merokok, imunodefisiensi eksogen atau endogen, dan infeksi persisten oleh HPV risiko tinggi Crum, Lester dan Cotran, 2007.
Insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika dibandingkan dengan kontrol
Crum, Lestran dan Cotran, 2007. Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan dengan wanita bukan perokok Dalimartha, 2004. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok.
Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi Edianto, 2006.
Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih tinggi pada
mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada wanita dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga meningkat dengan tingginya
paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat Mardjikoen, 2007. Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
dengan pemakaian kontrasepsi oral. Namun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko ini. Beberapa
studi yang lebih lanjut memer lukan konfirmasi atau menyangkal observasi mengenai kontrasepsi oral ini Rasjidi, Irwanto dan Sulistyanto, 2008.
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, sert a mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol Diananda, 2009.
2.1.9. Penatalaksanaan
Terapi dapat dilakukan setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan. Para klinisi umumnya akan memperhatikan stadium klasifikasi FIGO, derajat differensiasi,
jenis histopatologik, usia, keadaan umum penderita, dan komplikasi yang menyertai
Universitas Sumatera Utara
Chamim, 2006. Namun, pada kenyataannya angka rekurensi p ada pasien paska terapi yang adekuat masih tinggi, yakni sekitar 35 Greer dan Koh, 2002. Hal ini
tergantung dari: 1 stadium kanker, di mana pada stadium awal rekurensi lebih sering terjadi dibandingkan pada stadium lanjut, 2 metastasis ke kelenjar l imfe pelvis, 3
invasi stroma yang dalam, 4 usia, dan 5 jenis terapi yang diberikan H T et al., 2002.
Penatalaksanaan kanker serviks yang utama pada stadium awal yaitu stadium 1A sampai 2A adalah operasi radikal histerektomi + bisalpingoophorektomi bilateral
+ Lymphadenektomi pelvis bilateral. Operasi khusus seperti ini lazimnya dikerjakan oleh seorang ahli dibidang kanker kandungan onkolog -ginekolog.
Sedangkan penatalaksanaan pada stadium 2B keatas adalah radiasi atau kemoradiasi paliatif saja Sofian, 2011.
2.1.10. Pencegahan
Ada beberapa metode skrining yang dapat digunakan, tergantung dari ketersediaan sumber daya. Metode skrining yang baik memiliki beberapa persyaratan,
yaitu akurat, dapat diulang kembali reproducible, murah, mudah dikerj akan dan ditindak-lanjuti, akseptabel, serta aman. Beberapa metode yang diakui WHO adalah
sebagai berikut WHO, 2006 : 1. Metode Sitologi
a. Tes Pap konvensional Tes Pap atau pemeriksaan sitologi diperkenalkan oleh Dr. George Papanicolau sejak
tahun 1928. Sejak tes ini dikenal luas, kejadian kanker leher rahim dinegara -negara maju menurun drastis. Pemeriksaan ini merupakan suatu prosedur pemeriksaan yang
mudah, murah, aman, dan non -invasif. Beberapa penulis melaporkan sensitivitas pemeriksaan ini berkisa r anatara 78-93. Tetapi pemeriksaan ini tak luput dari hasil
positif palsu sekitar 16 -37 dan negatif palsu 7 -40. Sebagaian besar kesalahan tersebut disebabkan oleh pengambilan sediaan yang tidak adekuat, kesalahan dalam
proses pembuatan sediaan dan kesa lahan interpretasi Nuranna, 2005.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan sitologi cairan Liquid-base cytologyLBC Dikenal juga dengan Thin Prep atau monolayer. Tujuan metode ini adalah
mengurangi hasil negatif palsu dari pemeriksaan Tes Pap konvensional dengan cara optimalisasi teknik koleksi dan preparasi sel. Pada pemeriksaan metode ini sel
dikoleksi dengan sikat khusus yang dicelupkan ke dalam tabung yang sudah berisi larutan fiksasi. Keuntungan penggunaan teknik monolayer ini adalah sel abnormal
lebih tersebar dan mudah t ertangkap dengan fiksasi monolayer sehingga mudah dikenali. Kerugiannya adalah butuh waktu yang cukup lama untuk pengolahan slide
dan biaya yang lebih mahal Mannos, 2009.
2. Metode pemeriksaan DNA -HPV Deteksi DNA HPV dapat dilakukan dengan metode hibridisasi berbagai cara mulai
dari cara Southern Blot yang dianggap sebagai baku emas, filter in situ, Dot Blot, hibridisasi in situ yang memerlukan jaringan biopsi, atau dengan cara pembesaran,
seperti pada PCR Polymerase Chain Reaction yang amat sensitif Cuzick, 1995.
2.1.11. Prognosis