Fekunditas Aspek Reproduksi .1 Rasio Kelamin

Pada aliran Sungai Musi bermuara 9 anak sungai yang besar, antara lain Sungai Ogan, Komering, Lematang, Batang Hari Leko, Rawas, Lakitan, Kelingi, Semangus dan Padang www.wikipedia.com 2007. Sungai-sungai itu menyusuri sejumlah Kabupaten di Sumatera Selatan. Terdapat beberapa tipe perairan di DAS Musi yaitu rawa banjiran lebak kumpai, rawa banjiran yang merupakan hutan rawang, sungai utama, sungai mati oxbow lake dan lebung atau cekungan di daerah rawa Makmur, 2003. Pada musim kemarau ikan tinggal di cekungan-cekungan tanah lebung danau dan sungai utama. Sedangkan pada saat air banjir ikan menyebar keseluruh penjuru perairan. Aliran induk Sungai Musi bersumber di Bukit Barisan di sekitar Lereng Bukit Kelam dan Bukit Daun pada ketinggian 875 m diatas permukaan laut. Aliran ini mengalir dengan kemiringan yang curam di wilayah pegunungan menuju ke Tebing Tinggi dan pegunungan Gumai. Aliran melalui lembah yang sempit dengan kedalaman 30 - 50 m dari arah barat daya ke barat laut. Selanjutnya, aliran air sungai membelok kearah timur laut ke pertemuan air rawas di Kecamatan Babat Toman menuju ke Kota Palembang. Panjang aliran utama Sungai Musi mulai dari Bukit Kelam sampai ke muaranya di Selat Bangka tersebut sekitar 637 km Widiastuti, 2001. Tempat pengambilan ikan contoh yang terletak mulai dari bagian tengah sampai hilir DAS Musi memiliki nilai kecerahan yang berbeda-beda dengan kisaran antara 12,5 - 145 cm, serta kedalaman yang berbeda dengan kisaran antara 100 - 1500 cm. Substrat tempat pengambilan ikan contoh dari bagian tengah sampai hilir DAS Musi didominasi oleh lumpur Lampiran 6. Menurut PP No. 20RI1990 tentang pengendalian pencemaran air in Effendi 2000 untuk golongan C air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Kisaran pH perairan pada tempat pengambilan ikan contoh dari bagian tengah sampai hilir DAS Musi masih berada pada kisaran normal, yaitu sebesar 6 - 7,5 dan berada pada baku mutu perairan yang baik untuk kegiatan perikanan, yaitu sebesar 6 - 9. Kemudian nilai oksigen terlarut DO pada beberapa tempat pengambilan ikan contoh memperlihatkan masih berada pada baku mutu untuk kegiatan perikanan yang mensyaratkan minimal memiliki nilai DO ≥ 3 ppm Effendi, 2000. Suhu perairan masih berada pada kisaran suhu yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan yakni berkisar antara 20 – 30 °C. Walaupun ikan Juaro tidak memanfaatkan fitoplankton secara langsung namun fitoplankton ini kemungkinan dimanfaatkan oleh organisme yang dimangsa oleh ikan Juaro, sehingga rantai makanan akan tetap terjaga di Perairan Sungai Musi. Untuk nilai BOD pada beberapa tempat pengambilan ikan contoh memiliki nilai dibawah baku mutu untuk kegiatan perikanan, menurut PP No. 82RI2001 baku mutu BOD untuk kegiatan perikanan ≥ 6 ppm, namun jika ditinjau dari nilai DO yang memiliki nilai rata-rata ≥ 3 ppm maka nilai BOD tersebut tidak mengganggu bagi kehidupan ikan Juaro. Untuk nilai COD menurut PP No. 82RI2001 diseluruh tempat pengambilan ikan contoh masih berada pada baku mutu untuk kegiatan perikanan yaitu COD 50 ppm Lampiran 6. yang optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan yakni berkisar antara 20 – 30 °C. Walaupun ikan Juaro tidak memanfaatkan fitoplankton secara langsung namun fitoplankton ini kemungkinan dimanfaatkan oleh organisme yang dimangsa oleh ikan Juaro, sehingga rantai makanan akan tetap terjaga di Perairan Sungai Musi. Untuk nilai BOD pada beberapa tempat pengambilan ikan contoh memiliki nilai dibawah baku mutu untuk kegiatan perikanan, menurut PP No. 82RI2001 baku mutu BOD untuk kegiatan perikanan ≥ 6 ppm, namun jika ditinjau dari nilai DO yang memiliki nilai rata-rata ≥ 3 ppm maka nilai BOD tersebut tidak mengganggu bagi kehidupan ikan Juaro. Untuk nilai COD menurut PP No. 82RI2001 diseluruh tempat pengambilan ikan contoh masih berada pada baku mutu untuk kegiatan perikanan yaitu COD 50 ppm Lampiran 6.

4.2 Sebaran Frekuensi Ikan Juaro P. polyuranodon

4.2 Sebaran Frekuensi Ikan Juaro P. polyuranodon

2 4 6 8 10 12 85 -1 45 14 6- 20 6 20 7- 26 7 26 8- 32 8 32 9- 38 9 39 0- 45 45 1- 51 1 Selang kelas panjang mm F rekuens i ek o r Jantan Betina 2 4 6 8 10 12 85 -1 45 14 6- 20 6 20 7- 26 7 26 8- 32 8 32 9- 38 9 39 0- 45 45 1- 51 1 Selang kelas panjang mm F rekuens i ek o r N jantan= 23 ekor N betina= 28 ekor Jantan Betina Gambar 3. Sebaran Frekuensi Ikan Juaro P. polyuranodon Pada Selang Kelas Ukuran Panjang Total mm Selama Penelitian Gambar 3. Sebaran Frekuensi Ikan Juaro P. polyuranodon Pada Selang Kelas Ukuran Panjang Total mm Selama Penelitian Jumlah ikan Juaro P. polyuranodon yang diperoleh selama masa pengambilan sampel Juni 2006, Agustus 2006, Januari 2007 dan Juli 2007 berjumlah 51 ekor ikan, diantaranya 23 ekor ikan jantan dan 28 ekor ikan betina. Setelah dilakukan analisis diperoleh 7 kelas ukuran panjang total, kisaran panjang ikan jantan dan betina berkisar antara 85-511 mm Gambar 3. Frekuensi ikan jantan tersebar pada selang kelas ukuran 85-389 mm, sedangkan ikan betina Jumlah ikan Juaro P. polyuranodon yang diperoleh selama masa pengambilan sampel Juni 2006, Agustus 2006, Januari 2007 dan Juli 2007 berjumlah 51 ekor ikan, diantaranya 23 ekor ikan jantan dan 28 ekor ikan betina. Setelah dilakukan analisis diperoleh 7 kelas ukuran panjang total, kisaran panjang ikan jantan dan betina berkisar antara 85-511 mm Gambar 3. Frekuensi ikan jantan tersebar pada selang kelas ukuran 85-389 mm, sedangkan ikan betina