Acacia mangium Sifat Fisik dan Biologi Tanaman 1. Gmelina arborea

19 alang-alang rapat. Daunnya sukar terbakar sehingga dapat dipakai sebagai tanaman sekat bakar bagi jenis tanaman reboisasi yang peka terhadap bahaya kebakaran Anonim, 1980 dalam Kusuma, 1989. Mahoni daun besar merupakan salah satu jenis pohon komersial yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan perkakas. Tanaman mahoni daun besar adalah salah satu jenis tanaman yang digunakan untuk mereboisasi lahan kering yang tidak cocok untuk tanaman jati Al-Rasyid dan Mangsud, 1973.

3. Acacia mangium

Acacia mangium ditemukan pertama kali oleh Rumphius pada tahun 1653 dan baru dipublikasikan pada tahun 1753. Nicholson pada tahun 1966 pertama kali memperkenalkan tanaman ini di Irian Jaya bagian selatan Fak-fak, Merauke, Manokwari, Serdai, dan sepanjang Sungai Digul, Kepulauan Aru Pulau Pragan, Kepalauan Kaiber, Maluku Selatan, Kepulauan Sula, Taliabu, Tege, serta Pulau Seram Kaiaratu dan Waesalan. Untuk di Luar Indonesia penyebaran alami di Australia, yaitu sepanjang pantai Queensland dan terdapat mulai dari pantai sampai ketinggian 720 mdpl Nicholson, 1981. Pada tahun 1966 tanaman Acacia mangium diperkenalkan di Sabah, Malaysia, dari habitat alaminya sepanjang hutan tropika basah di Queensland, Australia. Tanaman ini tumbuh sangat baik sehingga dicoba dilakukan penanaman. Di sana, mangium tumbuh cepat, atau lebih cepat daripada Gemelina arborea ataupun Eucalyptus deglupta, keduanya merupakan tanaman paling cepat tumbuh, dengan diameter batang 40 cm. Tanaman ini tumbuh sangat cepat dan baik, areal bekas jalur sarad di Sabah dapat tertutup setelah satu tahun penanaman dengan jarak 3 x 3 meter. Satu keistimewaan yang perlu diperhatikan adalah kemampuan mangium untuk tumbuh pada tanah dengan pH rendah 4,2. Hal ini penting karena tanah asam seperti itu tersebar luas di daerah tropis dan keadaan inilah yang membedakan mangium dengan beberapa tumbuhan famili Leguminoceae yang lain seperti Leucena yang membutuhkan pH di atas 5,5. Pada tempat yang baik tumbuh sangat cepat. Di Sabah beberapa spesimen mencapai tinggi 23 meter dalam 9 tahun. Pada umumnya rata-rata 20 pertumbuhan diameter adalah 2-3 cm per tahun. Tegakan yang tidak terawat mampu manghasilkan 415 m 3 kayu setelah 9 tahun, memenuhi hasil panen tahunan sebesar 46 m 3 per hektar. Pada tempat tumbuh yang kurang baik seperti tanah dangkal, rendah nutrisi, areal terganggu, terpadatkan, atau terendam air secara musiman, produksi kayunya lebih sedikit. Namun hasil tahunan sering mencapai lebih dari 20 m 3 per hektar. Pada peta percobaan terdahulu, pohon ini mencapai tinggi rata-rata 25 meter dan diameter rata-rata 27 cm pada umur 13 tahun. Mangium tumbuh dengan baik pada tanah yang tererosi, bebatuan, tanah miskin hara mineral dan juga pada cuaca yang tinggi atau tanah aluvial. Di Queensland tanaman ini secara umum ditemukan pada tanah ultisol masam dan hanya jarang terdapat pada tanah yang terbentuk dari batuan dasar. Di Pulau Seram Indonesia jenis ini dilaporkan tumbuh pada tanah ultisol podsolik merah kuning National Research Council, 1983. 21

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Wilayah II Benakat, Sumatera Selatan pada Bulan Juli sampai September 2003.

B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1 Tanah jenis Podsolik Merah Kuning Ultisol. 2 Serasah daun, ranting, cabang, dan batang dengan diameter kurang dari 8 cm dan panjang kurang dari 0,5 m yang merupakan kayu sisa pemanenan. 3 Bibit Acacia mangium, Swietenia machrophylla, Gmelina arborea.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 6-Wheel Forwarder Timberjack 1010D , ring sample, plastik, isolasi, timbangan, kompas, oven, pisau, golok, mistar, meteran, kamera, kalkulator, komputer, dan alat-alat tulis.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan dalam satu setting pemanenan yang sedang dilakukan kegiatan penyaradan. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memetakan Pola Jalan Sarad Forwarder Dalam Satu Setting

Pemanenan Pemanenan hutan di HTI menggunakan sistem tebang habis, dimana proses penebangan dilakukan per jalur dan langsung diproses sebelum penebangan di jalur selanjutnya. Proses tersebut adalah pembersihan cabang dan ranting serta pembagian batang dengan menggunakan chain saw. Selanjutnya sisa batang pohon yang tidak terpakai dengan diameter kurang dari