Pemetaan Pola Jalan Sarad

36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan Pola Jalan Sarad

Penelitian dilakukan di setting IX Blok Teras yang merupakan areal kerja dari Unit VIII Tebing Indah Wilayah II Benakat PT. Musi Hutan Persada. Dari informasi, diketahui bahwa luas setting IX adalah 10,4 hektar. Jenis tanamannya adalah Acacia mangium. Umur tanaman yang dipanen adalah 8 tahun dengan jarak tanam 3x3 m. Proses penyaradan dilakukan sekitar 2 bulan setelah penebangan selesai. Pengamatan dilakukan mulai dari awal penyaradan forwarder memasuki setting sampai proses penyaradan selesai forwarder keluar dari setting. Forwarder yang digunakan adalah 6-Wheel Forwarder Timberjack 1010D . Kegiatan penyaradan dilakukan oleh PT. HALIDA selaku kontraktor penyaradan. Proses penyaradan dengan forwarder dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Penyaradan Dengan Menggunakan Forwarder 1010D Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyaradan dengan menggunakan forwarder merupakan sistem penyaradan terencana dan terpola, dimana forwarder dalam menyarad sortimen kayu melewati tumpukan serasah jalur sarad yang telah disiapkan sebelumnya pada saat penebangan. Salah satu tujuan dari sistem ini adalah untuk meminimalkan dampak negatif dari penggunaan alat berat penyaradan yaitu berupa pemadatan tanah. Proses 37 penyaradan dimulai dari ujung jalur sarad dan sortimen kayu disarad ke TPn yang berada di sekitar tepi jalan angkutan. Untuk rit selanjutnya, forwarder cenderung mengikuti jejak tapak roda dari rit penyaradan sebelumnya. Sortimen kayu disarad per jalur sarad dan baru pindah ke jalur sarad selanjutnya setelah semua sortimen kayu di jalur tersebut selesai disarad. Sistem penyaradan di PT. MHP menggunakan dua unit forwarder yang bekerja sekaligus dalam satu setting dan setiap unit forwarder dioperasikan oleh dua orang operator yang bekerja berdasarkan shift shift 1 jam 07.00 - 15.00 dan shift 2 jam 16.00 - 23.00. Sedangkan pada setting IX lokasi penelitian hanya menggunakan satu unit forwarder karena faktor keterbatasan jumlah unit forwarder yang dimiliki oleh kontraktor sarad. Setiap operator dapat menyarad kayu sekitar 7 rit untuk shift 1 dan 5 rit untuk shift 2. Pemetaan pola jalur sarad forwarder dilakukan hanya pada siang hari yaitu jam 07.00 - 18.30. Untuk memetakan proses penyaradan pada malam hari jam 18.30 – 23.00 dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari operator sarad, berdasarkan pengamatan jejak tapak roda forwarder dan berdasarkan jarak membandingkan dengan jarak tiap rit pada kegiatan penyaradan siang hari. Lebar jalur sarad adalah ± 5 meter dan jarak antar jalur sarad berkisar antara 13,5 meter sampai 15 meter. Jalur sarad terpanjang adalah ± 290 meter dan diperlukan 8 rit jarak tiap rit adalah ± 36 meter untuk menyarad semua sortimen kayunya ke TPn. Jumlah rit rata-rata yang diperlukan untuk menyarad semua sortimen kayu tiap jalur sarad adalah 7 rit untuk jalur sarad yang tegak lurus dengan TPn dan 3 rit untuk jalur sarad yang sejajar dengan TPn. Potensi tegakan diperkirakan 100 m 3 ha yang setara dengan 10 rit penyaradan. Setiap 1 rit penyaradan diasumsikan 10 m 3 . Untuk setting dengan luas 10,4 hektar diperkirakan potensi kayunya sekitar 1000 m 3 . Jumlah rit maksimum yang diterima jalur sarad adalah 28 rit dan areal di sekitar TPn terlewati forwarder lebih dari 30 rit. Hal ini dikarenakan ada salah satu jalur sarad yang berfungsi sebagai jalur utamakoridor. Jumlah rit total yang diperlukan untuk menyarad semua sortimen kayu dari setting IX adalah 108 rit. Berdasarkan hasil pengukuran data di lapangan data terlampir, pola jalur sarad forwarder dapat dilihat seperti pada Gambar 7. Skala 1 : 2.000 Informasi s etting : • Tanaman : A. mangium • Jarak Tanam : 3x3 m • Potensi : 100 m 3 Ha • Lebar Jalur Sarad : ± 5 m • Jarak Antar Jalur Sarad : 13,5 -15 m • Luas Setting : 10,4 Ha • Luas TPn : 1100 m 2 PETA POLA JALUR SARAD FORWARDER Gambar 7. Pola Jalur Sarad Forwarder 38 Arah Penyaradan 39 Pada Gambar 7. di atas terlihat ada dua pola jalur sarad, yaitu jalur sarad yang tegak lurus dengan TPn dan Jalur sarad yang hampir sejajar dengan TPn. Hal ini karena adanya area pada sisi jalan angkutan yang berupa cekungan dengan kondisi tanah yang lunakberair sehingga kurang memungkinkan untuk dijadikan TPn dan diusahakan tidak terlewati oleh forwarder, walaupun dari kelas kelerengannya masih dikategorikan datar kelerengan kurang dari 8 . Dengan pola jalur sarad seperti di atas maka akan ada satu jalur yang berfungsi sebagai koridor utama. Imbasnya jalur tersebut akan terlewati forwarder jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jalur sarad yang lain. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai kepadatan tanahnya. Karena semakin banyak rit yang diterima jalur sarad maka akan semakin tinggi nilai kenaikan kepadatan tanahnya. Berdasarkan pola jalur sarad yang dilewati forwarder dilapangan maka dapat dihitung luas dan persentase areal terpadatkan akibat penyaradan terhadap luas total setting, seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Luas Areal Terpadatkan Akibat Penyaradan pada Berbagai Intensitas Penyaradan. Persentase Luas Areal Terpadatkan Jumlah Rit Luas Areal Terpadatkan m 2 ritLuas Total Terpadatkan ritLuas Total Setting 1 3022,86 18,32 2,91 2 2539,20 15,38 2,44 3 2297,37 13,92 2,21 4 1813,71 10,99 1,74 5 1209,14 7,33 1,16 6 967,31 5,86 0,93 7 846,40 5,13 0,81 8 967,31 5,86 0,93 9 483,66 2,93 0,47 10 544,11 3,30 0,52 10 1813,71 10,99 1,74 Total 16504,80 100 15,87 Catatan : Luas total setting IX adalah 104.000 m 2 40 Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa luas areal terpadatkan areal yang dilewati forwarder adalah 16.504,80 m 2 yaitu sekitar 16 15,87 dari luas total setting. Areal yang dilewati forwarder sebanyak 1 rit, 2 rit dan 3 rit merupakan area terluas yang terpadatkan yaitu sekitar 48 dari luas total terpadatkan, luasnya berturut-turut adalah 3.022,86 m 2 , 2.539,20 m 2 , dan 2.297,37 m 2 . Sedangkan untuk area yang dilewati forwarder lebih dari 10 rit yaitu seluas 1.813,80 m 2 atau sekitar 11 dari luas total terpadatkan. Nilai ini lebih besar dari persentase areal terpadatkan pada rit ke-5 sampai dengan rit ke-10 karena adanya jalur sarad yang berfungsi sebagai koridor utama dan akibat manuver forwarder di sekitar TPn. Selain itu disebabkan juga karena tingginya intensitas penyaradan yang dilakukan untuk mengeluarkan kayu dari setting. Dengan menggunakan 6-wheel Forwarder Timberjack 1010D sebagai alat sarad, maka untuk menyarad kayu 1000 m 3 diperlukan sekitar 100 rit. Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah total rit untuk menyarad semua sortimen kayu di Setting IX adalah 108 rit. Persentase areal terpadatkan pada penelitian ini 16 lebih kecil dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan 2003 di PT. Inhutani II Kalimantan Selatan. Kurniawan melakukan pengamatan pada dua areal yaitu Areal A dengan luas 2,4 ha dan Areal B dengan luas 2,09 ha. Persentase areal terpadatkan pada Areal A adalah 20 dan Areal B adalah 24 dari luas total areal. 41 Gambar 8. Spesifikasi Forwarder 1010D

B. Kepadatan Tanah Akibat Penyaradan