dipengaruhi oleh volume produksi yang akan dihasilkan, misalnya biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi.
Secara matematis besarnya pendapatan usahatani dapat dirumuskan
sebagai berikut Soekartawi, 2000: Π = TR – TC
Π = Y. Py – ∑ – BTT dimana:
Π = pendapatan Rp
Y = hasil produksi kg
Py = harga hasil produksi Rp
Xi = faktor produksi i = 1,2,3,.....,n
Pxi = harga faktor produksi ke-i Rp BTT = biaya tetap total Rp
Untuk mengetahui suatu usaha menguntungkan atau tidak secara
ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara penerimaan dengan biaya Revenue Cost Ratio RC. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut Soekartawi, 2000:
RC = TR TC
dimana: RC = nisbah penerimaan dan biaya
TR = total revenue atau penerimaan total Rp
TC = total cost atau biaya total Rp
Kriteria pegambilan keputusan adalah: a
Jika RC 1, maka suatu usaha mengalami keuntungan, karena penerimaan lebih besar dari biaya.
b Jika RC 1, maka suatu usaha mengalami kerugian, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya. c
Jika RC = 1, maka suatu usaha mengalami impas, karena penerimaan sama dengan biaya Soekartawi, 2000.
6. Teori Nilai Tambah
Sistem agribisnis terutama subsistem agroindustri bertujuan untuk
menambah nilai suatu komoditas melalui perlakuan-perlakuan yang dapat menambah kegunaan komoditas tersebut, baik kegunaan bentuk form
utility, kegunaan tempat place utility, maupun kegunaan waktu time utility. Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditas yang
mendapat perlakuan-perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses produksi, yang dipengaruhi oleh
faktor teknis dan faktor pasar Anggraini, 2003 dalam Putri, 2005. Kegunaan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengetahui:
a Besar nilai tambah yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang
diberikan pada komoditas pertanian. b
Distribusi imbalan yang diterima pemilik dan tenaga kerja. c
Besarnya kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.
d Besar peluang serta potensi yang dapat diperoleh dari suatu sistem
komoditas di suatu wilayah tertentu dari penerapan teknologi pada satu atau beberapa subsistem di dalam sistem komoditas Hardjanto,
1991 dalam Putri, 2005. Definisi lain tentang nilai tambah yaitu selisih antara komoditas hasil
pertanian pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan dalam proses perlakuan yang bersangkutan dengan tujuan menaksir balas
jasa yang diterima oleh tenaga kerja langsung dan pengelola. Dengan kata lain, analisis nilai tambah dapat menunjukkan sejauh mana bahan
baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai, sehingga nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan bagi
pengolah. Analisis nilai tambah Hayami mempunyai kelebihan, yaitu menggambarkan:
a Produktivitas produksi, di mana rendemen dan efisiensi tenaga kerja
dapat diestimasi. b
Balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi dapat diestimasi Hayami, 1987 dalam Putri, 2005.
Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah metode Hayami pada subsistem pengolahan adalah:
a Faktor konversi, menunjukkan banyaknya keluaran output yang
dihasilkan dari satu masukan input. b
Koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan makanan.
c Nilai keluaran, menunjukkan nilai keluaran yang dihasilkan dari satu
satuan masukan Hayami, 1987 dalam Putri, 2005.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan adalah faktor teknis yang meliputi kualitas produk, penerapan teknologi,
kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Faktor non-teknis yang mempengaruhi nilai tambah meliputi harga
output, upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input selain bahan baku dan tenaga kerja. Faktor teknis akan berpengaruh terhadap penentuan
harga jual produk, sementara faktor nonteknis akan berpengaruh terhadap faktor konversi dan biaya produksi Sudiyono, 2004.
Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan
dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan ketrampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi
cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar dari proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan
apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar dari proporsi bagian tenaga kerja Sudiyono,
2004.
7. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yaitu product, place,
promotion, dan place 4P. Variabel-variabel tersebut dapat dikendalikan