 800 8275
1995 4719 4536 766 42 2838
12901 2000 37838 5074 4285 110
10989 58296
2005 39848 4952 2397 145 11508
58850
Sumatera
r 26.10
14.54 19.20