112 dari estimasi suatu model atau variabel. Semakin besar nilai UC, maka semakin
valid estimasi suatu model atau variabel. Nilai UM, US dan UC adalah: UM =
∑
− −
2 2
1 Y
Y T
Y Y
a t
s t
a s
US =
2 2
1 Y
Y T
a t
s t
a s
∑
− σ
− σ
UC =
2
1 1
2 Y
Y T
a t
s t
a s
∑
− σ
σ ρ
−
Dimana nilai ρ
σ σ
dan ,
, ,
Y ,
Y
a s
a s
adalah nilai rata-rata estimasi model, nilai rata- rata observasi model, standar deviasi nilai estimasi model, standar deviasi nilai
observasi model dam koefisien korelasi antara nilai estimasi dengan nilai observasi model.
4.4. Simulasi Kebijakan
Migrasi merupakan suatu bentuk tanggapan dari adanya variasi keadaan lingkungan dimana mereka tinggal. Keadaan alam yang terus berubah, adanya
perubahan kehidupan sosial politik masyarakat, fluktuasi kondisi ekonomi, dan perkembangan penduduk melalui proses siklus kehidupan, telah mengakibatkan
penduduk bermigrasi dari satu daerah ke daerah lain. Dalam perspektif sejarah, tiga puluh tahun yang lalu migrasi penduduk
Indonesia umumnya sangat rendah. Indonesia sebagai negara agraris, tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan penduduknya sangat tidak
mobile . Tetapi kondisi ini sudah berubah, pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi selama tiga dekade sebelum krisis ekonomi terjadi di Indonesia, telah membawa pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek demografi. Salah
satunya adalah aspek mobilitas penduduk yang semakin meningkat intensitasnya.
113 Bahkan penduduk pulau Jawa yang dikenal mempunyai mobilitas yang rendah,
dapat dijumpai diseluruh pelosok Indonesia. Pembangunan jalan dan pertumbuhan jumlah kendaraan merupakan salah satu penyebab dari sekian
banyak faktor yang menyebabkan penduduk semakin mudah untuk bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain Depnakertrans, 1999.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan sektor industri suatu daerah juga turut memberi andil bertambahnya penduduk migran. Sebagian besar industri yang ada
di Indonesia terdapat di pulau Jawa. Oleh karena itu, daerah-daerah industri di pulau Jawa juga menjadi incaran bagi para migran dari pulau-pulau lain. Tetapi
banyak kendala yang dihadapi para migran untuk mencapai keinginannya dalam memperoleh kesejahteraan yang lebih baik. Kendala yang cukup banyak dihadapi
para migran internal adalah kesempatan kerja di daerah tujuan migran, khususnya di pulau Jawa, lebih sedikit dibandingkan jumlah migran yang datang untuk
mencari pekerjaan. Akibat dari kondisi ini adalah jumlah pengangguran semakin meningkat di daerah tujuan migran.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah pengangguran yang semakin meningkat, maka migrasi penduduk keluar Jawa dan migrasi internasional
merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Migrasi internasional selain dapat mengatasi masalah pasar kerja di Indonesia, juga dapat
meningkatkan devisa negara. Berbagai kebijakan migrasi internal yang ditetapkan pemerintah telah
diuraikan pada sub bab perkembangan kebijakan migrasi internal pada bab tinjauan pustaka disertasi ini. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan kebijakan
langsung direct policy. Secara umum kebijakan tersebut bertujuan untuk mengatasi ketimpangan distribusi penduduk yang terkonsentrasi di Pulau Jawa,
114 mengatasi masalah pengangguran dan meningkatkan kondisi perekonomian baik
di daerah asal maupun di daerah tujuan. Demikian juga halnya dengan kebijakan migrasi internasional, dimana
secara umum tujuan pemerintah adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kerja migran internasional, dan secara khusus mengatasai masalah
pengangguran di dalam negeri dan meningkatkan devisa negara. Berdasarkan tujuan dari kebijakan migrasi internal dan internasional
tersebut, maka kebijakan migrasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kebijakan tidak langsung indirect policy, dengan cara meningkatkan daya tarik
daerah tujuan migran melalui peningkatan upah, kesempatan kerja dan kondisi perekonomian daerah tujuan. Sehingga tujuan kebijakan migrasi internal dan
internasional yang ditetapkan pemerintah dapat tercapai. Oleh karena itu, untuk melihat bagaimana dampak kebijakan migrasi
internal dan internasional terhadap pasar kerja dan perekonomian Indonesia, dilakukan analisis simulasi kebijakan pada periode peramalan ex-ante simulation
tahun 2009-2012. Alternatif simulasi kebijakan peramalan terdiri dari: Simulasi 1: Peningkatan upah minimum propinsi rata-rata di Jawa 10 persen dan
upah minimum propinsi rata-rata di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Lain 15 Persen kebijakan migrasi internal.
Simulasi 2
: Depresiasi nilai tukar sebesar 5 persen kebijakan migrasi internasional.
Simulasi 3: Kombinasi penurunan suku bunga 2 persen dan depresiasi nilai tukar sebesar 5 persen.
Simulasi 4: Peningkatan pengeluaran infrastruktur di Jawa 10 Persen, dan di Pulau-pulau Lainnya 20 persen kebijakan migrasi internal.
115 Simulasi 5 : Kombinasi penurunan suku bunga 2 persen, depresiasi nilai tukar 5
persen, peningkatan pengeluaran infrastruktur di Jawa 10 Persen, dan di Pulau-pulau Lainnya 20 persen kombinasi simulasi 3 dan 4.
Analisis simulasi kebijakan ini berdasarkan pada perkembangan ekonomi pada saat penelitian. Simulasi kebijakan migrasi internal melalui peningkatan
upah minimum di Jawa sebesar 10 persen berdasarkan kebijakan dewan pengupahan yang menuntut kenaikan upah minimum propinsi DKI Jakarta
sebesar 8 persen, dan dalam simulasi ini dibulatkan menjadi 10 persen. Upah minimum propinsi DKI Jakarta diasumsikan dapat mewakili pulau Jawa.
Sedangkan di pulau-pulau lainnya peningkatan upah minimum meningkat 15 persen berdasarkan perkembangan peningkatan upah minimum selama lima tahun
terakhir. Tujuan peningkatan upah minimum lebih besar di pulau-pulau lain daripada di Jawa juga untuk mengurangi terjadinya migrasi internal dari pulau lain
ke Jawa. Kebijakan migrasi internal melalui penurunan suku bunga sebesar 2
persen, disesuaikan dengan rapat dewan gubernur Bank Indonesia yang terus
menurunkan suku bunga beberapa kali secara berturut-turut sehingga suku bunga terus menurun dari dua digit 11 persen hingga menjadi 8.75 persen kondisi Juni
hingga Juli 2007. Tujuan dari turunnya suku bunga untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Investasi merupakan salah satu upaya bagi daerah di
seluruh Indonesia untuk melakukan percepatan pembangunan, dimana investasi merupakan motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Tanpa investasi, pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang tidak akan tercapai walaupun pengeluaran konsumsi dan pengeluaran pemerintah berkembang cukup
baik. Jika investasi dihubungkan dengan pasar kerja, maka investasi merupakan
116 faktor yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan tenaga kerja.
Peningkatan permintaan tenaga kerja, dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat, sehingga dapat menghambat terjadinya
migrasi, khususnya migrasi ke daerah-daerah yang tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi.
Kebijakan migrasi internasional melalui depresiasi nilai tukar 5 persen, dilakukan berdasarkan kondisi nilai tukar pada periode lima tahun terakhir,
dimana nilai tukar rupiah rata-rata terdepresiasi terhadap dollar Amerika, dollar Hongkong, dollar Singapura dan ringgit Malaysia sebesar 5 persen. Simulasi ini
bertujuan untuk mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja migran Indonesia untuk bekerja di luar negeri, karena upah yang diterima tenaga kerja migran di
luar negeri dalam bentuk mata uang asing. Kebijakan ini sesuai dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan kuantitas tenaga kerja migran yang ditempatkan
di luar negeri. Peningkatan jumlah tenaga kerja migran internasional ini diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia, meningkatkan
devisa dan pendapatan negara. Sedangkan simulasi kebijakan internal lain melalui pengeluaran
infrastruktur dilakukan berdasarkan perkembangan selama lima tahun terakhir, dimana rata-rata peningkatan pengeluaran pembangunan di Jawa sebesar 8.1
persen dan di luar Jawa rata-rata 7.6 persen hingga 13.9 persen. Berdasarkan nilai tersebut, maka dalam simulasi kebijakan pengeluaran pembangunan untuk pulau
Jawa di tingkatkan 10 persen dan untuk pulau-pulau lain ditingkatkan 20 persen. Tujuan peningkatan pengeluaran infrastruktur lebih besar di pulau-pulau
lain daripada di Jawa adalah untuk menarik migran dari Jawa untuk migrasi ke luar Jawa, dan menurunkan jumlah migran dari luar Jawa masuk ke Jawa.
117 Selanjutnya kondisi infrastruktur yang baik, juga akan menarik investor untuk
melakukan investasi didaerah tersebut. Berdasarkan laporan Asian Development Bank 2005, tiga hal yang
mempengaruhi investasi di Indonesia, yaitu: 1 Kondisi ekonomi makro, termasuk stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan
stabilitas sosial dan politik, 2 Kepemerintahan dan kelembagaan, termasuk kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistim hukum, sektor keuangan,
fleksibilitas pasar tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan trampil, dan 3 Infrastruktur, mencakup sarana transportasi, telekomunikasi,
listrik, dan air. Disisi lain total pengeluaran pembangunan dan pengeluaran infrastruktur dapat membuka lapangan kerja melalui pembangunan proyek-proyek
pembangunan dan infrastruktur. Oleh karena dalam mengatur kebijakan biasanya pemerintah
melakukannya secara bersamaan, maka dalam penelitian ini dilakukan analisis simulasi kombinasi kebijakan migrasi internal dan internasional yaitu pada
simulasi 3 dan 5.
4.5. Definisi dan Pengukuran Variabel