Selain untuk diagnosis dini tumor gana s, pemeriksaan sitologi vagina dapat dipakai juga secara tidak langsung mengetahui fungi hormonal karena pengaruh
estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan -perubahan khas pada sel -sel selaput lendir vagina.
Untuk deteksi tumor ganas bahan diambil den gan spatel Ayre atau dengan kapas lidi dari dinding samping vagina dan dari serviks. Kemudiaan dibuat sediaan
apus dikaca benda yang bersih dan segera dimasukkan kedalam botol khusus cuvette berisi etilalkohol 95. Diisi formulir dengan keterangan -keterangan
seperlunya. Setelah kira-kira satu jam, kaca benda dikeluarkan dan dalam keadaan kering dikirim ke laboratorium sitologi bersama -sama dengan formulir yang telah di
isi. Dilaboratorium sediaan dipulas menurut Papanicolaou atau menurut Harris - schorr.
Semua penderita dengan hasil pemeriksaan kelas III,IV, dan V perlu diperiksa ulang. Biasanya juga dibuat biopsi atau konisasi guna pemeriksaan histologik.
Dalam diagnostik hormonal oleh laboratorium dilaporkan pengaruh estrogen danatau pengaruh progesteron . Untuk mengetahui apakah ada ovulasi atau tidak dan
pada amenorea, dilakukan pemeriksaan berkala serial smear setiap minggu sampai 3-4 kali.
Peradangan dapat mengganggu penilaian diagnostik. Dalam hal demikian, peradangan harus diobati lebih dahulu dan
pemeriksaan sitologik diulang Wiknjosastro, 2008.
2.1.8. Faktor Resiko
Meskipun banyak wanita mengandung HPV, hanya sebagian yang menderita kanker serviks. Ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan pada risiko kanker.
Faktor risiko penting terjadiny a kanker invasif pada serviks adalah usia dini saat mulai berhubungan kelamin di bawah usia 16 tahun, memiliki banyak pasangan
seksual, pasangan seksual memiliki riwayat banyak memiliki pasangan seksual,
Universitas Sumatera Utara
merokok, imunodefisiensi eksogen atau endogen, dan infeksi persisten oleh HPV risiko tinggi Crum, Lester dan Cotran, 2007.
Insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika dibandingkan dengan kontrol
Crum, Lestran dan Cotran, 2007. Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan dengan wanita bukan perokok Dalimartha, 2004. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir serviks wanita perokok.
Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi Edianto, 2006.
Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih tinggi pada
mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada wanita dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga meningkat dengan tingginya
paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat Mardjikoen, 2007. Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
dengan pemakaian kontrasepsi oral. Namun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko ini. Beberapa
studi yang lebih lanjut memer lukan konfirmasi atau menyangkal observasi mengenai kontrasepsi oral ini Rasjidi, Irwanto dan Sulistyanto, 2008.
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, sert a mungkin juga
meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol Diananda, 2009.
2.1.9. Penatalaksanaan