29
2.1.8 Pembelajaran IPA SD
2.1.8.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran IPA pada hakekatnya mencakup beberapa aspek antara lain: a faktual, b keseimbangan antara proses dan produk, c aktif melakukan
investigsi, d berfikir deduktif dan induktif, dan e pengembangan sikap. Dalam pembelajaran IPA siswa perlu dilatih keterampilan proses, yaitu proses bagaimana
produk IPA tersebut ditemukan. Oleh karena itu dalam pembelajaran seyogyanya diciptakan agar siswa selalu aktif untuk ingin tahu sehingga pembelajaran
merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam sekitar. Dengan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data yang masih perlu digene-
ralisir agar siswa memiliki pemahaman konsep yang esensial Muslichach, 2006:22.
Agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara optimal, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan karaktristik anak SD. Menurut Piaget
dalam Trianto 2007:14-16, memaparkan perkembangan kognitif anak dapat dibedakan sejalan dengan usianya. Terdapat empat tahap perkembangan kognitif
anak yaitu : a sensori motor lahir sampai 2 tahun, b praopersional 2-7 tahun, c operasi kongkrit 7-11 tahun, dan d operasi formal 11 tahun sampai dewasa.
Umumnya usia anak SD di Indonesia berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun. Maka dapat disimpulkan tahap perkembangan kognitif anak SD meliputi tahap
akhir praoperasional sampai awal opersionl formal. Menurut Muslichah 2006:38, pada tahap tersebut umumnya anak
memiliki sifat rasa ingin tahu yang kuat, senang bermain, mengatur dirinya sendiri
30
sehingga suka coba-coba, memiliki dorongan kuat untuk berprestasi, belajar dengan cara bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa kepada temannya.
Senada dengan penjelasan tersebut Usman 2006:6-11, memaparkan pada siswa kelas rendah perkembangan kognitifnya sebagian masuk pada periode pra-
operasional dengan tahap intuitif. Pada masa intuitif anak gemar meniru, mampu menerima khayalan, penilaian terhadap dunia luar masih egosentris dan dapat
becerita tentang hal-hal fantasi. Sedangkan dikelas tinggi anak sepenuhnya sudah masuk dalam periode opersional kongkrit. Pada periode tersebut penilaian anak
terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari segi dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari segi orang lain dan sudah menunjukkan sikap kritis dan rasional.
Berdasarkan karakteristik anak SD menurut Usman 2006:12, model belajar yang cocok adalah belajar melalui pengalaman langsung Learning by
doing, model belajar ini memperkuat daya ingat anak dan biaya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan
anak sendiri. Menurut piaget dalam Usman 2006:12, mengatakan bahwa pengalaman langsung mendorong peranan penting dalam mendorong laju
perkembangan kognitif anak. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan obyek dengan tingkat perkembangan
kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif yang menjadi prasyaratnya yakni perkem-
bangan kognitif yang bersifat hirarkis dan integratif. Menurut Muslichach 2006:37, peran guru adalah sebagai fasilitator.
Guru perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat
31
mengamati dan memahami obyek. Dengan demikian siswa dapat menemukan konsep dan membangunnya dalam struktur kognitifnya.
Dari konsep di atas penulis berasumsi bahwa pembelajaran IPA bagi anak SD sebaiknya menerapkan pembelajaran yang memberikan pengalaman
langsung Learning by doing kepada siswa karena hal ini akan mengena pada ingatan siswa. Selain dengan pengalaman langsung, penggunaan metode dan
media juga sangat mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penggunaan metode dan media yang menarik dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran karena siswa merasa senang.
2.1.8.2 Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran IPA