44
Cerita Yasuda tentang perjalanannya sangat menarik sehingga kita lupa waktu.
3. Menunjukkan perbandingan: “seperti, bagaikan”
Contoh:
山 新
い家 庭
場 い
大
Yamadashita-san no atarashii ie no niwa wa, gorufu-ba gurai no ookisa da.
Perkarangan rumah baru Yamashita bagaikan lapangan golf.
2.6 Defenisi Semantik dan Jenis-Jenis Semantik
Terdapat empat komponen besar dalam mempelajari bahasa, yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen kalimat dan komponen makna.
Komponen bunyi dipelajari dalam bidang fonologi, komponen kata bentuk kata dipelajari dalam bidang morfologi, komponen susunan kalimat dipelajari dalam
sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik. Kata
semantik dalam bahasa Indonesia Inggris : semantics berasal dari bahasa Yunani sema kata benda yang berarti tanda atau lambang. Yang
dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik. Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah
yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda- tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang
studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti
Chaer, 1995: 2
Universitas Sumatera Utara
45
Berbicara mengenai makna, maka sama halnya berbicara mengenai semantik. Menurut Djajasudarma 2006:13 makna adalah pertautan yang ada
diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata-kata. Setiap unsur kata tentunya memiliki makna dan fungsinya masing-masing.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menyatakan fungsi sebagai kegunaan sesuatu hal; peran sebuah unsur bahasa dalam satuan yang lebih
luas. Sedangkan makna ialah arti; maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan
oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama yang digunakan oleh lawan bicara.
Seperti halnya pada partikel bakari, hodo, dan kuraigurai, makna ketiga partikel tersebut dalam bahasa Indonesia ialah “kira-kirapaling-paling”. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga menyatakan makna “kira- kirapaling-paling” sebagai berikut:
Kira-kira yaitu pendapat yang hanya berdasarkan dugaan atau perasaan,
bukan berdasarkan bukti nyata; sangka; hitung; taksir.
Paling-paling yaitu hal yang menyatakan segala sesuatu yang terlampau besar atau terlampau kecil.
Berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan
oleh pembicara dalam komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicara.
Universitas Sumatera Utara
46
Sutedi 2008: 111 menjelaskan bahwa dalam bahasa Jepang, makna sebagai objek kajian semantik antara lain mengenai makna kata go no imi, relasi
makna go no imi kankei antara satu kata dengan kata lainnya, makna frase dalam idiom ku no imi dan makna kalimat bun no imi.
Dalam perannya untuk membahas makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya
masing-masing. Chaer 2007: 289 mengemukakan beberapa jenis makna:
1. Makna Leksikal
Makna Leksikal adalah makna yang dimililki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini
adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya. Oleh karena itu, banyak orang
mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada di dalam kamus.
2. Makna Gramatikal
Makna Gramatikal adalah makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
3. Makna Kontekstual
Makna Kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam sebuah konteks.
Misalnya dalam kalimat:
Adik jatuh dari sepeda. dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah
Universitas Sumatera Utara
47
4. Makna Refrensial
Makna Refrensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada refrensi atau acuannya. Kata-kata yang bermakna refrensial memiliki
acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah,dan sebagainya. 5.
Makna Non Refrensial Makna Non Refrensial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau
refrensi. Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata yang tidak bermakna refrensial, karena tidak mempunyai referens.
6. Makna Denotatif
Makna Denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini
sama dengan makna leksikal. 7.
Makna Konotatif Makna Konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna
denotatif yang ada pada sebuah leksem. 8.
Makna Konseptual Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna sebenarnya.
9. Makna Asosiatif
Makna Asosiatif adalah makna yang dimililki sebuah leksem atau kata yang berkaitan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang
berada diluar bahasa. Misalnya kata “merah” berasosiasi dengan “keberanian”, kata “hitam” berasosiasi dengan “kejahatan”.
Universitas Sumatera Utara
48
10. Makna Kata
Makna Kata adalah makna yang lebih jelas dimiliki oleh suatu kata jika kata tersebut sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks
situasinya. 11.
Makna Istilah Makna Istilah adalah makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Namun
perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada bidang- bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
12. Makna Idiom
Makna Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun
secara gramatikal. 13.
Makna Pribahasa Makna Pribahasa adalah makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak
dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan makna pribahasa.
Leech 2003: 19 membedakan makna ke dalam tujuh tipe, diantaranya: 1.
Makna Konseptual Makna Konseptual disebut juga makna denotatif atau makna kognitif.
Dalam pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral
Universitas Sumatera Utara
49
dalam komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.
2. Makna Konotatif
Makna Konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual.
3. Makna Stilistik dan Afektif
Makna Stilistik merupakan makna sebuah sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya. Sedangkan makna afektif merupakan
makna yang secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakan.
4. Makna Refleksi dan Makna Kolokatif
Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kata
terhadap pengertian lain. Sedangkan makna kolokatif adalah makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan
oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. 5.
Makna Asosiatif Makna reflektif dan makna kolokatif, makna efektif dan makna stilistik:
kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna konseptual; semua jenis di atas memiliki karakter terbuka, tanpa batas dan
memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak dan bukannya suatu analisis yang diskret. Kesemua tipe tersebut bisa disatukan
ke dalam kategori besar, yaitu makna asosiatif. 6.
Makna Tematik
Universitas Sumatera Utara
50
Makna Tematik adalah makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan, fokus
dan penekanan.
Sedangkan Sutedi 2008: 115 mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya:
1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah jishoteki-imi
辞書的意味 atau goiteki-imi
語彙的意味 . Makna leksikal
adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa
juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko 猫
dan kata gakkou
学校 memiliki makna leksikal: kucing dan sekolah
Makna Gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi 文 法 的 意 味
yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, Joshi
助 詞 partikel dan jodoushi
助 動 詞 kopula tidak memililki makna leksikal, tetapi memiliki makna
gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. 2.
Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna Denotatif dalam bahasa Jepang disebut juga meijiteki imi
明 示 的 意 味 atau gaien
外 延 , yaitu makna yang berkaitan dengan
dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.
Universitas Sumatera Utara
51
Makna Konotatif disebut juga anjiteki imi 暗 示 的 意 味
atau naihou
包 yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran
pembicara dan lawan bicaranya. 3.
Makna Dasar dan Makna Perluasan Makna dasar disebut dengan kihon-gi
基本儀 merupakan makna
asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.
Makna perluasan disebut dengan ten-gi 転義
merupakan makna yang mucul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat
penggunaan secara kiasan atau majas hiyu.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB III
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL BAKARI, HODO, DAN KURAIGURAI PADA KALIMAT BAHASA JEPANG
DALAM MAJALAH WOCHI KOCHI EDISI 30 DAN 32
3.1 Fungsi dan Makna Partikel Bakari