telur tidak dapat berkembang dengan baik. Pulau Tinjil memiliki tanah berpasir yang cukup banyak sehingga dapat menjadi tempat berkembang yang baik bagi
telur Strongylid. Strongylid dapat menginfeksi inang apabila larva filariform menembus kulit inang dan menjadi larva migrant Ancylostoma sp. dan Necator
sp., namun ada pula cara lain bagi cacing ini untuk menginfeksi inangnya yaitu dengan cara telur infektif Oesophagostomum sp. dan larva infektif tertelan oleh
inang Ancylostoma sp. dan Necator sp. Ash dan Orihel 1990, Soulsby 1982. Telur infektif Trichuris dapat bertahan di lingkungan yang sesuai selama
beberapa tahun. Transmisi penyakit ini terjadi secara langsung yaitu dengan menelan telur infektif, kemudian larva akan menuju usus halus dan menjadi
dewasa di usus besar Soulsby 1982.
e. Peran manusia dalam transmisi kecacingan monyet di Pulau Tinjil
Untuk menjawab peran manusia sebagai faktor transmisi kecacingan di Pulau Tinjil, dapat dikaji dengan melihat besarnya prevalensi pada kandang yang
berdekatan dengan aktivitas manusia. Berdasarkan gambar pada Lampiran 2 dapat dipelajari bahwa kandang 3, 4, 8, dan 10 merupakan kandang pakan yang relatif
dekat dengan base camp manajemen penangkaran maupun berdekatan dengan pondok nelayan di Pulau Tinjil. Apabila dikaitkan dengan analisis Tabel 6 dapat
dipelajari bahwa ternyata prevalensi kecacingan saluran pencernaan pada kandang-kandang tersebut tidak selalu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
kandang-kandang lain yang jauh dari aktivitas manusia. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa faktor aktivitas manusia bukan merupakan faktor utama dalam
transmisi kecacingan saluran pencernaan pada M. fascicularis di Pulau Tinjil.
4.3 Derajat Infeksi a. Derajat infeksi berdasarkan core area
Pemeriksaan kuantitatif seperti metode McMaster dimaksudkan untuk mengetahui derajat infeksi kecacingan. Menurut Ancrenaz 2003,Vitazkova dan
Wade 2007. derajat infeksi merupakan tingkat kesakitan inang yang dapat diduga dari jumlah parasit dalam tubuh. Adanya cacing parasit saluran
pencernaan yang dapat teridentifikasi disampel tinja tidak berarti individu yang
diperiksa dalam keadaan sakit. Populasi primata dapat terinfeksi parasit tanpa efek yang merugikan. Cacing parasit dan telur cacing tidak selalu diekskresikan di
tinja, sehingga hasil pemeriksaan yang negatif tidak selalu mengindikasikan bahwa tidak ada infeksi cacing saluran pencernaan karena ada kemungkinan
individu sampel belum memasuki tahap mengeluarkan telur cacing saluran pencernaan saat pengambilan sampel dilakukan.
Menurut Kusumamihardja 1995, untuk mengetahui derajat infeksi perlu dilakukan pemeriksaan telur tiap gram tinja TTGT. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai TTGT diantaranya adalah 1 Kepadatan atau konsistensi tinja hewan yang bervariasi, tinja kering, lembek, kadang-kadang
encer. 2 Banyaknya tinja yang dikeluarkan setiap hari oleh hewan seringkali berbeda. 3 Produksi telur harian tiap jenis cacing berbeda. 4 Produksi telur dari
satu jenis cacingpun berbeda antara berbagai waktu, misalnya antara siang dan malam. 5 Distribusi telur dalam tinja tidak selalu merata. 6 Produksi telur
cacing tua dan muda berbeda, sehingga perbedaan komposisi keduanya juga berpengaruh.
Berdasarkan Tabel 8 dapat dipelajari bahwa total derajat infeksi cacing saluran pencernaan sebesar 73 TTGT. Angka derajat infeksi tertinggi sampai terendah
berturut-turut terdapat pada kelompok monyet yang sering berada di kandang 1 242 TTGT, kandang 10 193 TTGT, kandang 2 161 TTGT, kandang 9 97
TTGT, kandang 4 87 TTGT, kandang 6 60 TTGT, kandang 8 41 TTGT, dan kandang 3 12 TTGT. Derajat infeksi pada kelompok monyet yang sering berada
kandang 5, 7, 11, dan 12 adalah sebesar 0 TTGT, sedangkan pada kelompok monyet yang sering berada di kandang 11 tidak dilakukan pemeriksaan TTGT
sehingga tidak dapat diketahui derajat infeksi kecacingannya. Berdasarkan Tabel 8 dapat dipelajari derajat infeksi setiap jenis cacing pada
setiap kandang. Infeksi Trichuris dapat terlihat kelompok monyet yang sering berada di kandang 1, 6, dan 9 dengan rataan derajat infeksi sebesar 242 TTGT, 60
TTGT, dan 97 TTGT. Rataan derajat infeksi Ascaris kelompok monyet yang sering berada di kandang 2 adalah sebesar 161 TTGT. Rataan derajat infeksi
Oxyurid di kandang 3 sebesar 12 TTGT.
Berdasarkan Tabel 8 dapat dipelajari adanya kelompok monyet yang sering berada pada kandang tertentu diinfeksi oleh lebih dari satu jenis parasit cacing.
Misalnya, pada kelompok monyet yang sering berada pada kandang 4 mengalami infeksi dari jenis Ascaris, Strongylid, dan Trichuris dengan rataan derajat infeksi
sebesar 19 TTGT, 19 TTGT, dan 39 TTGT. Pada kelompok monyet yang sering berada pada kandang 8 mengalami infeksi dari jenis Ascaris dan Strongylid
dengan rataan derajat infeksi sebesar sebesar 14 TTGT dan 28 TTGT. Pada kelompok monyet yang sering berada pada kandang 10 mengalami infeksi dari
jenis Hymenolepis dengan rataan derajat infeksi 193 TTGT.
Tabel 8 Derajat infeksi TTGT kecacingan saluran pencernaan pada Macaca fascicularis berdasarkan lokasi kandang di Pulau Tinjil
No Kandang n ekor
Rataan Derajat Infeksi TTGT Total
rataan TTGT
Hymenolepis Ascaris
Oxyurid Strongylid Trichuris
1 4
242 0-967
242 2
3 161
0-483 161
3 8
12 0-97
12 4
10 19 0-97
19 0-97 39 0-987
87 5
2 6
8 60
60 7
2 8
7 14 0-97
28 0-193 41
9 3
97 97
10 3
193 0-580 193
11 12
3 13
3 Total
56 10
14 2
7 40
73 Keterangan: tidak dilakukan penghitungan TTGT
Berdasarkan analisis Tabel 8 dapat dipelajari bahwa nilai derajat infeksi kecacingan saluran pencernaan pada kelompok monyet yang kandangnya
berdekatan dengan aktivitas manusia seperti kandang 3, 4, 8, dan 10, ternyata tidak selalu lebih besar apabila dibandingkan dengan kandang pakan lain. Dengan
demikian untuk sementara dapat diduga bahwa aktivitas manusia tidak berpengaruh besar terhadap nilai derajat infeksi kecacingan saluran pencernaan
pada M. fascicularis di Pulau Tinjil.
b. Gambaran patogenesis kecacingan