Pengelolaan Sumberdaya Ikan Juaro P. polyuranodon

4.6 Pengelolaan Sumberdaya Ikan Juaro P. polyuranodon

Dalam suatu perairan pengelolaan sumberdaya yang terdapat di perairan tersebut perlu dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya di perairan tersebut. Pengelolaan terhadap sumberdaya perikanan di perairan Sungai Musi perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Perairan Sungai Musi kaya akan sumberdaya perikanan, dimana semuanya itu perlu diperhatikan kelestariannya, khususnya ikan Juaro P. polyuranodon. Beberapa aspek biologi yang dapat membantu pengelolaan antara lain adalah evaluasi terhadap kapasitas dan potensi perairan serta pengetahuan tentang perubahan-perubahan besarnya atau jumlah stok Effendie, 2002. Dari beberapa aspek biologi tersebut diantaranya adalah aspek biologi reproduksi yang dapat bermanfaat demi kelestarian sumberdaya perikanan di Perairan Sungai Musi. Pengelolaan sumberdaya ikan Juaro di Sungai Musi ditujukan pada upaya untuk menjamin kelestarian stok ikan tersebut di perairan Sungai Musi melalui pendekatan aspek biologi reproduksinya. Reproduksi dari suatu jenis ikan sangat berkaitan dengan populasi ikan tersebut di alam. Informasi yang dihasilkan dari penelitian mengenai aspek biologi reproduksi ikan Juaro merupakan suatu informasi yang bermanfaat dalam upaya pengelolaan populasi ikan tersebut di perairan Sungai Musi. Dari hasil penelitian ini dihasilkan beberapa informasi yang diharapkan dapat mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan Juaro lebih lanjut, diantaranya ikan Juaro memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif untuk ikan jantan dan ikan betina. Rasio kelamin ikan Juaro secara keseluruhan selama penelitian seimbang 1 : 1. Rata-rata faktor kondisi ikan Juaro cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Ikan Juaro telah memasuki waktu memijah diduga sekitar bulan Juni - Agustus. Ikan Juaro betina memiliki indeks kematangan gonad yang lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Fekunditas ikan Juaro setelah dilakukan pengamatan berkisar antara 616 – 7.059 butir telur, dan memiliki pola pemijahan total spawner. Dari informasi yang diperoleh diatas, diharapkan dapat menjadi informasi yang penting bagi upaya pengelolaan ikan Juaro. Adapun upaya yang dapat dilakukan diantaranya kegiatan domestikasi dan pembudidayaan. Upaya domestikasi dan kegiatan pembudidayaan ikan Juaro diharapkan dapat meningkatkan populasi dan produksi ikan tersebut. Informasi aspek reproduksi yang tersaji untuk ikan Juaro diharapkan dapat menjadi acuan dalam proses domestikasi atau penjinakkan ikan ini. Dari keberhasilan usaha domestikasi ikan Juaro dapat dijadikan acuan selanjutnya bagi kegiatan pembudidayaan. Keberhasilan dari usaha domestikasi dan pembudidayaan ikan Juaro ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kelestarian ikan Juaro itu sendiri, dan dapat bermanfaat untuk alternatif kebutuhan protein hewani yang rendah kolesterol bagi masyarakat khususnya di sekitar perairan Sungai Musi. Upaya pengelolaan dapat pula dilakukan dengan pengawasan terhadap cara penangkapan yang didasarkan pada pengaturan waktu dan seleksi alat tangkap yang digunakan. Pengaturan waktu seperti pelarangan penangkapan pada musim penghujan karena saat itu merupakan waktu untuk ikan melakukan pemijahan. Seleksi alat tangkap menyangkut pembatasan ukuran mata jaring terutama yang memiliki ukuran mata jaring kecil. Ikan Juaro di Sungai Musi ada yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap jala dan jaring dengan ukuran mata jaring 0,5 inci, 1 inci, 1,5 inci, dan 2 inci. Sehingga dengan ukuran jaring tersebut maka ikan-ikan Juaro dalam ukuran kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan akan tertangkap, hal ini akan mengganggu keberlangsungan stok ikan Juaro di perairan Sungai Musi. Upaya pengelolaan yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan menggunakan alat tangkap yang memungkinkan tidak tertangkapnya ikan Juaro yang sedang dalam masa pertumbuhan. Beberapa usaha lain yang bisa dilakukan diantaranya pengendalian aktifitas penangkapan ikan terutama menjelang masa pemijahan, jumlah armada dan alat tangkap yang digunakan tetap harus dilakukan pemantauan. Kebijakan yang mengatur waktu penangkapan serta alat tangkap yang selektif perlu dikeluarkan oleh stakeholder dan pihak-pihak terkait demi adanya suatu regulasi penangkapan yang ramah lingkungan dan tercapainya keseimbangan ekosistem di alam. Dewasa ini pertumbuhan industri di sekitar Sungai Musi cukup berkembang pesat. Widiastuti 2001 menjelaskan beberapa industri yang berkembang diantaranya Pertamina, industri pembuatan minyak goreng, PT. PUSRI, industri pengolahan kayu, pengolahan karet, tekstil, serta industri pembuatan makanan dan minuman. Aktifitas industri tersebut menghasilkan limbah yang akan mencemari perairan, sehingga diperlukan peraturan serta pengawasan yang ketat agar beban pencemaran yang masuk keperairan tidak terlalu besar. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan Sungai Musi dari pencemaran limbah antara lain, dengan melakukan pemantauan terhadap limbah-limbah industri yang dibuang ke perairan Sungai Musi oleh industri yang berdiri di sekitar Sungai Musi. Dengan melakukan kajian rutin terhadap bahan pencemar yang dibuang ke dalam perairan Sungai Musi, apakah sudah sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan. Selain dari limbah industri, pencemaran perairan pun diakibatkan oleh limbah domestik yang berasal dari masyarakat, sehingga perlu dilakukan penyuluhan atau penyampaian informasi kepada masyarakat bahaya yang ditimbulkan oleh limbah serta dampaknya kepada perairan. Sehingga diharapkan dengan upaya pengawasan yang ketat untuk industri yang membuang limbah sembarangan ke perairan Sungai Musi, serta penyuluhan kepada masyarakat tentang kelestarian ekosistem perairan Sungai Musi, yang merupakan habitat dari ikan Juaro khususnya, serta organisme perairan pada umunya dapat terpelihara dengan baik. Sebesar apapun upaya yang dilakukan untuk pengelolaan tidak akan berhasil tanpa kerjasama antara masyarakat, pihak swasta dan pemerintah dalam upaya menjaga kelestarian biota-biota di Sungai Musi, khususnya ikan Juaro. Sehingga peran serta dari ketiganya sangat penting dalam upaya menjaga kelestarian biota-biota yang ada di perairan Sungai Musi. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas Perairan Sungai Musi yang bersih dan sehat perlu ditingkatkan, upaya yang dapat dilakukan diantaranya memberikan penyuluhan kepada mereka untuk ikut menjaga kebersihan Perairan Sungai Musi dengan tidak membuang sampah ke Sungai serta mengurangi nilai limbah domestik yang dihasilkan dari kegiatan mereka sehari-hari. Pihak swasta dan pemerintah yang aktifitas industrinya berada di sekitar perairan Sungai Musi diharapkan melakukan kajian rutin terhadap bahan pencemar yang dibuang ke dalam perairan Sungai Musi, apakah sudah sesuai dengan standar baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga beban bahan pencemar dari limbah kegiatan industri yang masuk ke perairan Sungai Musi tidak terlalu berat. Pemerintah pun harus memiliki sanksi yang tegas bagi industri-industri yang tidak memiliki AMDAL yang baik, karena dengan tidak memiliki AMDAL maka suatu industri dikhawatirkan akan membuang limbahnya ke Sungai dalam kadar yang terlalu berat, dan berbahaya bagi organisme di dalamnya, terlebih dapat membahayakan kehidupan masyarakat sekitar Sungai Musi. Jika ketiga elemen tersebut dapat bekerja sama dengan baik, maka dipastikan keberlangsungan ekosistem perairan Sungai Musi dapat terjaga dengan baik yang akan memberikan manfaat bagi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

• Rasio kelamin ikan Juaro Pangasius polyuranodon secara keseluruhan berada dalam kondisi yang seimbang. • Rata-rata faktor kondisi ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. • Nilai rata-rata IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan, kondisi ini terjadi karena proporsi berat gonad ikan betina terhadap berat tubuhnya lebih besar dibandingkan ikan jantan. • Fekunditas ikan Juaro berkisar antara 616 – 7.059 butir telur. Fekunditas ikan Juaro memiliki hubungan yang kurang erat dengan panjang total ikan. • Ikan Juaro P. polyuranodon telah memasuki waktu memijah dan bulan Juni - Agustus diduga sebagai waktu memijah ikan tersebut. Pola pemijahan ikan Juaro total spawner. • Upaya pengelolaan harus dilakukan demi kelestarian ekosistem dan organisme yang hidup di Perairan Sungai Musi, khususnya ikan Juaro. Beberapa diantaranya dengan meminimalkan beban pencemaran yang berpeluang masuk kedalam perairan, dan bersama-sama antara masyarakat dan pihak terkait untuk menjaga lingkungan sekitar perairan Sungai Musi.

5.2 Saran

Disarankan dilakukan penelitian mengenai ikan Juaro P. polyuranodon dalam jangka waktu 1 tahun, yang dilakukan setiap bulan berturut-turut. Di lokasi pengambilan sampel yang sama dan jumlah ikan yang lebih banyak. Sehingga data yang dihasilkan dapat memberikan informasi yang lebih baik.