2. Keserasian bangunan dan lingkungan
Penampilan bangunan merupakan ungkapan dalam upaya mendukung keselarasan lingkungan, sehingga bangunan harus menyesuaikan dengan kondisi
alam setempat dan kondisi site yang ada. Konsep peletakan tata bangunan sebagai berikut:
a. Pengelolaan massa bangunan disesuaikan dengan kondisi tapak atau mengikuti bentukan muka bumi dan mempertimbangkan daerah khusus
yang mempunyai visual atau pandangan yang baik dan jalur sirkulasi. b. Adanya keanekaragaman variasi pengolahan massa bangunan pada tapak
disesuaikan dengan fungsi bangunan. c. Pengelolaan massa bangunan yang berlebihan dapat merusak citra
kawasan diusahakan mengikuti kontur dan tidak merubah lansekap. d. Tata letak bangunan sedemikian rupa sehingga tidak lebih dominan dari
obyek sendiri agar tidak mengurangi kualitas visual obyek. e. Agar suasana alami tetap sesuai dengan lingkungan sekitarnya, bentuk,
texture dan warna bangunan dibuat serasi, selaras dengan warna elemen alami lansekap.
3. Hubungan antara massa bangunan, tapak dan obyek lainnya Karena usaha melestarikan sumber daya alam serta ekosistemnya
merupakan prioritas, maka massa bangunan hendaknya menjadi latar depan dan belakang, bukan menjadi obyek yang ditonjolkan dalam perencanaan tapak.
Komposisi tapak didominasi elemen lansekap alamiah sehingga pembentukan ruang alamiah pada kawasan lebih menonjol dan memberikan susana yang
nyaman dan aman bagi wisatawan. Elemen elemen massa bangunan sebaiknya merupakan elemen alamiah yang diambil dari lingkung sekitar sehingga dapat
memberikan tonjolan tonjolan fisik yang menguatkan ciri keindahan alam dan ciri kesatuan ruang gerak dari para wisatawan.
7.6.4. Rencana lansekap
1. Ciri dan karakter yang ditampilkan Kawasan suaka margasatwa Mampie lampoko bercitra kawasan pesisir
yang mempunyai ciri dan karakter sesuai dengan bentangan alamnya, misal citra kawasan mangrove, citra pesisir, citra kawasan lahan basah, citra perkebunan dan
pertanian, citra cultural heritage. Ole h karena itu ciri dan karakter citra lansekap buatan yang akan didirikan disesuaikan dengan citra kawasan pesisir demikian
pula halnya dengan iklim setempat. Dilain pihak citra pesisir memungkinkan wisatawan untuk menikmati
perilaku fauna dalam kawasan pesisir tropis terdapat vista dan spot muka tanah yang relative datar sehingga berbagai fasilitas dalam pengembangan produk
ODTW dapat dicapai untuk mendapatkan citra keunikan tersendiri seperti: pembuatan canopy, menara dan pondok pengamatan burung yang diperkuat
dengan fasilitas lainnya seperti teropong sehingga pemandangan yang didapatkan lebih lebar. Bagi pengendara maka dibuatkan kondisi tapak yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga aksesibilitas yang dapat dijangkau dalam waktu tertentu dengan tidak mengurangi keindahan alamiah yang telah ada. Bukaan pandangan
untuk memasuki tapak perlu ditata sesuai kondisi yang sebenarnya tanpa mengurangi nilai kemampuan lahan untuk kenyamanan dan keamanan para
wisatawan. 2. Keamanan dan kenyamanan
Pengelolaan pengunjung atau wisatawan pada kawasan penyangga intensif pemanfatan tentunya mengharapkan kenyamanan yang sesuai dengan kebutuhan
masing masing wisatawan. Dengan menciptakan kenyamanan maka pihak pengelola dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Pengunjung dapat menikmati
lingkungan alamiah tanpa hambatan yang tentunya akan meningkatkan jumlah visitasi dari wisatawan dengan meningkatnya kenyamanan diharapkan pula proses
perlindungan dan pelestarian lingkungan dapat terjaga dengan baik sehingga keseluruhan ekosistem dapat memberikan pelayanan yang terbaik baik wisatawan.
Kegiatan patroli laut dan penelitian dalam blok inti dan blok rimba serta lansekap terbatas akan menimbulkan kenyamanan dalam setiap kegiatan. Kegiatan
patroli dalam blok inti diwajibkan untuk memperhitungkan jarak dan kemampuan manusia untuk dapat mencapainya. Pada blok rimba selain pengamanan utama
dengan melakukan patroli, juga dilakukan pengamanan dengan pagar, khususnya pada jalan setapak yang dapat menimbulkan bahaya bagi para wisatawan
demikian pula halnya dengan penyediaan sarana mandi, cuci dan kakus MCK
yang wajib tersedia dalam jarak jarak tertentu dalam radius kegiatan wisata. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya menghindari pencemaran lingkungan.
3.Drainase dan peresapan air Pembentukan elemen binaan lansekap akan mempengaruhi pengaliran air
hujan alamiah yang telah ada dan penyerapan air hujan kedalam tanah. Karenanya diupayakan tidak terjadi perubahan alam yang dapat menyebabkan erosi. Penataan
sistem drainase dilakukan dengan mengikuti garis kontur alamiah untuk
mengurangi kesalahan konstruksi terhadap lingkungan binaan yang direncanakan.
Penanggulangan air limbah dapat ditanggulangi jika terjadi pengalokasian pada tempat tempat tertentu. Penanggulangan bagi kegiatan perjalanan dalam
kawasan pada setiap jarak tertentu dimungkinkan untuk dibangun sarana penggulangan air seperti septic tank dan rembesan maupun drainase tertentu agar
tidak mencemari lingkungan sekitar. Rembesan yang dibangun sebaiknya diperlakukan dengan cara berjenjang sehingga tidak menimbulkan pencampuran
materi kotoran. 4.Penyediaan air bersih
Kegiatan yang dilakukan dalam kawasan baik untuk pengelola maupun untuk wisatawan sangat tergantung pada ketersediaan air bersih dalam jumlah
yang cukup guna memberikan keleluasaan dalam melakukan aktifitas. Karenanya pengadaan air bersih menjadi materi yang krusial untuk diperhatikan tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan. Untuk penyediaan air bersih tersebut perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a. Diusahakan mengikuti topografi yang ada untuk memudahkan pengaliran b. Pola jaringan air bersih dibuat untuk keseluruhan wilayah yang akan
terlayani untuk kegiatan tertentu c. Sumber air bersih menggunakan air tanah dan pemanfaatan air tanah
dilakukan pada setiap bangunan, dimana polanya mengikuti pola distribusi yang telah dijabarkan diatas. Jaringan pipa distribusi tersebut
ditanam dalam tanah dengan kedalaman tertentu guna menghindari adanya kebocoran dan pembuangan air yang cukup besar dan rusak akibat
pengrusakan oleh binatang dan manusia.
5. Penanggulangan bahaya kebakaran Bahaya kebakaran pada umumnya terjadi karena kelalaian atau ulah
manusia yang dapat ditanggulangi dengan pengawasan dan pengarahan yang tepat kepada pengunjung, pengelola kawasan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat
terdapat berbagai bentuk kegiatan wisata di alam terbuka khususnya kegiatan perkemahan. Pengalokasian khusus tempat untuk memasak dan membakar kayu
perlu dipersiapkan dan diberikan izin guna teralokasinya sistem aksesibilitas pengamanan kebakaran yang baik.
6. Penanggulangan sampah Sampah yang dihasilkan oleh para wisatawan dan pengelolaan dalam blok
rimba, blok inti dan lansekap terbatas dikumpulkan pada areal pemanfaatan lansekap intensif. Sampat tersebut akan dibawa sendiri oleh pengelola pada
tempat tertentu dengan tempat sampah recycle bin tertentu untuk dapat didaur ulang menurut kelas sampah. Penanganan sampah yang tidak dapat didaur ulang
dimusnahkan dengan dibakar sementara sebahagian lainnya yang mengandung racun dan tidak dapat dimusnahkan dibawa keluar dari kawasan untuk
dimusnahkan ditempat lain . Pada lansekap terbatas areal pemanfaatan penanggulangan sampah
dilakukan dengan membuat tempat sampah recycle bin dalam lokasi yang menyebar sesuai dengan menyebaran fasilitas dan aktifitas yang dilakukan dalam
blok. kemudian sampah sampah tersebut akan dikumpulkan dalam waktu tertentu. 7. Penyediaan tenaga listrik dan telekomunikasi
Penyediaan tenaga listrik pada blok rimba dan blok inti tidak dilakukan, jika kondisi terpaksa maka dipergunakan listrik tenaga matahari atau mini hidro,
sedangkan dalam areal pemanfaatan diadakan instalasi listrik secukupnya dari PLN atau mini hidro. Jika terpaksa maka dipergunakan mesin disel yang dijaga
dengan ketat mengingat pencemaran akibat oli maupun pencemaran udara. pembuangan oli bekas dilakukan diluar kawasan .
Untuk instalasi komunikasi ditidak dipasang dalam blok rimba maupun blok inti, bila dipandang perlu maka diperguakan radio SSB yang ditunjang
denga n tenaga matahari atau telepon satelit. Sedangkan dalam areal pemanfaatan dapat dibangun menara repeater untuk jaringan komunikasi keluar.
8.Persyaratan letak bangunan Persyaratan letak bangunan dalam kawasan yang diperkenankan dapat
dibedakan atas beberapa kwalifikasi fungsi dari kawasan tersebut; a.Pada daerah lansekap terbatas.
Perletakan bangunan pada lansekap terbatas tidak dapat membentuk ruang untuk bangunan karena permukaan tanah yang tidak memungkinkan. Hal ini
dapat dihindari dengan menyebarkan bangunan dalam jarak tertentu untuk saling berinteraksi dengan kegiatan aktifitas wisatawan dan pengelolaan.
b.Pada daerah lansekap intensif Perletakan bangunan di daerah lansekap intensif dapat dikumpulkan hingga
membentuk ruang dengan memperhatikan garis kontur. Diusahakan dalam pembangunannya dapat mengikuti grade pada daerah daerah tertentu.
Diusahakan untuk kumpulan massa bangunan dibuat dengan bangunan panggung guna memberikan kesan tradisional dan unik pada setiap massa
bangunan. Pengelompokan massa bangunan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh ruang untuk kegiatan kegiatan khusus untuk dapat menikmati
pemandangan pesisir. Jika massa bangunan terpaksa dibuat pada kawasan dekat blok rimba atau blok
inti maka diperlukan penanganan khusus dengan membangun sabuk rimba transisi dibagian dalam dan luar, guna memberikan kontinuitas pada lansekap elemen
binaan sehingga massa bangunan tersebut tidak mempengaruhi habitat dan fauna yang berada dalam kawasan inti maupun kawasan rimba. Arsitektur bangunan
diusahakan untuk mengikuti pola tradisional dan khas Indonesia.
7.6.5 Rencana aksesibilitas