Epidemiologi Diagnosis Kanker Serviks 1. Definisi

bisa menjadi lengkap dan anak lahir spo ntan. Selain itu, dapat pula terjadi ketuban pecah dini dan inersia uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Selain kemandulan, sering pula terjadi abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. A pabila penyakit ini tidak diobati, pada kira -kira dua pertiga diantar para penderita, kehamilannya dapat mencapai cukup bulan. Kematian janin dapat pula terjadi. Dahulu disangka bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan penyebabkan progn osis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008. Seorang yang merokok, maka akan lebih beresiko untuk mengalami kanker serviks sel skuamosa. Para peneliti tela h menemukan bahan kimia penyebab kanker benzopyrene dari asap rokok di lendir leher rahim wanita yang merokok. Mereka beranggapan bahwa bahan kimia ini merusak serviks. Ada sel -sel di lapisan leher rahim yang disebut sel -sel Langerhans yang secara khusus membantu melawan penyakit. Sel-sel ini tidak bekerja dengan baik pada perokok. Jika anda terinfeksi dengan HPV beresiko tinggi dan anda merokok, kemungkinan anda untuk memiliki sel-pra kanker atau kanker di leher rahim adalah sebanyak dua kali lipat. Sel -sel Langerhans yang kurang berfungsi, dan sering tidak mampu melawan virus dan melindungi sel-sel leher rahim dari perubahan genetik yang dapat menyebabkan kanker Cancer Research UK, 2009.

2.1.3. Epidemiologi

Saat ini di seluruh dunia diperkirakan le bih dari 1 juta perempuan menderita kanker leher rahim dan 3 -7 juta orang perempuan memiliki lesi prekanker derajat tinggi High Grade dysplasia Sankaranarayanan, 2001. Penelitian WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan 2 60.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90 diantaranya terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2008 diperkirakan setiap harinya ada 38 kasus baru kanker serviks dan 21 Universitas Sumatera Utara orang perempuan yang meninggal karena kanker serviks di Indonesia. Pada tahun 2025 diperkirakan kasus baru kanker serviks di Indonesia akan meningkat sebesar 74, sementara secara keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49. Pada tahun 2008, terdapat 530 202 kasus baru kanker serviks di seluruh dunia. Dengan jumlah itu berarti diperkirakan akan didapatkan sekitar 1 kasus baru kanker serviks setiap menitnya di dunia. Secara keseluruhan diperkirakan insidensi kanker serviks di seluruh dunia adalah sebesar 16,2 per 100 000 penduduk WHO, 2010. Angka insidens tertinggi ditemuk an di negara-negara Amerika bagian Tengah dan Selatan, Afrika Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Melanesia. Di Indonesia, kanker leher rahim merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan merupakan penyebab kematian utama pada perempuan dalam tig a dasa warsa terakhir Aziz, 2001. Data yang diperoleh di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2001 -2009 bahwa kasus kanker seviks tiap tahunnya meningkat Rahmi, 2004.

2.1.4. Diagnosis

Diagnosis defenitif ditegakkan berdasarkan :  Biopsi punch dari lesi serviks yang luas. Namun, masih kontroversi, apakah masih dilakukan bila telah ada bukti kanker serviks invasif dari pemeriksaan kolposkopi, dan apakah dilakukan pada semua lesi servikal yang dapat dideteksi dengan kolposkopi.  Evaluasi yang tepat dari a pusan normal, pemeriksaan sitologi vagina yaitu Pap smear diambil dari dinding vaginna atau dari serviks. Untuk deteksi diambil dengan spatel ayre atau kapas lidi kemudian dibuat sediaan apus kaca benda yang bersih dan segera diberi alkohol 95. Dikirim k e laboratorium.  Evaluasi kolposkopi, dua alat pembesar optik loupe yang ditempatkan pada penyangga. yang terbuat dari besi. Universitas Sumatera Utara  Biopsi kerucut Cone biopsy, dilakukan pada keadaan khusus terimester kedua dan diagnosis tidak dapat ditegakkan berdasarkan pem eriksaan lain Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2008.

2.1.5. Stadium dan Klasifikasi

Dokumen yang terkait

Gambaran Faktor-faktor Perilaku Ibu Dalam Pemeriksaan Pap Smear Di Poli Ginekologi RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012

3 49 142

Tingkat Pengetahuan Ibu-Ibu Tentang Pap Smear Sebagai Salah Satu Langkah Deteksi Awal Kanker Serviks Di Kelurahan Padang Bulan

1 44 73

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009

1 61 56

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu dalam Melakukan Tes Pap Smear Di Kelurahan Tugu Utara Pada Tahun 2013

0 9 79

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG PAP SMEAR DI DESA KAUMAN Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pap Smear Di Desa Kauman Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen.

0 1 15

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TENTANG PAP SMEAR DI DESA KAUMAN Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pap Smear Di Desa Kauman Kecamatan Tangen Kabupaten Sragen.

0 1 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KAN KER SERVIKS DENGAN PARTISIPASI IBU MELAKUKAN PAP SMEAR DI KELURAHAN TARAMAN SRAGEN.

0 0 3

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker Serviks Dengan Partisipasi Ibu Melakukan Pap Smear Di Kelurahan Taraman Sragen BAB I

0 0 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS UMBULHARJ0 1 YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan PAP Smear

0 0 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS UMBULHARJO II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kanker Serviks dengan Perilaku Pemeriksaan Pap

0 1 11