BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di dunia pada perempuan. Pada tahun 2002, prevalensi kasus kanker serviks di dunia mencapai 1,4 juta dengan
493.000 kasus baru dan 273.000 kematian. Dari data tersebut, lebih dari 80 penderita berasal dari n egara berkembang di Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub -
Saharan Afrika, America Tengah, dan Amerika Selatan Sankaranayanan, 2006. Data dari WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya 230.000 perempan meninggal
akibat kanker serviks dan 190.000 penderita berasal d ari negara berkembang Well et al., 2001. Insidens kanker serviks bervariasi dari 10100.000 dinegara barat sampai
40100.000 dinegara berkembang. Di Indonesia dengan perkiraan insidens 25 - 40100.000. Akan tetapi data tersebut diperkirakan tidak represen tative karena
penelitian tidak dilakukan diseluruh pusat pelayanan kesehatan dan hanya 25 -30 seluruh penderita yang datang ke fasilitas kesehatan De et al., 2004.
Di Indonesia sendiri, data tahun 2000 tentang kanker serviks menunjukkan bahwa penderita mencapai angka 28 persen Schellekens, 2004. Menurut Rahmi
2004 dalam Melisa 2013, di Sumatera Utara diperoleh data dinas kesehatan provinsi jumlah penderita kanker leher rahim pada tahun 1999 tercat at 475 kasus,
tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 681 kasus. Data dari laboratorium USU tahun 2002 terdapat 21 kasus, dari jumlah tersebut 17 kasus sudah
berada pada tingkat displasia atau sel -sel ganas. Di Rumah Sakit dr Pirngadi Medan t ahun 2000 menunjukkan bahwa kanker
leher rahim menempati urutan teratas dari seluruh kanker pada wanita. Pada tahun 1999 terdapat 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 600 kasus, dan tahun 2001 sebanyak 85
kasus, tahun 2002 sebanyak 85 kasus dan 2003 sebanyak 92 k asus, tahun 2004 sebanyak 72 kasus, dan 2005 sebanyak 98 kasus. Data dari RSUP Haji Adam Malik
Medan penderita kanker leher rahim tahun 2001 sebanyak 55 kasus, tahun 2002 sebanyak 53 kasus dan tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62
Universitas Sumatera Utara
kasus, tahun 2005 sebanyak 111 kasus dan tahun 2006 sebanyak 140 kasus, tahun 2007 sebanyak 215 kasus, tahun 2008 sebanyak 220 kasus, tahun 2009 sebanyak 231
kasus. Penelitian telah banyak dilakukan untuk menentukan penyebab apa saja dari
kanker serviks. Sejauh ini, Human Papilloma Virus HPV tipe 16 dan 18 diduga kuat sebagai etiologi utama melalui mekanisme mutasi gen yang diakibatkannya Edianto,
2006. Faktor risiko lain yang diketahui antara lain multiparitas, berganti -ganti pasangan seksual, kemampuan imunitas tubuh, usia pertama saat berhubungan
seksual, pengaruh kontrasepsi oral, rokok, riwayat sosial ekonomi, dan riwayat keganasan kanker serviks pada keluarga Greer dan Koh, 2002.
Diagnosis kanker serviks ditegakkan melalui hasil biopsi. Dari hasil biopsi i ni, dapat diketahui jenis histologik dan derajat differensiasi kankernya. Sekitar 80 jenis
yang sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa serviks uteri, sedangkan 10 - 15 adalah adenokarsinoma yang memiliki prognosis lebih buruk daripada
karsinoma sel squamosa Siregar, 2006. Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk
menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif American Cancer Society, 2009. Faktanya, semua penelitian di dunia menunjukkan bahwa skrining
untuk kanker serviks tidak hanya menurunkan angka kematian tapi juga menurunkan insidensi Creasman, 2007.
Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan American Cancer Society , 2009. Uji Pap Smear telah menurunkan angka kematian
akibat kanker serviks secara signifikan di Amerika Serikat, dengan angka kematian menurun 70 dari tahun 1950 -1970 dan 40 dari tahun 1970 -1995 Hillegas, 2006.
Besarnya penurunan mortalitas pada kanker serviks berhubungan langsung dengan proporsi dari populasi yang telah melakukan skrining Creasman, 2007.
Di Indonesia sendiri, pemeriksaan ini sudah lazim dianjurkan pada wanita yang berada pada kelompok usia berisiko untuk dilakukan secara berkala yaitu ½
hingga 1 tahun sekali. Hal ini adalah atas kepentin gan diagnosis dini karsinoma
Universitas Sumatera Utara
serviks uteri dan karsinoma korporis uteri Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008. Walaupun lazim dianjurkan, di Indonesia, insiden kanker serviks masih tinggi yaitu
sekitar 65 penderita berada dalam stadium lanjut Suwiyoga, 2007. Salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena jumlah wanita Indonesia yang
mendapatkan pelayanan ini masih terlalu sedikit. Ini adalah berdasarkan estimasi data yang dikeluarkan WHO tahun 2008, di mana dikatakan hanya 5 wanita di ne gara-
negara berkembang, termasuk Indonesia yang datang untuk mendapatkan pelayanan Pap Smear. Sedangkan di negara -negara maju, hampir 70 wanita melaksanakan
pemeriksaan ini Octavia, 2009. Sebuah penelitian yang dilakukan di kelurahan Petisah Tengah, Medan, 31.8 dari kelompok ibu yang diteliti memiliki pengetahuan
yang buruk dan hanya 5.5 kelompok ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Pap smear Octavia, 2009.
Dengan melihat angka wanita yang mengerjakan Pap smear masih cukup rendah di Indonesia, termasuk di Medan, serta jumlah kejadian kanker serviks yang
masih cukup tinggi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan kelompok ibu -ibu di daerah Komplek Pondok Surya tentang Pap smear
sebagai salah satu usaha dalam m encegah kanker serviks.
1.2. Rumusan Masalah