II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekowisata Sebagai Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Ekowisata merupakan sebuah terminologi baru yang masih mencari jati diri, sebagai sebuah konsep pariwisata yang berkelanjutan, ekowisata telah
merubah paradigma berwisata secara gradual di berbagai belahan dunia dan telah menjadi mode baru dalam pengembangan pariwisata Epplerwood, 2004; UN EP,
2002. Dengan didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan oleh World Commission for Environmental and Development
WCED 1984:36 sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejalan dengan konsep tersebut, Agenda 21 for the travel tourism
industry; toward sustainable development menjabarkan konsep pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan, sebagai: “Pariwisata berkelanjutan memenuhi kebutuhan wisatawan dan daerah
penerima pada saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh
sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses
ekologi esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan. Produk pariwisata berkelanjutan yang dioperasikan secara
harmonis dengan lingkungan lokal, masyarakat, dan budaya, sehingga mereka menjadi penerima keuntungan yang permanen dan bukan korban
pembangunan kepariwisataan” KLH, 2001.
Dari konsep diatas, makna pariwisata yang berkelanjutan memperlihatkan sebuah konsep yang memaduserasikan dan mengintegrasikan antara nilai nilai
sosial-budaya, ekologi dan ekonomi dalam konteks pembangunan dimana ekowisata merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan tersebut sesuai
dengan pernyataan the Quebec Declaration on Ecotourism, dalam IYHE 2001 yang menyatakan bahwa ekowisata embraces the principles of sustainable
tourism... and the following principles which distinguish it from the wider concept of sustainable tourism.
Karenanya ekowisata dijadikan benchmark bagi pembangunan karena dapat memberikan keuntungan ekonomis, ekologis dan
sosial yang besar, dan tidak merusak alam bila dibandingkan dengan industri lainnya.
Untuk dapat mencapai bentuk pembangunan pariwisata yang berkelanjutan sustainable tourism, ekowisata diharapkan dapat mengeliminir potensi
kerusakan budaya dan lingkungan alam yang mungkin akan terjadi. Karenanya perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi dampak ne gatif dari pembangunan
pariwisata seperti pada Tabel 1 menjadi penting untuk dilakukan guna memberikan rambu rambu dalam penerapan konsep ekowisata dalam
pengembangan kawasan wisata.
Tabel 1. Dampak negatif pembangunan pariwisata
Komponen lingkungan Fenomena dampak negatif
Kegiatan pariwisata yang menimbulkan dampak negatif
Gangguan perkembang biakan Pengamatan burung bird watching Gerak jalan hiking
Hilang atau kepunahan Perburuan hunting
Hewan dan bagian hewan diawetkan Masakan istimewa unique dishes
Padatnya visitasi
Perubahan pola migrasi hewan Perjalanan dalam jalur migrasi Flora dan Fauna
Kerusakan vegetasi Pembangunan sarana wisata
Kegiatan wisata pada kawasan hutan lindung
Polusi Air dan tanah Limbah cair
Ceceran minyak dan bahan kimia Pembuangan sampah padat
Polusi Udara Emisi kendaraan bermotor
Polusi
Polusi Suara Kemacetan lalu lintas
Kehidupan malam Tingginya visitasi
Pengikisan permukaan tanah Lalu lintas yang padat
Longsor Lingkungan binaan yang tidak
terkendali Penggundulan hutan
Erosi
Kerusakan DAS Wisata sungai yang tidak terkendali
Kepadatan pengunjung Habisnya cadangan air tanah
dan air permukaan Banyaknya kawasan terbangun
Kerusakan sumber air Sumber Daya Alam
Tingginya kemungkinan kebakaran
Api yang tidak terkendali Sumber : Soeriatmaja 1997 dan Heriawan 2004
2.2 Definisi ekowisata