Bahan dan Alat Penelitian Analisis Data

terdiri dari kandang 1 dan 13. Pul 6 terdiri dari kandang 5 dan 7. Setiap pul diperiksa dengan metode flotasi dan sedimentasi. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain pengamatan terhadap zonasi, dalam penelitian ini juga diperhatikan letak kandang terhadap aktivitas manusia di Pulau Tinjil. Aktivitas tersebut umumnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas manajemen penangkaran monyet dan aktivitas nelayan, yang secara umum terkonsentrasi di empat tempat yaitu base camp, Pondok Japiah, Pondok Gede, dan Pondok Rancak Lampiran 2.

3.3 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk mengawetkan sampel tinja di lapangan yaitu alkohol 70, es balok, dan jelly pack beku. Alat yang digunakan di lapangan yaitu kantung plastik ukuran ½ kg, spidol permanen, label nama, cooler box, tisu gulung, pipet, dan kamera digital. Bahan yang digunakan di laboratorium adalah tinja Macaca fascicularis, air, larutan gula garam jenuh, larutan garam 1,2, dan KOH 10. Sedangkan alat yang digunakan di laboratorium antara lain: timbangan digital, gelas plastik, saringan sendok, vortex, sentrifugator, pompa vacuum penyedot, penyemprot, filter bertingkat 400 µm, 100 µm, dan 40 µm, mikroskop cahaya, mikroskop video micrometer, syringe, pipet, label nama, cawan petri bergaris, tisu gulung, gelas obyek, cover glass, kamera digital, gelas sedimentasi gelas Baermann, dan lemari es refrigerator. 3.4 Metode Penelitian di Laboratorium 3.4.1 Metode McMaster Satu gram tinja dilarutkan ke dalam 29 mililiter larutan gula garam jenuh. Selanjutnya dihomogenkan, saring, dan homogenkan kembali. Larutan yang sudah homogen kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung McMaster dengan menggunakan pipet. Setelah 3 menit, maka telur akan terapung. Kamar hitung diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x dan nilai TTGT diperoleh dengan rumus : n x Vt TTGT = Vk x Bf Keterangan : n : jumlah telur cacing dalam kamar hitung Vk : volume kamar hitung 0,3 Vt : volume sampel total Bf : berat tinja 1 Whitlock 1948

3.4.2 Metode Flotasi

Metode ini bersifat kualitatif untuk mengetahui adanya telur nematoda dalam tinja. Tinja dihomogenkan dengan air menggunakan mortar kemudian disaring menggunakan saringan teh. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung plastik sentrifuse bertutup ditambah dengan KOH 5 dengan perbandingan 1:1. Campuran tersebut dihomogenkan dengan vortex selama 30 detik 9 rpm, kemudian dilanjutkan dengan disentrifuse 50 X 10 G selama 3 menit. Bagian supernatannya dibuang, prosedur selanjutnya diulang dengan cara yang sama hingga memperoleh supernatan yang bening. Setelah supernatan terakhir dibuang kemudian ditambahkan larutan gula garam sampai cembung lalu ditutup dengan cawan petri berdiameter 5 cm. Setelah 15 menit cawan petri diangkat kemudian diperiksa di bawah mikroskop cahaya untuk diperiksa telurnya Shaikenov et al. 2004.

3.4.3 Metode Sedimentasi dan Filtrasi

Metode ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya telur trematoda dalam tinja. Metode ini juga merupakan metode pemeriksaan tinja secara kualitatif. Tinja sebanyak 3 gram dihomogenkan dengan menggunakan 50 ml air dan disaring dengan menggunakan saringan teh. Filtrat dimasukkan ke dalam gelas Baermann dan ditambah air sebanyak hingga ¾ volume gelas. Setelah didiamkan selama ± 15 menit, supernatan dibuang menggunakan pompa vacuum. Prosedur yang sama diulang sehingga diperoleh supernatan yang jernih. Sedimen yang tersisa ditambah larutan garam 1,2 kemudian disaring dengan menggunakan saringan bertingkat berukuran 45, 100, dan 400 µ. Proses penyaringan juga dibantu menggunakan penyemprot yang berisi garam 1,2. Sedimen yang tersaring pada ukuran 45 µ dibilas dengan larutan garam 1,2 dan dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian diperiksa di bawah mikroskop cahaya Willingham et al. 1998.

3.4.4 Identifikasi Jenis Telur Cacing

Identifikasi jenis telur cacing dapat dilakukan dengan menentukan tipe telur pada preparat pemeriksaan berdasarkan metode McMaster, flotasi, dan sedimentasi. Penentuan tipe telur dapat dilihat dari morfologi khas yang terdapat pada masing-masing jenis telur; contohnya ciri dari kerabangnya misalnya tipis, tebal, ada lapisan albumin Ascaris, memiliki polar plug Trichuris, Capillaria, operculum Fasciola sp., oncosphere Hymenolepis, Taenia, terdapat larva Strongyloides, Oxyurid, dan berduri Schistosoma sp.. Kemudian telur yang didapat diukur panjang dan lebarnya menggunakan video mikrometer dan akan dibandingkan secara morfologi terhadap telur cacing parasitik yang sudah diketahui.

3.5 Analisis Data

Jenis-jenis cacing yang ditemukan menurut total, perkandang dan per pul, prevalensi menurut total, perkandang, jenis pada setiap kandang serta derajat infeksi kecacingan menurut total, perkandang, jenis pada setiap kandang dianalisis secara statistik deskriptif. Untuk menggambarkan kemungkinan penyebab terjadinya kecacingan, data prevalensi dan derajat infeksi dikaitkan dengan data kandang terhadap zonasi vegetasi maupun terhadap aktivitas manusia di Pulau Tinjil. Hal-hal yang tidak dapat disajikan sebagai hasil penelitian, akan dimasukkan ke dalam saran-saran, sehingga dapat ditindaklanjuti dipenelitian berikutnya ataupun sebagai acuan untuk perbaikan manajemen dalam penangkaran monyet di Pulau Tinjil.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Telur Cacing yang Ditemukan

Berdasarkan identifikasi terhadap tipe telur cacing, dari 91 sampel tinja ditemukan enam jenis telur cacing, yaitu Trematoda Schistosoma, Cestoda Hymenolepis, dan Nematoda Ascaris, Oxyurid, Strongylid, dan Trichuris. Jenis telur cacing tersebut secara lengkap disajikan pada Tabel 4, untuk jenis telur cacing yang diidentifikasi berdasarkan metode McMaster, flotasi dan sedimentasi, dan Tabel 5 untuk jenis telur cacing yang diidentifikasi berdasarkan metode flotasi dan sedimentasi. Tabel 4 Jenis telur cacing yang ditemukan pada Macaca fascicularis di Pulau Tinjil beserta pustaka acuannya No Jenis Telur Cacing Rataan Pustaka Acuan Rataan Sumber 1 Hymenolepis 71.6-83.25x55.05-59.5 70-86x60-80 Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990 2 Ascaris yang dibuahi 54.9-128.5x46.5-90.7 45-90x35-50 Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990 3 Ascaris yang tidak dibuahi 95.15x48.6 85-95x35-45 Anonim 2008 4 Oxyurid 71.5x35.05 50-60x20-32 Anonim 2008 5 Strongylid 53-75.3x35.7-50 60-80x27-55 Anonim 2008, Levine 1990, Soulby 1982 6 Trichuris 41.9-57.6x22.1-26.5 46-65x20-29 Anonim 2008 7 Schistosoma sp. 63.3-73.8x51.4-67 60-100x45-80 Anonim 2008, Ash dan Orihel 1990, Onggowaluyo 2002, Soulsby 1982 Dengan pemeriksaan menggunakan metode McMaster dan flotasi dapat diidentifikasi lima jenis telur cacing, yaitu Hymenolepis, Ascaris, Oxyurid, Strongylid, dan Trichuris. Schistosoma dapat ditemukan melalui pemeriksaan dengan metode sedimentasi. Penemuan Schistosoma, Hymenolepis, Ascaris,