Pengaturan Perusahaan Jasa Penilai

3. Commercial Property, sperti pertokoan, perkantoran, perhotelan, apartement, kawasan industri, pertambangan, perkebunan, dan lain sebagainya. 4. Perusahaan yang akan go public. 5. Objek Pajak Bumi dan Bangunan PBB.

2. Pengaturan Perusahaan Jasa Penilai

Kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan seperti mengadakan perjanjian penilaian tetapi juga kegiatan administrasi yang harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian. Dasar hukum untuk mengatur dan membina usaha jasa penilai di Indonesia tersebar pada berbagai peraturan yang terkait dengan badan usaha seperti : a. Ketentuan Umum : Yaitu pengaturan secara umum berlaku terhadap perusahaan jasa penilai, seperti : 1. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 2. UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata. 4. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD. b. Khusus. Yaitu Peraturan yang terkaita langsung dengan kegiatan Perusahaan Jasa Penilai, peraturan tersebut adalah. Universitas Sumatera Utara 1. Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perdagangan No. 56th1971 103 AKpV71 tanggal 19 Mei 1971 Tentang Ketentuan Kewenangan dalam memberikan izin usaha perdangangan. 2. Keputusan Menteri Perdangangan No. 161KpVI77 Tentang Ketentuan Perizinan Usaha Penilai. 3. Keputusan Menteri Perdagangan No. 04KpI80 tanggal 7 Januari 1980 Tentang Kententuan Golongan Usaha, Uang Jaminan dan Biaya Administrasi. 4. Keputusan Menteri Keuangan No. 57KMK.0171996 Tentan Jasa Penilai, tanggal 6 Februari 1996. 5. Keputusan Direktur Jendral Lembaga Keuangan No. KEP- 3058lk1998 Tentang Peraturan Pelaksanaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 57KMK.0171996 Tentang Jasa Penilai, tanggal 9 Juni 1998. Kalau kita mencermati peraturan-peraturan diatas, ada dua ketentuan baru yang secara langsung mengatur tentang usaha jasa penilai, yaitu Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 57KMK.0171996 tentang jasa penilai yang mengatur tentang bentuk uasaha jasa penilai, perizinan, pembinaan dan pengawasan, dan juklak SK Menkue No. 57 yaitu Surat Keputusan Direktur Jendaral Lembaga Keuangan No. KEP 3058LK1998 tentang Peraturan Pelaksanaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 57KMK.0171996 tentang Jasa Penilai. Menkue No. 57KMK.0171996 baru dapat dilaksanakan setelah peraturan pelaksanaanya ditertibkan. Hal ini ditegaskan dalam pasal 24 SK Universitas Sumatera Utara 57KMK.0171996 bahwa : Pelaksanaan Putusan ini diatur lebih lanjut oleh Direktur Jendral. Dengan demikian, SK Menkue 57KMK.0171996 cukup lama menunggu penerbitan peraturan pelaksanaanya tersebut lebih kurang dua tahun, sedangkan diisi lain perkembangan dan permasalahan dibidang bisnis aset yang berkaitan dengan jasa penilai suadah mulai bermunculan Selain peraturan- perturan diatas, Perusahaan dalam melakukan penilaian berpedoman pada standart Penilaian Indonesia SPI. SPI adalah pedoman dasar pelaksanaan tugas penilaian secara professional yang sangat penting artinya bagi seorang penilai untuk menghasilkan kajian berupa analisis, pendapat dan saran-saran dengan menyajikannya dalam bentuk laporan penilaian, sehingga tidak akan terjadi salah tafsir bagi pemakai jasa dan masyarakat pada umumnya 41 Kode Etik adalah kumpulan asas nilai yang berkenaan dengan ahklak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat . Sedangkan dalam melaksanakan tugasnya, seorang penilai tunduk kepada Kode Etik Penilaian Indonesia, yang ditetepkan oleh Asosiasi. 42 41 Standar Penilaian Indonesia SPI 2002, halaman 8. 42 Departemen P K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1997. . Dengan demikian, Kode etik profesional adalah kaidah yang berlaku dalam kelompok profesional yang bersangkutan. Kode etik penilaian adalah kaidah profesi yang dibuat oleh anggota profesi melalui consensus dan berlaku untuk waktu tertentu mengenai hal tertentu. Dalam kegiatan usaha jasa penilai, landasan kerja penilaiannya adalah Kode etik GAPPI Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia. Kode Etik GAPPI berisi kaidah tentang bagaimana : Universitas Sumatera Utara

3. Tanggung Jawab Terhadap Integritas Pribadi.