46
Adapun keterbatasan yang dimilki bahan belajar video antara lain, yaitu : 1
Memerlukan dana yang relatif banyak; 2
Memerlukan keahlian khusus; 3
Sukar untuk direvisi; 4
Memerlukan arus listrik.
2.2 Kajian Empiris
Penelitian Nur 2010 yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembe-
lajaran IPA Melalui Pendekatan Inquiri pada Siswa Kelas IV SDN 1 Maribaya Karanganyar Purbalingga”. Hasil penelitian ini ditemukan peningkatan kualitas
pembelajaran IPA dibuktikan bahwa : 1 Selama proses penelitian keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan, pada siklus I
diperoleh prosentase tingkat keaktifan siswa 42,3 kategori sedang, siklus II diperoleh prosentase 58,1 dengan kategori sedang, siklus III diperoleh
prosentase 66,1 dengan kategori tinggi. 2 Keterampilan guru dalam pembe- lajaran meningkat. Siklus I guru memperoleh skor 27 dengan kategori B, siklus II
skor menjadi 31 dengan kategori A, selanjutnya pada siklus III mengalami peningkatan jumlah skor yang diperoleh yaitu 36 dengan kategori A. 3 siswa
merespon dengan 71 siswa mudah memahami pelajaran, 96 siswa merasa senang, 77 siswa berani presentasi, dan 81 siswa semangat belajar. 4 ketun-
tasan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rerata kelas sebesar 60 dengan prosentase tuntas 33, sedangkan pada siklus II nilai rerata kelas telah meningkat
47
menjadi 68, diperoleh kategori tuntas dengan prosentase 60. Kemudian pada sikus III rerata kelas sebesar 71 prosentase ketuntasan 75.
Penelitian Sulistiyowati 2012 dengan judul “Peningkatan Kualitas
Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Inkuiri Menggunakan Media Video pada Siswa Kelas V SDN Wonosari 03 Semarang”. Menunjukkan bahwa pembelajaran
IPA dengan pendekatan inquiri dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Dibuktikan hasil penelitian yang diperoleh adalah :
1 pada tindakan kelas siklus I, keterampilan guru dalam pendekatan inquiri adalah 3,0. Pada siklus II menjadi 3,5 dan siklus III 3,6 yang berarti keterampilan
guru sudah baik. 2 pada tindakan kelas siklus I aktivitas siswa baru 2,65, pada siklus II menjadi 2,74 dan siklus II menjadi 60,5 dan siklus III 78,9. Dalam
perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 65,8, siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 72,4 dan pada siklus III meningkat menjadi 75,5.
Penelitian dari Wahyuningsih 2009 dengan judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 1
Badegan Kabupaten Ponorogo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti bahwa
siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar mengalami langsung melalui percobaan. Selain itu penerapan pendekatan
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat perolehan skor yang meningkat dari rata- rata sebelumnya yaitu 45,74 pada siklus I
meningkat menjadi 55,77 pada siklus II meningkat menjadi 71,6.
48
Penelitian Dina Rosikawati 2011 dengan judul “Penggunaan media film dan video interaktif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran metamorfosis
hewan di kelas IV SDN Sumbermanjingkulon 05 Kecamatan Pagak Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media film dan video
interaktif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan pada siklus I yang mengalami peningkatan ke siklus II sebesar 34,71. Aktivitas
belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 27,93. http:
www.
library.um.ac.id 25-4-2013 pukul 08.46 WIB.
Dari berbagai sumber penelitian tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri menggunakan
media video pada siswa kelas III SDN 4 Tegorejo Pegandon Kendal.
2.3 Kerangka Berfikir