Prevalensi Cacing Parasit Saluran Pencernaan pada Satwa Primata

2.5 Prevalensi Cacing Parasit Saluran Pencernaan pada Satwa Primata

Prevalensi P merupakan jumlah dari penyakit yang terjadi pada populasi yang diketahui, pada waktu tertentu. Prevalensi dapat diartikan sebagai jumlah hewan yang terinfeksi namun dapat pula diartikan sebagai jumlah dari hewan yang sakit dibandingkan dengan jumlah populasi beresiko. P = jumlah yang sakit x 100 jumlah populasi Penghitungan prevalensi ini dapat berguna untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu penyakit di dalam suatu populasi Thrushfield 2005. Prevalensi erat kaitannya dengan transmisi penyakit. Transmisi dapat terjadi dengan baik dengan adanya tiga faktor yaitu agen penyakit, lingkungan yang mendukung serta inang yang rentan. Transmisi penyakit dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal. Transmisi horizontal terjadi antara individu yang satu ke individu lain, dibagi dua yaitu secara langsung kontak fisik dan tidak langsung vektor. Transmisi vertikal terjadi dari satu generasi ke generasi yang lain ke embrio atau fetus saat sedang mengalami perkembangan di uterus mamalia atau di dalam telur avian, reptil, amfibi, ikan dan arthropoda Thrushfield 2005. Penelitian mengenai infeksi cacing saluran pencernaan pada primata belum banyak dilakukan apabila dibandingkan dengan hewan domestik. Hal ini mungkin terjadi karena banyaknya spesies satwa primata yang ada. Variasi infeksi parasit intra maupun interspesies dapat dipengaruhi oleh lingkungan demografi, tingkah laku, dan faktor manusia Stuart dan Strier 1995. Beberapa penelitian mengenai prevalensi kecacingan saluran pencernaan pada spesies satwa primata yang pernah dilakukan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Prevalensi parasit saluran pencernaan pada satwa primata No. Jenis cacing Prevalensi M. nigra 1 M.tonkeana 1 Mandrillus sphinx 5 Cercopithecus aethiops sabaeus 3 M. mulatta 1 4 M. mulatta 2 2 1 Ascaris 5.5 5.7 2 Trichuris sp. 3.7 1 52.8 17.3 12 3 Strongyloides sp. 62.4 11.7 57 4 Hookworm 5.5 7.4 34 5 Trichostrongylus 3.8 6 Mammomonogamus 1 7 Oesophagostomum 30.2 1. Engel et al. 2004 2. Knezevich 1998 3. Mutani 2003 4. Phillippi dan Clarke 1992 5. Setchell et al. 2007

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Pengumpulan sampel penelitian di Stasiun Lapangan Pulau Tinjil, Pusat Studi Satwa Primata PSSP LPPM-IPB dilaksanakan pada tanggal 30 Januari sampai dengan 15 Februari 2008. Pemeriksaan sampel dilakukan pada bulan Februari-Mei 2008 di Laboratorium Helmintologi, Bagian Parasitologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat IPHK, Fakultas Kedokteran Hewan FKH, Institut Pertanian Bogor IPB.

3.2 Rancangan Penelitian

Tahap penelitian terdiri dari pengambilan sampel tinja di Pulau Tinjil serta pemeriksaan sampel di laboratorium. Penentuan banyaknya sampel menurut Permin dan Hansen 1998 adalah : n = Z 2 PQL 2 = 2 2 x0,5x1-0,50,10 2 = 96 sampel Keterangan : n : jumlah sampel Z : dalam tingkat kepercayaan 95 = 2 P : prevalensi Q : 1-P L : tingkat ketepatan Mengingat jumlah populasi monyet di Pulau Tinjil berkisar antara 1000 ekor perkiraan pesimis sampai 2000 ekor perkiraan optimis Iskandar E 2008, komunikasi pribadi, maka banyaknya sampel yang harus diambil adalah sebanyak 96 sampel. Mengingat kendala di lapangan, sampel yang terkumpul dalam pelaksanaannya adalah sebanyak 91 sampel.