Ekowisata Sebagai Konsep Pengembangan Kawasan

No Peneliti Judul penelit ian Gambaran umum penelitian 10 Mulyaningrum 2004 Disertasi IPB Bogor Strategi Pengembangan Wisata Alam Berkelanjutan dalam Perspektif Ekonomi. Penelitian diarahkan untuk pengembangan pariwisata alam tanpa adanya pembahasan mengenai ekowisata 11 Hengki 2006 Disertasi IPB Bogor Analisis daya saing ekowisata Penelitian diarahkan untuk melihat daya saing ekowisata secara ekonomis dari berbagai penelitian diatas hanya memperlihatkan spesifik lingkungan yang sangat bervariasi satu dengan yang lainnya. Hal tersebut sangat tergantung dari kondisi sosial-ekologis dan faktor pendukung utama yang dimiliki oleh kawasan serta konsep penyelenggaraan kegiatan wisata pada kawasan tersebut. Sehingga penelitian mengenai aplikasi konsep ekowisata khususnya pada kawasan suaka alam yang mempunyai nilai kerentanan yang sangat tinggi terhadap pengaruh luar.

2.2.2 Ekowisata Sebagai Konsep Pengembangan Kawasan

Konsep pengembangan pengelolaan kawasan wisata menurut INDECON 1999 seharusnya didasarkan pada kaidah alam yang mendukung upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya serta peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dimana aspek pengelolaannya didasarkan oleh adanya kesatuan visi dari para stakeholdernya. Strategi yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekowisata seharusnya memenuhi prinsip prinsip dasar seperti yang dikemukakan oleh Wright 1993:2 diantaranya : 1. Ekowisata tidak menyebabkan degradasi sumber daya alam dan pengembangan selalu berdasarkan prinsip ramah lingkungan. 2. Ekowisata seharusnya mendukung partisipasi dan pengalaman baru bagi wisatawan. 3. Ekowisata seharusnya mencakup pengetahuan komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, industri, wisatawan sebelum dan sesudah melakukan perjalanan. 4. Ekowisata seharusnya menemukan seluruh nilai intrinsik sumber daya. 5. Ekowisata mencakup daya dukung sumberdaya. 6. Ekowisata mempromosikan saling pengertian dan menjembatani hubungan antar pihak pihak terkait. Seluruh pihak terkait seharusnya mempromosikan tanggung jawab perilaku moral dan etika yang berkaitan alam dan budayanya. 7. Ekowisata seharusnya memberikan keuntungan dalam jangka panjang untuk sumberdaya, komunitas lokal dan industri dimana keuntungan tersebut dapat berupa konservasi, ilmu pengetahuan dan budaya atau ekonomi. 8. Ekowisata berorientasi kepada tujuan pembangunan berwawasan lingkungan dengan tetap mengindahkan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. 9. Kegiatan ekowisata seharusnya menjamin bahwa etika dasar praktek lingkungan yang bertanggung jawab diterapkan tidak hanya sebagai sumberdaya eksternal yang menjadi atraksi wisata tetap juga faktor internal operasional. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan kawasan didasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, ketergantungan pada kualitas sumberdaya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua, melibatkan masyarakat. Ketiga, meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai- nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kelima, sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan Shelly and Wall, 2001. Dengan kata lain, ekowisata menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi menggunakan dan merupakan milik masyarakat lokal. Inskeep 1991 menggambarkan proses pengembangan kawasan wisata dari waktu ke waktu, dimana perkembangannya tidak lepas dari dukungan masyarakat setempat. Pada tahap awal pengembangan wisata, respons terhadap potensi ODTW akan mendorong bertumbuhnya aksesibilitas ke kawasan, hal ini ditandai dengan bertumbuhnya sistem transportasi yang menghubungkan antar nodal kawasan wisata dan nodal penyalur wisata. Dala m waktu yang sama pertumbuhan jumlah wisatawan terus meningkat seiring dengan pembangunan infrastruktur wisata yang berada dalam kawasan. Stakeholder yang berpengaruh pada tahapan ekplorasi adalah pelaku bisnis wisata dan wisatawan yang terus menerus berusaha untuk menemukan daerah tujuan wisatawa yang baru. Pada tahap selanjutnya, dengan bertumbuhnya visitasi wisatawan pada kawasan baru, maka peranan masyarakat sebagai penerima wisatawan juga mulai diikutsertakan dalam pengembangan kawasan. Pada tahapan ini masyarakat akan berperan lebih aktif dalam menyediakan sarana seperti akomodasi, restaurant, cinderamata serta sarana lainnya sehingga potensi ekonomi masyarakat akan berkembang. Hal ini tentunya akan menimbulkan peningkatan kebutuhan kerja dan menarik migrasi dari kawasan lain disekitarnya. Peranan pemerintah kemudian mulai terbentuk setelah proses pembangunan pada kawasan tersebut mulai digalakkan, pembentukan kelembagaan wisata menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan pemanfaatan ruang kawasan wisata. Untuk dapat melihat gambaran yang lebih utuh mengenai perkembangan sebuah kawasan wisata dapat dilihat pada Gambar 2. visitasi kawasan baru kontrol lokal pengembangan intitusi rejuvenation stagnasi konsolidasi penurunan pembangunan eksplorasi keikutsertaaan waktu Gambar 2 Diagram hipotetikal tourism area life cycle- TALC Sumber : Gunn 1997; Cooper et al. 1993. Untuk dapat melihat dampak dari pengembangan ekowisata terlebih dahulu perlu diperhatikan hal-hal yang telah teridentifikasi dari perencana pengembangan ekowisata karena hal ini akan menyangkut kelangsungan pertumbuhan kawasan wisata dan juga tentunya akan menyangkut kelangsungan para pelaku wisata yang berada dalam kawasan tersebut, diantaranya : 1. Volume atau jumlah wisatawan. 2. Karakteristik wisatawan dengan kebutuhannya. 3. Tipe dari aktifitas wisata yang dapat ditawarkan pada sebuah kawasan wisata beserta dengan variasi wisata yang mungkin dilakukan. 4. Struktur masyarakat yang berada pada kawasan wisata tersebut. 5. Daya dukung lingkungan. 6. Kemampuan masyarakat untuk dapat mengadaptasi dari berkembangnya kepariwisataan. 7. Kebijakan yang mendukung pengembangan. 8. Pengelolaan kawasan yang terpadu Wall and Wright, 1995; Justiano 1998

2.2.3 Penataan Ruang Kawasan Wisata