BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Pengumpulan sampel penelitian di Stasiun Lapangan Pulau Tinjil, Pusat Studi Satwa Primata PSSP LPPM-IPB dilaksanakan pada tanggal 30 Januari
sampai dengan 15 Februari 2008. Pemeriksaan sampel dilakukan pada bulan Februari-Mei 2008 di Laboratorium Helmintologi, Bagian Parasitologi,
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat IPHK, Fakultas Kedokteran Hewan FKH, Institut Pertanian Bogor IPB.
3.2 Rancangan Penelitian
Tahap penelitian terdiri dari pengambilan sampel tinja di Pulau Tinjil serta pemeriksaan sampel di laboratorium. Penentuan banyaknya sampel menurut
Permin dan Hansen 1998 adalah :
n = Z
2
PQL
2
= 2
2
x0,5x1-0,50,10
2
= 96 sampel Keterangan :
n : jumlah sampel Z : dalam tingkat kepercayaan 95 = 2
P : prevalensi Q : 1-P
L : tingkat ketepatan
Mengingat jumlah populasi monyet di Pulau Tinjil berkisar antara 1000 ekor perkiraan pesimis sampai 2000 ekor perkiraan optimis Iskandar E 2008,
komunikasi pribadi, maka banyaknya sampel yang harus diambil adalah sebanyak 96 sampel. Mengingat kendala di lapangan, sampel yang terkumpul
dalam pelaksanaannya adalah sebanyak 91 sampel.
Pengumpulan sampel dilakukan secara acak pada lantai kandang pakan atau lantai hutan sekitar kandang pakan di 13 core area yang Lampiran 2 yang
tersebar di Pulau Tinjil. Core area adalah daerah yang paling sering disinggahi monyet. Kandang-kandang di Pulau Tinjil tersebut dikontrol oleh petugas lapang
melalui jalan setapak transect line. Sampel yang diambil adalah sampel segar atau yang berumur kurang dari dua
hari untuk menghindari telur cacing yang menetas dan berubah menjadi larva. Sampel tinja yang diambil dimasukkan ke dalam kantung plastik bening dan
ditambahkan dengan alkohol 70 Ancrenaz et al. 2003, kemudian disimpan dalam cooler box yang berisi jelly pack beku. Perlu menjadi catatan bahwa sampel
tinja yang diambil tersebut tidak memiliki data status umur maupun jenis kelamin sex dari individu M. fascicularis. Data yang disertakan pada saat pengambilan
sampel adalah data mengenai waktu pengambilan, lokasi core area serta konsistensi tinja.
Peubah yang diukur dari sampel tersebut adalah jenis cacing, prevalensi, dan derajat infeksi. Jenis cacing ditentukan berdasarkan teknik identifikasi, sedangkan
prevalensi dan derajat infeksi ditentukan dengan menghitung TTGT yang diperoleh berdasarkan metode McMaster, flotasi, dan sedimentasi. Untuk dapat
melaksanakan metode tersebut, berat setiap sampel harus diperiksa dan harus memenuhi berat minimal 1,5 gram. Dari 91 sampel, ternyata yang memenuhi
syarat adalah 56 sampel dan dapat dihasilkan 56 data individu monyet. Adapun untuk mengidentifikasi jenis cacing, selain dari 56 sampel individu,
dilakukan pengelompokan sampel tinja pul dari 91 sampel ke dalam enam kelompok, yang mewakili empat zona vegetasi di Pulau Tinjil. Pengelompokkan
ini dimaksudkan untuk menghindari adanya hasil yang negatif palsu akibat berat sampel yang kecil.
Adapun 4 buah zona vegetasi di Pulau Tinjil yaitu zona hutan hujan tropis dataran rendah kelompok A, waru laut kelompok B, sulatri kelompok C, dan
butun dan ketapang kelompok D. Kelompok A terdiri dari pul 1, 2, dan 3. Kelompok B terdiri dari pul 4. Kelompok C terdiri dari pul 5. Kelompok D terdiri
dari pul 6. Pul 1 terdiri dari dari kandang 2, 4, dan 10. Pul 2 terdiri dari kandang 6 dan 8. Pul 3 terdiri dari kandang 9, 11, dan 12. Pul 4 terdiri dari kandang 3. Pul 5
terdiri dari kandang 1 dan 13. Pul 6 terdiri dari kandang 5 dan 7. Setiap pul diperiksa dengan metode flotasi dan sedimentasi. Keterangan lebih lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 3. Selain pengamatan terhadap zonasi, dalam penelitian ini juga diperhatikan
letak kandang terhadap aktivitas manusia di Pulau Tinjil. Aktivitas tersebut umumnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas manajemen penangkaran
monyet dan aktivitas nelayan, yang secara umum terkonsentrasi di empat tempat yaitu base camp, Pondok Japiah, Pondok Gede, dan Pondok Rancak Lampiran
2.
3.3 Bahan dan Alat Penelitian