y =0,00002x
2,8062
R
2
= 0,9657 r=0,9827
0,00 100,00
200,00 300,00
400,00 500,00
600,00 700,00
800,00 900,00
100 200
300 400
500 600
Panjang mm B
e ra
t g r
Jantan
y = 0,00002x
2,8215
R
2
= 0,9094 r=0,9536
100 200
300 400
500 600
Panjang mm
Betina
Gambar 5. Hubungan Panjang Berat Ikan Juaro P. polyuranodon Jantan dan Betina
Berdasarkan analisis uji t Lampiran 8 terhadap nilai b ikan Juaro P. polyuranodon
jantan diperoleh T-hitung sebesar 2,79 dan T-tabel sebesar 2,01. Hal ini menunjukan bahwa T-hitung T-tabel, sehingga pola pertumbuhan ikan
Juaro jantan adalah allometrik negatif, artinya pertambahan nilai panjang tubuh ikan lebih cepat daripada pertambahan nilai berat tubuh ikan. Sedangkan pada
ikan Juaro betina diperoleh T-hitung sebesar 2,23 dan T-tabel sebesar 1,98. Hal ini menunjukan bahwa T-hitung T-tabel, sehingga pola pertumbuhan ikan Juaro
betina pun allometrik negatif, artinya pertambahan nilai panjang tubuh ikan lebih cepat dari pertambahan nilai beratnya.
Panjang dan berat sering kali dihubungkan dengan reproduksi, dengan mengetahui hubungan panjang dan berat, kita dapat mengetahui pola pertumbuhan
suatu ikan. Pola pertumbuhan ini dapat digunakan untuk menentukan kondisi dari ikan tersebut. Keadaan ini diduga merupakan indikasi dari musim pemijahan dari
ikan khususnya ikan-ikan betina Effendie, 2002. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan panjang dan berat mempunyai pengaruh terhadap
reproduksi ikan.
4.4 Rasio Kelamin Ikan Juaro P. polyuranodon
Ikan Juaro P. polyuranodon yang diperoleh selama penelitian berjumlah 51 ekor, terdiri dari 28 ekor ikan betina dan 23 ekor ikan jantan dengan rasio
kelamin 1: 0,82. Berdasarkan tiap bulan pengambilan ikan contoh nilai rasio kelamin berkisar antara 0 - 1,80 Gambar 6. Diperolehnya nilai rasio kelamin 0
disebabkan pada bulan Januari dan Juli 2007 tidak ada ikan jantan yang tertangkap Lampiran 9.
Hasil uji Chi-square rasio kelamin secara keseluruhan dan berdasarkan selang kelas panjang total pada taraf nyata 0,05 menunjukan bahwa rasio kelamin
ikan Juaro P. polyuranodon di Sungai Musi seimbang Lampiran 10. Namun, berdasarkan bulan pengambilan ikan contoh uji Chi-square rasio kelamin
menunjukan hasil sebaliknya. Perbedaan hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Effendie 2002 bahwa pada kenyataannya di alam, perbandingan rasio kelamin
tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan.
Rasio kelamin tertinggi diperoleh pada bulan Agustus 2006 yaitu sebesar 1,80, sedangkan rasio kelamin terendah terdapat pada dua bulan yakni bulan
Januari dan Juli 2007 dengan nilai 0, hal ini disebabkan penyebaran ikan jantan dan betina tidak merata disetiap bulannya. Rasio kelamin lebih dari 1 artinya
frekuensi ikan jantan lebih banyak dari ikan betina, rasio kelamin sama dengan 1 artinya frekuensi ikan jantan dan betina seimbang. Sedangkan rasio kelamin
kurang dari 1 frekuensi betina lebih banyak. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu populasi, frekuensi jantan dan betina diharapkan dalam
kondisi seimbang, setidaknya ikan betina lebih banyak Purwanto et al,1986 in Sofiah, 2003. Ernawati 1999 menyatakan bahwa perbandingan rasio kelamin
ikan Jambal Siam Pangasius hypophthalmus saat memijah adalah 4:1 empat ikan jantan, satu ikan betina, ikan Juaro P. polyuranodon pun diduga memiliki
rasio kelamin 4:1 saat memijah, karena antara ikan Jambal siam dengan ikan Juaro dalam klasifikasi ikan masih dalam satu genus yaitu Pangasius.
Menurut Nikolsky 1963 perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan berlangsung. Pada waktu melakukan ruaya
pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi seimbang, lalu
didominasi ikan betina. Ketidakseimbangan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap diduga karena perbedaan tingkah laku serta beberapa faktor saat
penangkapan. Menurut Ball dan Rao 1984 di alam sering terjadi penyimpangan rasio kelamin dari kondisi ideal. Hal ini disebabkan oleh adanya pola tingkah
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
Juni 06 Agustus 06
Januari 07 Juli 07
Bulan
laku bergerombol antara ikan jantan dan betina, kondisi lingkungan dan penangkapan.
a m
in J
B
R asi
o kel
Gambar 6. Rasio Kelamin Ikan Juaro P. polyuranodon Pada Bulan Pengambilan Ikan Contoh
Berdasarkan selang kelas panjang total diperoleh rasio kelamin 1:1 yaitu pada selang kelas panjang total 207-267 mm Gambar 7. Rasio kelamin pada
selang kelas panjang total tersebut adalah 1 dengan frekuensi ikan jantan dan betina masing-masing sebanyak 3 ekor. Rata-rata pada setiap kelas panjang total,
didominasi oleh ikan Juaro betina, hal ini terlihat dari rasio kelamin kurang dari 1, namun pada selang kelas panjang total 146-206 mm didominasi oleh ikan jantan.
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
1,4 1,6
1,8 2
85-145 146-206 207-267
268-328 329-389 390-450 451-511
Selang kelas panjang total mm R
a si
o kel
am in
J B
Gambar 7. Rasio Kelamin Ikan Juaro P. polyuranodon Berdasarkan Selang Kelas Panjang Total
4.5 Aspek Biologi Reproduksi Ikan Juaro P. polyuranodon