V. INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN KETERSEDIAAN BERAS NASIONAL DAN REGIONAL
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan upaya sadar dan terencana yang harus didukung oleh semua pihak, yang memadukan lingkungan
hidup termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan, untuk menjamin kesejahteraan atau peningkatan mutu kehidupan manusia namun masih dalam
kemampuan daya dukung ekosistem. Hal ini dilakukan untuk menjamin kemampuan kesejahteraan dan mutu hidup masa kini dan generasi masa depan.
Inti dari konsep pembangunan berkelanjutan dalam penelitian ini adalah bahwa tujuan ekonomi, sosial budaya, ekologi, orientasi perkembangan teknologinya
dan pengembangan kelembagaannya konsisten harus saling mendukung selaras harmonis dan terkait dalam proses pembangunan, agar tidak terjadi
trade off antar tujuan. Analisis indeks dan status keberlanjutan ketersediaan beras dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Multi Dimensi Scalling MDS yang dimodifikasi dari Rap-Fish menjadi Rap-Rice. Analisis ini digunakan
untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai indeks dan status keberlanjutan dari ketersediaan beras pada kondisi Existing Condition di tingkat
nasional dan juga menganalisis status keberlanjutan ketersediaan beras di tingkat regional atau beberapa wilayah kepulauan di Indonesia yaitu Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Wilayah lainnya Bali, NTB, NTT, Maluku dan Irian Jaya. Analisis di tingkat regional dilakukan dengan tujuan untuk melihat
keragaman dari indeks dan status keberlanjutan antar wilayah yang ada di Indonesia. Rap – Rice dalam penelitian ini selain dapat menganalisis status
keberlanjutan ketersediaan beras, dapat juga menganalisis atribut atau faktor mana yang sensitif atau dominan berpengaruh terhadap keberlanjutan di masing-
masing dimensi melalui analisis leverage analisis sensitivitas.
5.1. Keberlanjutan Ketersediaan Beras Multidimensi
Hasil analisis Rap-Rice multidimensi dengan menggunakan metoda MDS menghasilkan nilai IKB-Rice Nasional Indeks Keberlanjutan Ketersediaan Beras
di Tingkat Nasional sebesar 64.50 pada skala 0.00 – 100.00 Gambar 19. Nilai IKB-Rice Nasional ini termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nilainya
berada pada selang 50.01 – 75.00, sedangkan IKB-Rice Regional bervariasi antar wilayah kepulauan seperti yang terlihat pada Gambar 19 dan Tabel 30.
99
Gambar 19. Analisis Keberlanjutan Ketersediaan Beras Multidimensi Tingkat
Nasional dan Regional Nilai IKB-Rice Regional untuk masing-masing wilayah yaitu Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Wilayah Lain berturut-turut adalah 67.23, 56.13, 36.79, 39.38 dan 33.37. Dari hasil analisis multidimensi tersebut Wilayah
Jawa dan Sumatera termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan karena nilainya berada pada selang 50.01 – 75.00, sedangkan Kalimantan, Sulawesi
dan Wilayah lainnya termasuk ke dalam kategori kurang berkelanjutan, mengingat nilai IKB-Rice Regional-nya berada pada selang nilai 25.01 – 50.00.
Nilai IKB-Rice Regional ini diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 60 atribut yang tercakup pada lima dimensi yaitu dimensi ekologi 15 atribut, ekonomi 12
atribut, sosial budaya 10 atribut, kelembagaan 10 atribut dan teknologi 13 atribut.
Tabel 30. Indeks dan Status Keberlanjutan Ketersediaan Beras Multidimensi di Berbagai Wilayah Indonesia
Wilayah Indeks Keberlanjutan Kategori
Stress R
2
Nasional 64.51 Cukup
0.127 0.957
Regional
0.125 0.956
1. Jawa 67.23
Cukup 2. Sumatera
56.13 Cukup
3. Sulawesi 39.38
Kurang 4. Kalimantan
36.79 Kurang
5. Lain-lain 33.37
Kurang
Multi Dimensi Regional
56.12 67.23
36.79 33.37
39.38
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras Regional O
the r D
is ti
ngi s
hi ng Fe
a tur
e s
Real Rice References
Anchors
Multi Dimensi Nasional
64.51
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras Nasional O
th e
r D is
ti ngi
s hi
ng Fe a
tur e
s
Real Rice References
Anchors
Multi Dimensi Regional
100
Berdasarkan Tabel 30 dan Gambar 19 diketahui bahwa daerah Jawa mempunyai indeks keberlanjutan ketersediaan beras yang tertinggi di antara
wilayah lain yang ada di Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa secara multidimensi daerah Jawa berkontribusi tinggi terhadap keberlanjutan
ketersediaan beras di Indonesia. Hal ini terjadi karena memang daerah Jawa merupakan sentra produksi beras nasional, yang mempunyai lahan yang lebih
subur, jaringan irigasi yang lebih tersedia dan teknologi usahatani yang lebih maju dibanding daerah luar Jawa.
Selama 30 tahun terakhir, Jawa memiliki peran penting dalam produksi padi nasional karena daerah ini rata-rata menyumbang sekitar 59.8 persen terhadap
produksi padi nasional dengan kisaran 55 – 63 persen selama tiga dekade tersebut. Sedangkan Sumatera merupakan sentra produksi terbesar kedua di
Indonesia dengan pangsa produksi pada tahun 1984 sebesar 19.86 dan meningkat menjadi 22.72 persen pada tahun 2002.
Berdasarkan Tabel 30, hasil analisis multidimensi nasional dan regional ini memiliki nilai stress yang cukup baik yaitu masing-masing sebesar 0.127 dan
0.125. Nilai ini menunjukan goodness of fit dalam MDS yang mengukur seberapa tepat konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aslinya. Nilai stress
dianggap sudah cukup memadai jika diperoleh nilai lebih kecil dari 0.25. Nilai yang rendah menunjukkan good fit, nilai yang tinggi menunjukkan sebaliknya.
Berbeda dengan nilai koefisien determinasi R
2
, hasil analisis semakin baik bila nilai koefisien determinasi semakin besar mendekati 1.
Dari Tabel 30 diketahui R
2
koefisien determinasi yang dihasilkan dari analisis multidimensi regional memadai yaitu 0.96, nilai ini menunjukkan bahwa
atribut atau faktor yang dimasukkan ke dalam analisis mampu menerangkan perilaku sistem ketersediaan beras yang dikaji sebesar 96 persen. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa seluruh atribut yang digunakan pada analisis status keberlanjutan ketersediaan beras di tingkat regional di Indonesia sudah
cukup baik dalam menerangkan sistem yang dikaji.
5.2. Keberlanjutan Ketersediaan Beras di Masing-Masing Dimensi