Telur berbentuk bulat, berwarna kuning atau kuning kecoklatan, terdapat duri kecil di bagian lateral atau bentukan seperti kait. Duri atau kait ini tidak
selalu terlihat saat pemeriksaan. Hal ini dapat terjadi karena tertutup oleh kotoran tinja serta saat pemeriksaan duri atau kait ini berada di sisi yang berbeda
Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990, Onggowaluyo 2001.
Daur Hidup
Cacing dewasa terdapat pada cabang mesenterika superior usus halus manusia, sapi, kerbau, domba, anjing, tikus, dan lain-lain. Telur yang
dikeluarkan cacing betina di dalam usus menembus jaringan submukosa dan mukosa kemudian masuk ke dalam lumen usus dan keluar bersama tinja. Telur
yang berenang di dalam air tawar menetas dan membebaskan mirasidium yang berenang aktif. Mirasidium mencari inang antara Onchomellania hupensis
yang sesuai dan menembus jaringan lunak pada siput tersebut. Mirasidium tersebut selanjutnya berkembang menjadi sporokista I dan sporokista II,
kemudian menjadi larva yang ekornya bercabang serkaria. Mirasidium tunggal dapat memproduksi beberapa ribu serkaria. Serkaria ini meninggalkan siput, dan
berenang di air. Infeksi pada inang definitif dapat terjadi melalui penetrasi serkaria secara aktif pada kulit, yang kemudian akan menuju jaringan kapiler
dan selanjutnya berturut-turut masuk ke dalam sirkulasi vena, jantung kanan, paru-paru, jantung kiri, dan ke sirkulasi sistemik viseral hingga menjadi
dewasa. Infeksi pada inang dapat bertahan dalam jangka waktu lama, yaitu mencapai 27 tahun Kusumamihardja 1995, Levine 1990, Onggowaluyo 2001.
2.4.2 Hymenolepis diminuta
Distribusi geografis
Cacing ini tersebar di seluruh dunia kosmopolit, termasuk Indonesia Ash dan Orihel 1990.
Morfologi
Cacing dewasanya berukuran 10-60x0,3-0,5 cm, mempunyai 4 batil hisap berbentuk seperti gada, serta memiliki rostelum apikal yang rudimenter dan
tidak berkait. Lebar proglotidnya lebih panjang daripada panjang proglotidnya. Proglotid dewasa berbentuk trapesium, mengandung tiga testes, sebuah ovarium
berlobus dua dan sebuah porus genitalis pada satu sisi unilateral yang terletak di tepi lateral proglotid. Proglotid matang gravid mengandung uterus
berbentuk kantong, melintang dan penuh berisi telur Ash dan Orihel 1990, Onggowaluyo 2001.
Telurnya berbentuk bulat atau oval dan umumnya berwarna kuning. Telur ini juga memiliki dinding luar yang tebal, dinding dalam yang transparan dan
pada kedua kutubnya menebal tidak mengeluarkan filamen. Dinding dalamnya mengelilingi oncospher yang mempunyai enam kait. Ruangan antar membran
umumnya terlihat halus atau sedikit bergranul Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990, Onggowaluyo 2001.
Daur Hidup
Telur yang terdapat dalam tinja tercerna di dalam inang antara yang berupa arthropoda. Inang antara utama adalah larva pinjal tikus dan mencit, serta
kumbang tepung dewasa. Contoh inang antara lainnya adalah lipas, Myriapoda, kumbang dan Lepidoptera. Oncospher berkembang di dalam tubuh inang antara
menjadi tahap larva yaitu sistiserkoid yang selanjutnya dapat menginfeksi inang definitif. Infeksi langsung terjadi akibat dari telur tanpa adanya peran inang
perantara, seperti yang terjadi pada H. nana tidak mungkin terjadi. Waktu yang dibutuhkan dari tahap larva sampai menjadi cacing dewasa adalah tiga minggu
Ash dan Orihel 1990.
2.4.3 Ascaris lumbricoides
Distribusi geografis
Cacing ini tersebar di seluruh dunia kosmopolit. Penyebarannya terutama di daerah tropis yang tingkat kelembabannya tinggi Kusumamihardja 2002.
Morfologi
Cacing dewasanya berbentuk silindrik. Bagian anterior dilengkapi oleh tiga buah bibir triplet yang tumbuh dengan sempurna. Cacing betina panjangnya
20-35 cm, sedangkan yang jantan panjangnya 15-31 cm. Ujung posterior pada cacing jantan, lancip dan melengkung ke arah ventral, dilengkapi papil kecil dan
dua buah spekulum berukuran 2 mm. Cacing betina memiliki ujung posterior yang membulat dan lurus, dan 13 dari anterior tubuhnya terdapat cincin
kopulasi. Tubuh cacing A. lumbricoides ini berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula yang bergaris halus Ash dan
Orihel 1990, Onggowaluyo 2001. Telurnya memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi fertilized, tidak
dibuahi unfertilized, matang, dan dekortikasi. Telur yang dibuahi berbentuk bulat atau ovoid, berwarna coklat atau kuning kecoklatan, memiliki dinding
tebal yang terdiri dari dua lapis. Lapisan luarnya terdiri dari jaringan albuminoid, sedangkan lapisan dalamnya terlihat jernih. Lapisan luarnya
memiliki tonjolan mammilated layerprominent projection yang jelas. Telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong terkadang ada yang berbentuk triangular
atau bentuk seperti ginjal dan biasanya lebih panjang daripada tipe yang dibuahi serta memiliki dinding luar yang lebih tipis. Isi telur berupa massa sel
telur. Telur matang yang berisi larva atau embrio akan menjadi infektif setelah berada ditanah kurang lebih selama tiga minggu. Telur dekortikasi adalah telur
yang tidak mengalami pembuahan tetapi lapisan luarnya albumin sudah hilang Anonim 2008, Onggowaluyo 2001, Soulsby 1982.
Daur Hidup
Telur yang tidak berembrio pada tinja inang mengalami perkembangan di tanah selama dua sampai tiga minggu kemudian berkembang menjadi telur
infektif mengandung larva stadium kedua. Larva dapat keluar dari telur apabila tercerna di usus halus, kemudian larva menembus dinding usus halus
menuju pembuluh darah atau saluran limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding
alveolus, masuk ke rongga alveolus dan naik ke trakea. Larva kemudian menuju ke faring yang dapat menimbulkan iritasi. Penderita akan batuk karena adanya
rangsangan larva ini. Larva di faring akan tertelan, kemudian menuju usus halus setelah mencapai ukuran 1 mm, dan menjadi dewasa. Waktu yang dibutuhkan
dari mulai telur matang tertelan sampai dengan menjadi cacing dewasa adalah sekitar dua bulan Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990, Onggowaluyo 2001.
2.4.4 Enterobius vermicularis Distribusi geografis