Perkembangan Luas Lahan Padi Di Indonesia

71 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun P rod uk s i Jaw a Sumatera Bali dan NT Kalimantan Sulaw esi Maluku dan Irja Indonesia Gambar 15. Perkembangan Produksi Padi Di Berbagai Wilayah Di Indonesia, Tahun 1990 - 2005

4.1.2. Perkembangan Luas Lahan Padi Di Indonesia

Luas lahan padi di berbagai wilayah sentra produksi di Indonesia dapat dibedakan menurut sistem pengairan atau jenis ekosistemnya yaitu lahan sawah beririgasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan rawa pasang surut dan lebak. Pada Tabel 17 terlihat bahwa perkembangan luas lahan padi di Indonesia berjalan sangat lambat, bahkan ada kecenderungan menurun pada dekade terakhir yaitu pada periode tahun 1990 – 2000 dari 8 138 818 menjadi 8 083 327 hektar. Bila dilihat antar wilayah, ternyata luas lahan padi di Jawa, sejak tahun 1980 telah mengalami penurunan dari 3.48 juta hektar 1980 menjadi 3.34 juta hektar pada tahun 2000. Penurunan terjadi juga di wilayah Bali dimana areal padi menyusut sebesar 20 persen pada periode 1980 – 2000. Luas lahan sawah untuk wilayah Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan pada periode yang sama justru menunjukkan keadaan yang sebaliknya yaitu mengalami peningkatan. Keadaan ini menunjukkan adanya pergeseran potensi sumberdaya pertanian dari Jawa ke Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Perkembangan luas lahan sawah irigasi di Indonesia pada dua dekade mengalami peningkatan dari 4.04 juta hektar pada tahun 1980 menjadi 4.85 juta hektar pada tahun 2000 atau meningkat dengan pertumbuhan sebesar 1 persen per tahun sedangkan untuk sawah tadah hujan di Indonesia terjadi sebaliknya yaitu mengalami penurunan dari 2.26 juta hektar pada tahun 1980 menjadi 2.04 pada tahun 2000 atau menurun sebesar 0.49 persen per tahun. 72 Tabel 17. Perkembangan Luas lahan Padi Menurut Sistem Pengairan di Beberapa Wilayah Indonesia, Tahun 1980- 2003. Jenis Lahan PadiWilayah 1980 1990 2000 2003 Sawah irigasi Sumatera 759,247 884,778 1,070,608 1,289,033 Jawa 2,504,950 2,535,131 2,574,938 2,543,018 Sulawesi 361,243 503,885 632,931 792,631 Bali 99,471 91,710 85,137 106,070 Nusa Tenggara 194,883 216,467 265,600 256,315 Kalimantan 120,347 164,414 226,958 252,620 Total Indonesia 4,040,141 4,396,385 4,856,088 5,239,687 Sawah tadah hujan Sumatera 495,129 595,315 585,506 652,853 Jawa 963,775 864,521 765,740 780,410 Sulawesi 295,102 273,440 285,938 289,851 Bali 824 923 907 979 Nusa Tenggara 58,898 70,132 61,104 69,975 Kalimantan 456,381 345,515 346,967 357,629 Total Indonesia 2,269,904 2,149,846 2,046,260 2,151,697 Rawa pasang surut dan lebak Sumatera 454,514 730,288 588,506 528,827 217,892 212,117 278,005 Jawa 14,857 23,095 4,467 11,199 Sulawesi 14,937 60,699 17,256 4,368 Nusa Tenggara 7,149 31,705 3,625 108 Kalimantan 269,288 746,810 567,125 464,144 218,398 263,757 328,271 Total Indonesia 760,745 1,509,450 1,180,979 1,008,646 473,233 591,066 631,624 Total sawah Sumatera 1,708,890 2,210,381 2,244,634 2.470,713 Jawa 3,483,582 3,422,747 3,345,145 3.334,627 Sulawesi 671,282 838,024 936,125 1.086,850 Bali 100,295 92,623 86,086 107,049 Nusa Tenggara 260,930 318,304 330,287 326,398 Kalimantan 846,016 1,256,739 1,141,050 1,074,393 Total Indonesia 7,075,790 8,138,818 8,083,327 8,400,030 Keterangan : Angka Dalam Tanda kurung Adalah Total Lahan Pasang Surut. Bali Tidak Memiliki Lahan Rawa Pasang Surut. Sumber Data : BPS 1980-2005. Keadaan ini menurut Kasryno et al. 2004 mengindikasikan bahwa pengembangan lahan beririgasi dilakukan pada areal yang selama ini sudah menjadi lahan sawah, artinya pengembangan lahan sawah beririgasi teknis terjadi dengan mengkonversi lahan sawah tadah hujan dan lahan irigasi pedesaan. Pangsa lahan sawah beririgasi di Indonesia mencapai 57 persen pada tahun 1980 dan meningkat menjadi 60 persen pada tahun 2000 dari seluruh total lahan sawah yang ada, sedangkan pangsa lahan sawah irigasi di masing masing 73 wilayah berturut turut adalah Bali 82.9 , Jawa 77 , Sulawesi 66 , Sumatera 48 dan Kalimantan 20 . Luas lahan sawah tadah hujan di Indonesia pada tahun 1990 sekitar 2.27 juta hektar dan pada dua dekade terakhir mengalami penurunan menjadi 2.05 juta hektar. Penurunan ini lebih disebabkan terjadinya penurunan luas lahan tadah hujan di Jawa, hal ini terlihat dari pangsa yang menurun dari 42.45 persen pada tahun 1990 menjadi 37.44 persen pada tahun 2000. Secara keseluruhan selama periode 1981 – 1998, konversi lahan sawah di Indonesia mencapai 1 771 055 hektar, sedangkan penambahan lahan sawahnya mencapai 3 218 224 hektar, sehingga neraca lahan sawah Indonesia bertambah 1 447 169 hektar. Jumlah lahan sawah yang terkonversi di seluruh Indonesia selama kurun waktu 1981 – 1998 sudah perlu diwaspadai karena jika dibandingkan dengan luas baku lahan sawah tahun 2000, berarti luas lahan sawah yang terkonversi sudah mencapai sekitar 23 persen dan 13 persen diantaranya terjadi pada lahan sawah di Jawa Deptan, 2002 b . Faktor pendorong terjadinya konversi lahan sawah serta sistem ketersediaan sistem irigasi antara lain: pesatnya peningkatan jumlah penduduk yang telah meningkatkan permintaan tanah untuk perumahan, jalan, kawasan industri dan perdagangan serta fasilitas umum lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, lapangan golf yang memerlukan tanah yang luas, sebagian di antaranya berasal dari lahan pertanian termasuk sawah. Tingginya land rent yang diperoleh aktivitas sektor non pertanian dibandingkan sektor pertanian dalam hal ini padi. Faktor sosial budaya, antara lain karena keberadaan hukum waris yang menyebabkan terfragmentasinya tanah sehingga tidak memenuhi skala ekonomi usaha yang menguntungkan. Otonomi Daerah yang mengutamakan pembangunan pada sektor yang menjanjikan keuntungan jangka pendek lebih tinggi guna meningkatkan PAD yang kurang memperhatikan kepentingan jangka panjang dan kepentingan nasional yang sebenarnya penting bagi masyarakat secara keseluruhan.

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Padi