6 dan kepercayaan berkaitan dengan ciri – ciri kerja dan pengalaman – pengalaman
yang berkaitan dengan kerja yang ada pada pekerja – perkerja. Ia bina melalui keadaan kerja yang baik, upah yang tinggi dan layak dan peluang – peluang
kenaikan pangkat yang baik. Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepusan kerja adalah
“perasaan seseorang terhadap pekerjaan”.
2.2. Teori - teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley Yukl dalam bukunya As’ad 1991, secara umum ada tiga teori tentang kepuasan kerja yaitu :
1. Discrepancy Theory
Teori ini dipelopori oleh Porter 1961 dmana kepuasan ini diukur dengan menghitung selisih dari apa yang seharusnya dengan kenyataan yang ada
dirasakan. Kemudian Locke 1969 menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung pada discrepancy antara should be dengan apa yang
menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan.
2. Equit Theory
Pendahulu teori ini adalah Zaleznik 1958 dan dikembangkan oleh Adams 1963. Prinsip dari teori ini adalah bahwa puas atau tidaknya seseorang
itu tergantung pada apakah ia merasakannya adanya keadilan equity atau tidak atas suatu situasi. Perasaan puas atau tidak ini diperoleh dengan membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat yang lain. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka ia akan merasa puas. Bila
7 perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan, bisa menimbulkan
kepuasan tetapi bisa pula tidak misalnya pada orang moralis. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan, maka akan menimbulkan
ketidakpuasan.
3. Two Factor Theory
Teori ini berprinsip bahwa puas dan ketidakpuasan kerja adalah merupakan dua hal yang berbeda atau tidak merupakan suatu variabel yang
kontiniu. Teori ini dipelopori oleh Herzberg 1959. Herzberg membagi dua
kelompok yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya yaitu kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau hygiene
factors .
Satisfiers motivator atau intrinsic factor, job content dan motivator, adlah faktor – faktor atau situasi yang dibuktikan sebagai sumber kepuasan kerja
seperti achievement, regognition. work it self, responsibilty and advancement. Hadirnya faktor ini akan menimbulkan kepuasan tetapi tidak hadirnya faktor ini
tidak selamnya menimbulkan ketidakpuasan. Dissatifiers hygiene factors atau extrinsic factor, job content, adalah
faktor –faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan, seperti : company policy and administration, supervision, techinical, salary, interpersonal relations,
working condition, job security dan status .
Perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber