Standar Penilaian tentang laporan penilaian real estat. Standar Penilaian tentang penilaian Mesin dan Peralatan

1 Penilai Harus menggunakan pendekatan perbandingan data pasar, kalkulasi biaya atau kapitalisasi pendapatan apabila datanya tersedia. 2 Pendekatan penilaian harus ditetapkan secara konsisten dalam suatu proses penilaian. 3 Dalam hal penilaia tidak dapat mempergunakan salah satu pendekatan tersebut diatas, maka penilaia memberikan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4. Standar Penilaian tentang laporan penilaian real estat.

Dalam setiap laporan penilaian real estat penilaia harus menjelaskan, mencantumkan, dan melampirkan hal-hal sebagai berikut : 1 Pemberi tugas dan atau pemilik real estat yang dinilai 2 Tanggal penilaian dan tanggal laporan 3 Identifikasi real estat yang dinilai 4 Tujuan dan ruang lingkup penilai 5 Defenisi yang digunakan 6 Uraian mengenai identifikasi lokasi, peruntukan tanah dan rencana- rencana tata kota, data lingkungan serta fasilitas-fasilitas yang tersedia. 7 Pendekatan penilaian yang digunakan 8 Uraian teknis estat yang dinilai meliputi a. Tanah : surat bukti pemilikan, luas, bentuk, ukuran, evaluasi b. Bangunan : jenis penggunaan, struktur, bahan yang dipakai, luas, tahun bangunan, pemeliharaan, kondisi, izin mendirikan bangunan. Universitas Sumatera Utara 9 Hasil penilaian akhir, termasuk nilai-nilai indikasi yang didapat dari penggunaan pendekatnya dan metode penilaian yang ada 10 Asumsi dan syarat pembatasan 11 Foto-foto , gambar situasi dan peta lokasi properti yang dinilai

5. Standar Penilaian tentang penilaian Mesin dan Peralatan

a. Prosedur Penilaian Dalam melakukan pemeriksaan atas mesin dan peralatan seorang penilai wajib mengikuti prosedur sebagai berikut : 1 Penilai harus mengidentifikasi sebaik-baiknya mesin dan peralatan yang dinilai 2 Penilai harus mengidentifikasi status kepemilikan mesin dan peralatan tersebut. 3 Penilai harus mempertimbangkan tujuan dan rencana penggunaan laporan pernilaian 4 Penilai harus menentukan jangka waktu proses pengumpulan data 5 Penilai harus mengidentifkasi tanggal efektif penilaian 6 Penilai harus melakukan pemeriksaan secara fisik mengidentifkasi dan menguraikan spesifikasi teknis mesin dan peralatan secara garis besar 7 Penilai bertanggung jawab atas keakuratan pemeriksaan 8 Penilai yang melakukan pemeriksaan lapangan harus menandatangani dan membubuhkan tanggal pada laporan hasil pemeriksaannya. 9 Penilaian harus menentukan nilai atas dasar tunai Universitas Sumatera Utara 10 Penilai harus mempertimbangkan kondisi lingkungan dimana mesin dan peralatn dan dinilai berada. 11 Penilai harus mempertimbangkan produktivitas dan efisiensi srta pemeliharaan mesin dan peralatan 12 Dalam pemeriksaan mesin dan peralatan, penilai harus meyakini bahwa semua kondisi mesin dan peralatan yang secara rinci terlihat dilaporkan dengan akurat. b. Pendekatan Penilaian Penilaian harus mempergunakan pendekatan perbandingan data pasar, kecuali jika data pembanding tidak tersedia, penilaia dapat mempergunakan pendekatan kalkulasi biaya. Dari kode etik penilaian Indonesia dan SPI terdapat beberapa pokok pikiran yang perlu diperhatikan oleh setiap penilai adanya perusahaan jasa penilai yaitu : 1 Etik profesional dalam dunia penilaian yang mengutamakan kepentingan masyarakat konsumenya. 2 Etik Profesional juga mengandung maksud menjamin bahwa pengalaman profesi yang dilakukan harus senantiasa dilandasi niat yang luhur dan dengan cara yang benar 3 Dengan etik tersebut perlindungan dan penjagaan terhadap citra suatu profesi penilai ikut menentukan keberhasilan suatu upaya pelayanan kepada klien. Universitas Sumatera Utara 4 Etik profesional bertujuan memelihara kelestarian dari profesi penilai sendiri. Dengan demikian pentingnya kode etik dan SPI tersebut, tidak saja untuk melindungi masyarakat dari perbuatan penilaia yang tidak bertanggun gjawab tetapi juga melindungi penilai dan perusahaan jasa penilai sendiri. B. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Jasa Penilai yang Melanggar Kode Etik Penilaian, apabila Melawan Hukum dan Wanprestasi sehingga Menimbulkan Kredit Macet pada Pihak Bank. Dalam peraktek Usaha Jasa Penilai, terbuka kemungkinan Penilai atau Perusahaan Penilai melakukan perbuatan tidak sesuai dengan kode etik dan cara penilaiaan. Orang-orang seperti itu dapat dimintai pertanggungjjawaban hukum seandainya masyarakat dirugikan. Pertanggungjawaban tersebut tidak saja terhadap masyarakat, tetapi juga terhadap integritas penilaiaan,asosiasi, dan sesama penilai. Mengenai dalam pertanggungjawaban ini kita dapat mengetahui dari kode etik GAPPI. Kode etik adalah kaedah profesi yang dibuat oleh anggota profesi melalui consensus dan berlaku untuk anggota kelompok. Yang menjadi kekuatan mengikat kode etik terhadap anggota yang melakukan pelanggaran maka dari itu anggota GAPPI memiliki beberapa pertanggungjawaban berdasarkan kode etik.. a. Tanggung Jawab terhadap Integritas Perusahaan Penilai yaitu : 1. Perusahaan penilai harus cukup mempunyai penilai dengan keahlian khusus yang diperlukan untuk melakukan perkerjaan penilaiaan, Universitas Sumatera Utara seperti yang dikehendaki oleh pelanggan, apabila perusahaan penilai merasa bahwa ruang lingkup keahliannya tidak mencukupi untuk melakukan pekerjaan yang di tugaskan kepadanya seharusnya perusahaan penilai menolak pekerjaan ini. 2. Perusahaan penilai harus berusaha untuk meningkatakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan penilaiaan dalam pekerjaan penilaiaan. 3. Perusahaan penilai harus mampu mengekang diri untuk membatasi kepentingan pada upah jasa yang menjadi haknya. Perusahaan penilai sekali-kali tidak akan mempunyai kepentingan lain di luar upah yang ditentukan bersama antara Perusahaan Penilai dan Pelanggan. b. Tanggung Jawab terhadap Pelanggan 1. Tanggung jawab utama dari Perusahaan Penilai terhadap pelanggannnya adalah memberikan penilaiaan yang lengkap dan teliti dan bertanggungjawab tanpa menghiraukan keinginan –keinginnan pelanggan yang sifatnya mengubah hasil penilaiannya yang objektif. Hubungan antara Perusahaan Penilaia dan Pelanggan bukanlah hubungan antara principal dan agen, meningatkan tanggung jawab Perusahaan Penilai yang lebih luas lagi terhadap masyarakat dan pihak ketiga. 2. Perusahaan Penilai harus merahasiakan hasil penilainnya kepada pihak mana pun. Laporan Penilaiannya adalah hak milik pelanggan. Oleh karenanya, perusahaan penilai tidak dapat menggunakan laporan ini Universitas Sumatera Utara sebagai referensi atas kemampuan pekerjaan dan tidak dapat mengumumkannya tanpa persetujuan dari pelanggan. 3. Apabila jasa penilai diperlukan dalam rangka suatu perselisihan, perusahaan penilai tidak akan menyembuyikan kenyatan-kenyataan data dan pendapat-pendapat dengan maksud menguntungkan pelanggan. 4. Apabila dua pihak minta bantuan jasa penilai untuk melakukannya pada proyek yang sama, perusahaan penilai hanya menerima penguasa dari salah satu pihak saja, kecuali apabila kedua belah pihak menyetujui bahwa perusahaan penilai bekerja untuk kedua belah pihak. 5. Perusahaan penilai harus dapat memeberikan penjelasan kepada pelanggan mengenai luasnya ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukannya sesuai dengan tujuan pelanggan-pelanggan atas dasar ini perusahaan penilai harus dapat memberikan perkiraaan upah jasa yang dikehendakinya. 6. Upah jasa semata-mata harus didasarkan atas jumlah jam yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan penilaian. Ini tidak mengurangi kemungkinan bahwa penugasan pekerjaan diterima oleh kedua belah pihak, asal perkiraan besarnya upah ini didasarkan atas perkiraan jumlah jam yang diperlukan dan tarif yang lazim berlaku. Universitas Sumatera Utara c. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat 1. Perusahaan penilai mempunyai tanggung jawab mutlak untuk tidak memberikan angka-angka penilaiaan yang keliru angka-angka sebagai hasil pekerjaan penilaiaan dapat keliru dua kali : a Penilaiaan keliru karena angka-angka yang diperkirakan adalah keliru, yang antara lain disebabkan karena tidak cermatnya meneliti angka-angka yang akan dipakai dalam penilaiannya dan tidak cermatnya menyaring informasi yang diperolehnya sebagai bahan- bahan peneliti. b Penilaiannya keliru karena titik tolak berpikirannya dalam pendekatan persoalan penilaian adalah keliru sekalipun data informasi dan angka-angka adalah tepat. Kedua macam kekeliruan ini tidak tanggung jawab mutlak dari Perusahaan Penilai. 2. Perusahaan Penilai harus kompeten untuk melakukan pekerjaan- pekerjaan penilaiaan seperti yang ditawarkan olehnya kepada calon- calon pelanggan. 3. Perusahaan Penilai harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang telah membrikan kepercayaan kepadanya, bahwa dia akan bertindak jujur dan objektif dalam melakukan profesinya. 4. Apabila pelanggan menggunakan laporan penilaiaan sebagai dasar dari tindakan-tindakan dan transaksi-transaksi, dan oleh karenanya laporan Universitas Sumatera Utara penilaian ini jatuh pula ke tangan pihak ketiga, kejujuran dan objektivitas laporannya di jamin sekalipun terhadap pihak yang bukan pelanggannya dan bukan pemberi tugas kepadanya. 5. Kecuali tanggung jawabnya terhadap pihak ketiga seperti yang tercantum pada nomor 4 di atas, perusahaan penilai bertanggung jawab atas laporan penilaiaannya kepada masyarakat luas. a Tanggung Jawab terhadap Sesama Perusahaan Penilai b Perusahaan Penilai tidak dibenarkan untuk mencemarkan atau mencoba mencemarkan nama baik perusahaan penilai lainnya dengan memberikan ucapan-ucapan atau pernyataan-pernyataan yang tepat merugikan nama baik perusahaan penilai lainnya. c Perusahaan penilai tidak dibenarkan untuk mnawarkan upah yang lebih rendah kapada calaon pelanggan tertentu yang telah memperoleh penawaran dari perusahaan lain dengan harga tertentu yang kebetulan diketahui. d Perusahaan penilai tidak dibenarkan untuk mencoba menggeser penugasan perusahaan penilai lain dengan mengajukan dirinya sendiri dengan cara dan dalih apa pun. Apabila kita analisis kode etik GAPPI yang terdapat 4 macam pertanggungjawaban penilai dan perusahaan penilai yaitu pertanggungjawaban terhadap integritas perusahaan penilai, Pelanggan, Masyarakat dan sesama Perusahaan Penilai. Namun kode etik hanya merupakan pedoman moral bagi penilai dalam melakukan praktek kegiatan penilai. Kode etik ini merupakan aturan Universitas Sumatera Utara yang disepakati bersama untuk dipedomani dan ditaati oleh penilai dan perusahaan jasa penilai dan apabila terjadi pelanggaran, maka mereka akan mendapat sanksi, paling tidak mereka dikeluarkan dari asosiasi. Oleh sebab itu ketentuan hukum yang ditegaskan adalah untuk memberikan sanksi kepada pelaku malpraktek penilaian, namun dengan demikian malpraktek penilaiaan ini terjadinya di sebabkan oleh Penilai tetapi dapat juga disebabkan oleh orang yang memiliki barang melalui kerja sama kolusi. Dari pengertian pertanggung jawab di atas terdapat perbuatan lanjutan yang berbeda dengan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Perbuatan lanjutan tadi membawa akibat baru, akibat tersebut pada umumnya diwujudkan dalam bentuk ganti rugi material berupa : a. Ganti rugi dalam bentuk uang. b. Ganti kerugian dalam bentuk natura yang dilakukan atau pengembalian pada keadaan semula. c. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan bersifat melawan hukum. d. Larangan untuk melakukan perbuatan. e. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum. f. Pengumuman keputusan atau dari sesuatu yang telah diperbaiki. Dalam kaitannya dalam perbuatan hukum, pertanggungjawaban hukum dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu : a. Pertanggungjawaban Perdata. b. Pertanggungjawaban Pidana. c. Pertanggungjawaban Administrasi. Universitas Sumatera Utara Dalam kegiatan Prusahaan Jasa Penilai, ketiga pertanggungjawaban hukum di atas dapat dikenakan kepada Perusahaan Jasa Penilai seandainya pemakai jasa merasa hasil penilaiaan tersebut pihaknya merugikan pihaknya. Pada dasarnya subjek hukum dikenakan pada ketiga pertanggungjawaban hukum tersebut. Pertanggungjawaban perdata akan selalu berhubungan dengan tindakan melawan hukum atau melanggar hukum sehingga membuat pihak lain menderita kerugian. Berdasarkan pada pasal 1365 KUHPerdata bahwa : Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian tersebut. Dari ketentuan pada pasal 1365 KUH Perdata ada empat unsur perbuatan melawan hukum atau melanggar hukum yaitu : 1 Adanya perbuatan yang melawan hukum Onrecht Matigedaad 2 Harus ada kesalahan 3 Harus ada kerugian yang ditimbulkan 4 Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian Keempat unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yaitu setiap perbuatan yang melawan hukum karena kesalahan mengakibatkan oaring lain dirugikan, maka ia harus menggantikan kerugian yang diderita orang lain., namun harus ada hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian. Kerugian tidak akan diganti apabila tidak ada hubungan dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh si pelaku. Universitas Sumatera Utara Timbulnya kerugian akibat dari tidak terlaksananya perjanjian yang telah disepakati, oleh karena itu apabila perjanjian penilaian telah memenuhi syarat- syarat yang tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata maka : 1. Isi perjanjian itu mengikat para pihak sebagai Undang-Undang 2. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa izin dari pihak lain kecuali ditegaskan dalam perjanjian 3. Perjanjian yang telah disepakati harus dilaksanakan dengan baik, yang berarti dalam pelaksanaan prestasi harus jujur, rela, dan segera 4. Para pihak tidak saja terikat oleh apa yang tercantum secar tegas dalam isi perjanjian 5. Para pihak tidak saja terikat oleh apa yang dicantumkan secara tegas dalam perjanjian, juga oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang Perusahaan penilai juga melakukan penilaian sesuai dengan pesanan pemakai jasa, dengan mendapat imbalan jasa yang merupakan kewajiban dari pemakai jasa sesuai dengan dengan perjanjian yang dibuat bersama. Dengan demikian suatu tanggung jawab yang dibebankan kepada masing-masing pihak. Baik perusahaan penilai maupun pemakai jasa haruslah diliahat dari isi perjanjian yang dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum pada kitab KUH Perdata terutama pasal 1320, pasal 1338 dan pasal 1601 KUH Perdata. Dengan adanya pertanggungjawaban hukum perusahaan penilai di bidang hukum perdata, maka terdapat dua bentuk pertanggungjawaban yaitu : 1. Pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum Universitas Sumatera Utara 2. Pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi Pada dasarnya pertanggungjawaban perdata bertujuan untuk memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita, di samping itu juga mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Itulah sebabnya baik wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum merupakan dasar untuk menuntut tanggung jawab perusahaan penilai. Tanggung jawab karena kesalahan merupakan bentuk klasik pertanggungjawaban perdata berdasarkan tiga prinsip yang diatur dalam Pasal 1365, pasal 1366, pasal 1367 KUH Perdata. Menurut Bapak Dodi Ansharri ST.MAPPI Pimpinan Cabang Medan Perusahaan Jasa Penilai dapat diminta pertanggung jawaban secara perdata apabila terbukti melakukan kesalahan atau wanprestasi dalam kegiatan penilaian sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank. Sedangkan kesalahan yang timbul akibat pelanggaran kode etik penilaian maka penilaian dapat dikenakan sanksi oleh dewan penilai 52 . Dalam kegiatan perusahaan jasa penilai terbuka kemungkinan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik dan cara penilaian. Pertanggung jawaban tersebut tidak hanya terdapat di masyarakat tetapi juga kepada integritas penilaian, asosiasi dan peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannta dengan sesama penilai mengenai pertanggung jawaban ini telah diatur dalam kode etik MAPPI. 52 Wawancara dengan Bapak DodI Ansharri ST.MAPPI Pimpinan Perusahaan Jasa Penilai Cabang Medan, Tgl 2 Agustus 2011. Universitas Sumatera Utara

C. Penyusunan Perusahaan Jasa Penilai dalam Kebijakan Kredit di Bank