Respon Pertumbuhan Tanaman di Tanah Padat

55 Pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa serasah tidak diatur rapi dan kondisi serasah sebelum proses penyaradan dilakukan sudah mengering dan pada saat dilewati forwarder untuk rit pertama dan kedua penyaradan, serasah mulai hancur karena tidak mampu menahan beban yang ditimbulkan oleh forwarder. Sebagian dari serasah di jalur sarad bergeser ke kiri dan ke kanan jalur sarad ketika dilewati forwarder karena ada cabang dan ranting pohon dengan diameter lebih dari 8 cm yang tidak dipotong-potong. Mengeringnya serasah sebelum proses penyaradan dikarenakan oleh suhu di lokasi penelitian yang tinggi karena bertepatan dengan musim kering. Selain hal di atas, jumlah dan ketebalan serasah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemampuan serasah untuk menahan beban dari forwarder. Koshi dan Fryrear 1973 mengadakan penelitian tentang efek dari lintasan traktor, pemberian serasah mulch dan konfigurasi tempat tumbuh benih pada tanah. Serasah terdiri dari tiga ukuran yaitu 0,56; 11,2 dan 22,4 tonha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian serasah besar dari 11,2 tonha secara signifikan menurunkan nilai kepadatan tanah, meningkatkan hydroulic conductivity , porositas tanah, kandungan bahan organik tanah pada lintasan traktor pada kedalaman 15 cm. Pada tanah yang padat ruang pori yang berisi air dan udara kecil, sehingga porositasnya rendah. Air dan udara sukar bergerak melalui tanah, karena hanya sedikit pori-pori yang berukuran besar. Penyediaan air dan oksigen untuk pertumbuhan tanaman sangat erat kaitannya dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah. Menurunnya porositas tanah akibat pemadatan tanah akan memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman.

C. Respon Pertumbuhan Tanaman di Tanah Padat

Untuk melihat pengaruh pemadatan tanah terhadap respon pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penanaman semai di bekas jalur sarad forwarder yaitu pada tanah yang terlewati 3 rit penyaradan. Penanaman semai juga dilakukan di tanah yang tidak dilalui oleh forwarder, yang digunakan sebagai kontrol. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis cepat tumbuh fast growing species sebanyak 56 tiga jenis yaitu Acacia mangium, Swietenia macrophylla dan Gmelina arborea. Bibit diperoleh dari persemaian Unit VI Lubuk Guci wilayah II Benakat. Umur bibit yang di tanam adalah Acacia mangium berumur 10 bulan dan Swietenia macrophylla serta Gmelina arborea berumur 14 bulan. Proses penanaman dilakukan dengan sistem tugal, yaitu melubangi tanah dengan kayu. Lubang tanam dibuat seukuran dengan panjang akar. Respon pertumbuhan yang diamati meliputi pertambahan tinggi, pertambahan panjang akar, serta berat kering akar dan pucuk. Pengamatan dilakukan selama dua bulan semenjak penanaman. Sedangkan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman hanya penyiraman pada satu minggu pertama penanaman dan diusahakan tidak menggganggu kondisi tanah serta pemeliharaan dari hama jika diperlukan. Penyiraman terpaksa dilakukan karena kondisi lingkungan sangat kering sebab waktu penelitian bertepatan dengan musim kering. Tabel 24. Rata-rata Respon Pertumbuhan Semai pada Tanah Kontrol dan Tanah Padat Acacia mangium Swietenia macrophylla Gmelina arborea Respon Pertumbuhan Semai Tanah Kontrol Tanah Padat Tanah Kontrol Tanah Padat Tanah Kontrol Tanah Padat Tinggi cm 2,14 1,49 0,75 0,56 1,37 1,17 Akar cm 3,45 2,84 1,57 1,27 2,66 1.76 NPA 2,197 2,343 1,544 1,50 0,745 0.86 Keterangan : Tinggi = Selisih antara tinggi akhir semai dengan tinggi awal semai Akar = Selisih antara panjang akar akhir dengan panjang akar awal semai NPA = Nisbak pucuk dan akar Tinggi awal semai diukur pada saat penanaman tepat pada saat semai selesai ditanam. Panjang akar awal semai diukur sebelum proses penanaman dengan cara membandingkan dengan semai lain yang mempunyai ukurandimensi yang sama dengan semai yang akan ditanam. Tinggi akhir dan panjang akar akhir semai diukur setelah tanaman dipanen yaitu 2 bulan setelah penanaman. Bulk density untuk tanah kontrol adalah 1,32 gcm 3 Bulk density untuk tanah padat rit ke-3 adalah 1,49 gcm 3 57 Berdasarkan pengamatan, terlihat respon tinggi semai terbesar yaitu pada jenis Acacia mangium, berturut-turut yaitu 2,14 cm pada tanah kontrol dan 1,49 cm di bekas jalan sarad forwarder, sedangkan pertambahan tinggi terkecil yaitu pada jenis Swietenia macrophylla yaitu 0,75 cm pada tanah kontrol dan 0,56 cm pada bekas jalur sarad forwarder. Pertambahan panjang akar terbesar juga pada jenis Acacia mangium yaitu 3,45 cm pada tanah kontrol dan 2,84 cm pada bekas jalur sarad forwarder, sedang pertambahan panjang akar terkecil terjadi pada jenis Swietenia macrophylla yaitu 1,57 cm pada tanah kontrol dan 1,27 cm pada bekas jalur sarad forwarder. Untuk nilai nisbah pucuk dan akar NPA, nilai terbesar adalah jenis Acacia mangium sebesar 2,197 pada tanah kontrol dan 2,343 pada bekas jalur sarad forwarder. NPA terkecil yaitu Gmelina arborea sebesar 0,745 pada tanah kontrol dan 0,86 pada bekas jalur sarad forwarder. Dari pengamatan terlihat bahwa pertumbuhan tanaman di tanah yang tidak terlewati oleh forwarder cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan tanah bekas jalur sarad forwarder. Dari hal diatas terlihat bahwa Acacia mangium dapat tumbuh lebih baik bila dibandingkan dengan Swietenia macrophylla dan Gmelina arborea baik di tanah kontrol maupun di tanah bekas jalur sarad forwarder. Hal ini adalah karena Acacia mangium adalah salah satu jenis tanaman pionir yang mempunyai tingkat kemampuan tumbuh yang tinggi. Acacia mangium tumbuh dengan baik pada tanah yang tererosi, bebatuan, tanah miskin hara mineral dan juga pada cuaca yang tinggi atau tanah aluvial. Di Queensland tanaman ini secara umum ditemukan pada tanah ultisol masam dan hanya jarang terdapat pada tanah yang terbentuk dari batuan dasar. Di Pulau Seram Indonesia jenis ini dilaporkan tumbuh pada tanah ultisol podsolik merah kuning National Research Council, 1983. 58 Tabel 25. Analisis Ragam Respon Pertumbuhan Semai Tanaman di Tanah Tak Terusik Kontrol dan Jalur Sarad Ftabel Sumber Keragaman Fhitung 0,01 0,05 Acacia mangium - Tinggi - Panjang Akar - BKb - BKa - NPA 1,335 0,744 0,015 2,319 0,146 8,29 8,29 8,29 8,29 8,29 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 Swietenia macrophylla - Tinggi - Panjang Akar - BKb - BKa - NPA 0,921 0,517 0,233 0,505 0,019 8,29 8,29 8,29 8,29 8,29 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 Gmelina arborea - Tinggi - Panjang Akar - BKb - BKa - NPA 0,490 6,091 0,037 0,045 0,386 8,29 8,29 8,29 8,29 8,29 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 . Keterangan : Tinggi = Selisih antara tinggi akhir semai dengan tinggi awal semai Panjang Akar = Selisih antara panjang akar akhir dengan panjang akar awal semai BKb = Berat kering pucuk BKa = Berat kering akar NPA = Nisbak pucuk dan akar Berdasarkan analisis ragam yang dilakukan untuk melihat pengaruh jalan sarad tanah terpadatkan terhadap respon pertumbuhan ketiga jenis tanaman terlihat bahwa tanah bekas jalan sarad forwarder tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hampir semua respon yang diamati, kecuali pada respon pertambahan panjang akar Gmelina arborea. Tanah bekas jalur sarad forwarder tanah terpadatkan memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan panjang akar Gmelina arborea pada taraf kepercayaan 95 . Hal ini lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 13, 14, dan 15. 59 1 2 3 4 5 P e rt a m b a h a n ti n g g i c m P e rt a m b a h a n p a n ja n g a k a r c m B e ra t K e ri n g P u cu k g B e ra t K e ri n g A k a r g N is b a h P u c u k A k a r Jalur Sarad T anah Kont rol 1 2 3 4 5 P e rt am b ah an ti n g g i c m P e rt am b ah an p an ja n g a k a r c m B er at K er in g P u cu k g B er at K er in g A k ar g N is b ah P u cu k A k ar Jalur Sarad Tanah Kontrol Gambar 13. Respon Pertumbuhan Rata-rata Acacia mangium pada Tanah Bekas Jalur Sarad dan Tanah Tidak Terusik Gambar 14. Respon Pertumbuhan Rata-Rata Swietenia macrophylla Pada Tanah Bekas Jalur Sarad dan Tanah Tidak Terusik 60 1 2 3 4 5 P e rt a m b a h a n tin g g i c m P e rt a m b a h a n p a n ja n g a k a r c m B e ra t K e ri n g P u c u k g B e ra t K e ri n g A k a r g N is b a h P u c u k A k a r Jalur Sarad Tanah Kontrol Gambar 15. Respon Pertumbuhan Rata-rata Gmelina arborea pada Tanah Bekas Jalur Sarad dan Tanah Tidak Terusik Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pertambahan pertumbuhan ketiga jenis tanaman yang ditanam sangat kecil baik di tanah tidak terusik maupun di tanah bekas jalur sarad forwarder. Hal ini disebabkan karena kondisi kepadatan tanah yang cukup tinggi dan porositas tanah yang rendah serta rendahnya kandungan unsur hara tanah. Penelitian Matangaran 1992, memperlihatkan bahwa nilai kritis kerapatan limbak tanah terhadap pertumbuhan benih adalah 1,4 gcm 3 , sedangkan kerapatan limbak tanah 1,3 gcm 3 sudah memberikan respon yang jelek terhadap pertumbuhan benih. Pada penelitian ini kerapatan limbak tanah untuk tanah kontrol saja sudah mencapai 1,29 gcm 3 pada kedalaman 0-5 cm, sedangkan untuk tanah bekas jalur sarad forwarder pada intensitas penyaradan 3 rit sudah mencapai 1,49 gcm 3 untuk kedalaman 0-5 cm. Tentu saja hal ini akan memberikan respon yang jelek terhadap pertumbuhan. Semakin tinggi tingkat kepadatan tanah maka porositas tanah akan semakin kecil, sehingga kemampuan tanah untuk mendistribusikan air serta nutrisi tanaman akan terganggu. Tanah yang padat akan membatasi penetrasi akar tanaman. Penetrasi akar yang terhambat akan mengakibatkan berat, volume dan panjang akar tanaman menurun Hamzah, 1983. Sementara itu, Hasckaylo 1960, Kramer dan Kozlowski 1960, Grable dan Siemer 1968, Champion dan Barley 1996 dalam Poerwowidodo 1992, 61 menyatakan tanah yang padat mengurangi kapasitas menyekap air, mengurangi kandungan udara dan memberikan hambatan fisik yang besar pada penerobosan akar sehingga mengendalikan kapasitas kemampuannya memanen air, udara dan hara, seperti pengecilan matra daun dan batang, pemendekan ruas batang, pembesaran pangkal batang, pemudaran warna hijau daun dan pengguguran daun lebih dini sehingga tanaman berpenampilan kerdil dan memperlihatkan bentuk reset. Hal di atas sedikit tergambar dalam penelitian ini. Gambar 16. Lokasi Penanaman Tanaman Acacia mangium 62 Gambar 17. Lokasi Penanaman Tanaman Swietenia macrophylla Gambar 18. Lokasi Penanaman Tanaman Gmelina arborea 63 Gambar 19. Respon Pertumbuhan Tanaman Acacia mangium pada Bekas Jalan Sarad bulk density 1,49 gcm 3 dan Tanah Tak Terusik bulk density 1,32 gcm 3 Setelah 2 Bulan Penanaman. Gambar 20. Respon Pertumbuhan Tanaman Swietenia macrohylla pada Bekas Jalan Sarad bulk density 1,49 gcm 3 dan Tanah Tak Terusik bulk density 1,32 gcm 3 Setelah 2 Bulan Penanaman 64 Gambar 21. Respon Pertumbuhan Tanaman Gmelina arborea Pada Jalan Sarad bulk density 1,49 gcm 3 dan Tanah Tak Terusik bulk density 1,32 gcm 3 Setelah 2 Bulan Penanaman. 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN