Implementasi Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

YESSICA TRI ANGELINE SITUMORANG 100200135

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ii

IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI OLEH PERUSAHAAN JASA PENILAI

TERKAIT PENAWARAN SAHAM PERDANA

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

YESSICA TRI ANGELINE SITUMORANG 100200135

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(Windha S.H., M.Hum.) NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution S.H., M.Hum Dr. Mahmul Siregar S.H., M.Hum NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

iii

Implementasi Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana

ABSTRAK

Yessica Tri Angeline Situmorang Bismar Nasution**

Mahmul Siregar***

Prinsip transparansi (keterbukaan) oleh perusahaan jasa penilai dalam penawaran saham perdana merupakan hal yang penting bagi investor untuk mengambil keputusan apakah akan membeli suatu Efek atau tidak dari perusahaan

go public berdasarkan atas laporan yang disampaikan oleh perusahaan jasa penilai

dari hasil penilaiannya terhadap harta perusahaan tersebut yang dilampirkan dalam dokumen propektus secara transparan. Keterbukaan ini juga menjadi sangat penting dikarenakan sebagian besar calon investor tidak cukup paham mengenai cara membaca dan menganalisis prospektus sebelum mengambil keputusan. Hal inilah yang kemudian menimbukan pertanyaan mengenai penerapan prinsip keterbukaan, hingga mengenai pelaksanaan pekerjaan profesi penilai dalam penawaran saham perdana. Namun, seiring dengan pelaksanaan tugas penilaian oleh profesi penilai yang seringkali mengabaikan prinsip transparansi, kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai tanggung jawab hukum penilai dalam implementasi prinsip transparansi di penawaran saham perdana.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer, data sekunder, dan data tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara normatif kualitatif.

Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari penilai. Ditinjau dari berbagai sisi, profesi maupun usaha jasa penilai masih menyimpan berbagai macam problematika, mulai dari ketersediaan tenaga penilai masih tidak sebanding dengan kebutuhan dan tuntutan pasar, kurangnya pendidikan bagi profesi penilai, kompetensi profesionalitas dan integritas dari profesi penilai yang sering diabaikan, dan yang cukup penting adalah mengenai penerapan prinsip transparansi oleh penilai dalam menjalankan kegiatan penilaian. Jasa penilai sebagai salah satu profesi penunjang di pasar modal merupakan profesi yang penting bagi perusahaan yang go public, sebab laporan yang dibuat oleh jasa penilai menjadi sumber informasi utama dan satu-satunya mengenai aktiva suatu perusahaan dan menjadi salah satu tolak ukur bagi investor mengenai potensi dari perusahaan yang akan menjadi tempat baginya untuk menginvestasikan modalnya. Untuk itulah ditekankan mengenai perlunya prinsip transparansi sebagai upaya untuk memberikan perlindungan bagi semua pihak yang terkait dalam penawaran saham perdana, terutama pihak investor. Dalam melakukan penilaian dan membuat laporan penilaian, profesi penilai belum memiliki payung hukum setingkat Undang-Undang yang secara khusus mengatur


(4)

iv

usaha jasa penilai dan profesi penilai, sehingga diharapkan Pemerintah dapat segera membentuk dan memberlakukan Undang-Undang tersebut. Selain penerapan prinsip transparansi, dalam melaksanakan tugasnya profesi penilai juga harus berpedoman pada standar-standar penilaian dan kode etiknya. Kemudian, apabila dalam melaksanakan tugasnya ditemukan adanya pelanggaran baik disengaja maupun akibat suatu kelalaian dapat dikenakan sanksi pidana, perdata, maupun sanksi administratif.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat yang telah diberikan-Nya selama ini, sehingga Penulis bisa menyelesaikan karya tulis skripsi ini dengan baik dan benar.

Penulisan Skripsi yang berjudul: Implementasi Prinsip Transparansi

Oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana adalah

guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik dari para pembaca skripsi ini. Kelak dengan adanya saran dan kritik tersebut, maka penulis akan dapat menghasilkan karya tulis yang lebih baik dan berkualitas, baik dari segi substansi maupun dari segi cara penulisannya.

Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Penulis yang telah membesarkan, mendidik, dan mendukung Penulis hingga bisa menyelesaikan pendidikan formal Strata Satu (S1) ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).


(6)

vi

3. Bapak Syarifuddin Hasibuan, S.H., M.Hum.,DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

4. Bapak OK. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

5. Ibu Windha, S. H., M. Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi dan Dosen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala saran dan kritik yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Ramli Siregar, S.H., M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Departemen Hukum Ekonomi. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas ilmu yang telah diberikan dalam perkuliahan.

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum., Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi dan Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan, kritikan, saran, bimbingan, dan dukungan yang sangat berarti dan bermanfaat hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

9. Prof. Dr. Tan Kamello S.H., M.S., selaku Dosen Wali. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas segala bantuan sejak baru menjadi mahasiswa sampai sekarang selesai menyelesaikan pendidikan.


(7)

vii

10. Para Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh staf administrasi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa mendidik dan membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Ayah dan Ibuku tercinta, E. P. Situmorang, S.E. dan Elderisma R.M.L. Tobing, yang telah memberikan doa, cinta kasihnya, dan semangat yang tiada hentinya bagi saya.

12. Kakak2 dan adikku, Pratiwi Prima Ekasari Situmorang, S.E. Ak., M. Ak., Sawitania Christiany Dwi Utami Situmorang, S.P., dan Simon Jeffri Halomoan Kurniawan Situmorang, yang telah menjadi semangat bagi Penulis dan setia mengiringi dengan doa-doanya.

13. Teman-teman seperjuanganku, Theodorus Hutasoit, Defina, Dessy, Melissa, dan seluruh IMAHMI serta rekan-rekan stambuk 2010. Tetap semangat dan sukses selalu buat kita semua.

14. Sahabat terkasihku Hasnita Sihombing, Yuni Damanik, dan Alm. Nurmawati Pakpahan, Novika, Kastro, Dina, Michael, Liandyka, Fiona, Juliani, Advend. Tetap setia berpegang pada firman Tuhan, “Pengkhotbah 3:11”

15. KMK FH USU, PKK ku Kak Yenni, dan adik-adikku KK Eucharist: Delima, Dikson, Octry, Riska, dan Yola atas support kepada kakak dan semoga cepat menyusul kakak, ya.

Medan, 16 April 2014

Penulis

Yessica Tri Angeline Situmorang 100200135


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ………...i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN……… ………ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 11

D. Keaslian Penulisan ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 14

F. Metode Penulisan ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENAWARAN SAHAM PERDANA ... 23

A. Tujuan Prinsip Keterbukaan ... 23

B. Proses Penawaran Saham Perdana ... 33

a. Langkah-langkah Penawaran Saham Perdana ... 35

b. Masa Penawaran ... 42

c. Masa Pencatatan ... 44

d. Kewajiban Setelah Go Public ... 45

C. Pelaksanaa Prinsip Keterbukaan Sebelum Pernyataan Pendaftaran Menjadi Efektif ... 47

D. Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Pada Perdagangan Saham di Pasar Perdana Oleh Profesi Penunjang Pasar Modal ... 50

a. Akuntan Publik ... 51

b. Konsultan Hukum ... 52

c. Notaris ... 54

d. Penilai ... 55

E. Prospektus ... 57

1. Pengertian Prospektus ... 57

2. Membaca Prospektus ... 66

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN PROFESI PENILAI DALAM KEGIATAN PENAWARAN SAHAM PERDANA ... 69


(9)

ix

A. Profesi Penilai... 69

1. Pengertian Profesi Penilai ... 69

2. Bentuk-bentuk Usaha Jasa Penilai ... 71

3. Transisi Bentuk Usaha dan Problematikanya ... 74

B. Peraturan Jasa Penilai Berdasarkan Ketentuan Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) ... 80

1. Peraturan Nomor VIII.C.1 Tentang Pendaftaran Penilai Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal ... 80

2. Peraturan Nomor VIII.C.2 Tentang Independensi Pendaftaran Penilai Yang Melakukan Kegiatan Di Pasar Modal ... 86

3. Peraturan Nomor X.J.4 Tentang Laporan Berkala Kegiatan Penilai 88 C. Ruang Lingkup Pekerjaan Jasa Penilai Dalam Kegiatan Di Pasar Modal ... 89

1. Tinjauan Umum ... 89

2. Lingkup Penugasan Penilai Berdasarkan Standar Penilaian Indonesia ... 92

3. Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian ... 95

BAB IV IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI OLEH PERUSAHAAN JASA PENILAI TERKAIT PENAWARAN SAHAM PERDANA ... 120

A. Ketentuan Terkait Implementasi Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai ... 120

1. Berdasarkan Kode Etik Penilaian Indonesia (KEPI) 2013 ... 120

2. Berdasarkan Standar Penilaian Indonesia (SPI) 2013 ... 126

B. Pelaksanaan Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai ... 127

C. Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya di Pasar Modal ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Saran ... 150


(10)

iii

Implementasi Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana

ABSTRAK

Yessica Tri Angeline Situmorang Bismar Nasution**

Mahmul Siregar***

Prinsip transparansi (keterbukaan) oleh perusahaan jasa penilai dalam penawaran saham perdana merupakan hal yang penting bagi investor untuk mengambil keputusan apakah akan membeli suatu Efek atau tidak dari perusahaan

go public berdasarkan atas laporan yang disampaikan oleh perusahaan jasa penilai

dari hasil penilaiannya terhadap harta perusahaan tersebut yang dilampirkan dalam dokumen propektus secara transparan. Keterbukaan ini juga menjadi sangat penting dikarenakan sebagian besar calon investor tidak cukup paham mengenai cara membaca dan menganalisis prospektus sebelum mengambil keputusan. Hal inilah yang kemudian menimbukan pertanyaan mengenai penerapan prinsip keterbukaan, hingga mengenai pelaksanaan pekerjaan profesi penilai dalam penawaran saham perdana. Namun, seiring dengan pelaksanaan tugas penilaian oleh profesi penilai yang seringkali mengabaikan prinsip transparansi, kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai tanggung jawab hukum penilai dalam implementasi prinsip transparansi di penawaran saham perdana.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer, data sekunder, dan data tersier. Seluruh data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi kepustakaan. Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dianalisis secara normatif kualitatif.

Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari penilai. Ditinjau dari berbagai sisi, profesi maupun usaha jasa penilai masih menyimpan berbagai macam problematika, mulai dari ketersediaan tenaga penilai masih tidak sebanding dengan kebutuhan dan tuntutan pasar, kurangnya pendidikan bagi profesi penilai, kompetensi profesionalitas dan integritas dari profesi penilai yang sering diabaikan, dan yang cukup penting adalah mengenai penerapan prinsip transparansi oleh penilai dalam menjalankan kegiatan penilaian. Jasa penilai sebagai salah satu profesi penunjang di pasar modal merupakan profesi yang penting bagi perusahaan yang go public, sebab laporan yang dibuat oleh jasa penilai menjadi sumber informasi utama dan satu-satunya mengenai aktiva suatu perusahaan dan menjadi salah satu tolak ukur bagi investor mengenai potensi dari perusahaan yang akan menjadi tempat baginya untuk menginvestasikan modalnya. Untuk itulah ditekankan mengenai perlunya prinsip transparansi sebagai upaya untuk memberikan perlindungan bagi semua pihak yang terkait dalam penawaran saham perdana, terutama pihak investor. Dalam melakukan penilaian dan membuat laporan penilaian, profesi penilai belum memiliki payung hukum setingkat Undang-Undang yang secara khusus mengatur


(11)

iv

usaha jasa penilai dan profesi penilai, sehingga diharapkan Pemerintah dapat segera membentuk dan memberlakukan Undang-Undang tersebut. Selain penerapan prinsip transparansi, dalam melaksanakan tugasnya profesi penilai juga harus berpedoman pada standar-standar penilaian dan kode etiknya. Kemudian, apabila dalam melaksanakan tugasnya ditemukan adanya pelanggaran baik disengaja maupun akibat suatu kelalaian dapat dikenakan sanksi pidana, perdata, maupun sanksi administratif.


(12)

1

Dewasa ini perkembangan perekonomian dunia yang sangat pesat telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai terbentuk ditandai dengan berbagai peristiwa internasional, seperti dibentuknya Organisasi Perdagangan Internasioal (World Trade Organization/WTO), blok-blok perdagangan regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), maupun Asia

Pasific Economy Cooperation (APEC), dan sebagainya.1

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah barang tentu membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat potensi perkembangannya, pemerintah Indonesia bertekad akan mengurangi peranan bantuan luar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan.2 Dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan yang semakin besar ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya.3

1

Joni Emirzon, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal. 1.

2

Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal,(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), hal. 2

3

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, (Bandung: Alumni, 2007), hal. 1.


(13)

Pada Bab IV dari Ketetapan MPR No. IV/ MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 ditegaskan mengenai masalah Pembangunan Ekonomi. Dalam Butir A.7 dari Bab IV tersebut disebutkan :

“Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional”.4

“Mengembangkan kebijakan fiskal dengan memperhatikan prinsip transparansi, disiplin, keadilan, efisiensi, dan efektfitas, untuk menambah penerimaan negara dan menurangi ketergantungan dana dari luar negeri. Sektor swasta akan mengambil peran yang lebih besar melalui penciptaan dan pengembangan berbagai alternatif sumber pembiayaan tidak hanya melalui sistem perbankan tetapi juga melalui sistem lainnya termasuk pasar modal”.

Selanjutnya Butir B.7 dari GBHN Bab IV menyebutkan :

5

Dengan demikian, maka pasar modal sebagai salah satu alternatif pembiayaan pembangunan, harus dapat memfasilitasi perkembangan ekonomi pasar. Dalam hubungan ini swasta akan menjadi motor dalam kegiatan ekonomi (private sector leads growth economy).6 Kesulitan yang menimpa perekonomian Indonesia mungkin tidak terjadi apabila, antara lain, dunia usaha secara sungguh-sungguh melaksanakan prinsip-prinsip manajemen keuangan perusahaan yang sehat yakni dengan menyeimbangkan struktur permodalan sedemikian rupa sehingga keperluan jangka pendek benar-benar dapat dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan jangka panjang.7

4

Bab IV Butir A.7 dari Ketetapan MPR No. IV/ MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004

5

Butir B.7 Bab IV Garis-garis Besar Haluan Negara

6

Jusuf Anwar, Op.cit., hal. 2.

7

Ibid., hal. 3.


(14)

Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan struktur permodalan adalah pencerminan dari pertimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan. Perbaikan struktur permodalan dunia usaha merupakan keharusan untuk meningkatkan efisiensi dan memperokoh daya saing perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam terutama dalam era globalisasi. Untuk itu, sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan oleh pasar modal merupakan suatu keharusan bagi pembangunan nasional.8

“ Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum, dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.”

Pasal 1 Ayat 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, berbunyi :

9

8

Ibid.

9

Pasal 1 Ayat 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal (capital market) adalah pasar yang terorganisir, yakni sarana bertemunya penawar (emiten) dan peminta dana jangka menengah maupun panjang dalam bentuk efek, termasuk bank-bank komersil, lembaga-lembaga, dan semua perantara di bidang keuangan maupun surat berharga suatu perusahaan. Kemudian penawar dan peminta modal jangka panjang tersebut dapat melakukan transaksinya dan mencapai kata sepakat tanpa perlu bertatap muka layaknya pasar konvensional.


(15)

Kalau diamati perkembangan pasar modal di negara-negara maju, ternyata pasar modal mempunyai peran yang sangat penting, baik dari sisi permintaan modal oleh perusahaan, yang biasa disebut emiten atau dalam bahasa Ingggris-nya

issuer, maupun isi penawaran oleh pemilik modal, yaitu masyarakat yang biasa

disebut investor. Sepertinya, keduanya sama-sama mendapatkan keuntungan sehingga pasar modal dapat terus berkembang. Bahkan, pasar modal dijadikan tolak ukur kemodernan. Artinya, suatu bangsa atau negara baru berhak menyandang predikat modern kalau pasar modalnya maju.10

Salah satu kelebihan pasar modal adalah kemampuannya menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa batas. Dengan demikian, untuk membiayai investasi pada proyek-proyek jangka panjang dan memerlukan modal yang besar, sudah selayaknya para pengusaha menggunakan dana-dana dari pasar modal. Sedangkan untuk membiayai investasi jangka pendek, seperti kebutuhan modal kerja, dapat digunakan dana-dana (misalnya kredit) dari perbankan.

11

10

Sarwidji Widoatmodjo, (1) Pasar Modal Indonesia : Pengantar dan Studi Kasus, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2009, hal. 4.

11

Ibid.

Banyak negara yang menyadari bahwa pasar modal merupakan suatu sarana yang bernilai positif dan produktif guna mendorong perekonomian negaranya masing-masing. Negara yang menganut paham sosialispun seperti RRC, dalam kehidupan perekonomiannya sudah mengarah pada praktik yang umum terdapat di negara kapitalis. Di samping itu, pasar modal merupakan alternatif baru bagi para pemodal untuk melakukan investasi. Dengan berbagai alternatif investasi yang


(16)

telah ada seperti perbankan, properti, dan komoditi para pemodal dapat melakukan pilihan investasi secara tepat serta memberikan manfaat terbaik.12

Di samping kelebihan seperti tersebut di atas, pasar modal juga masih memiliki manfaat lain. Pasar modal dapat menjadi sarana pengalihan resiko (risk

diversification), dimana pengalihan resiko ini merupakan salah satu strategi

investasi untuk menekan resiko, baik dari pihak issuer maupun pihak pemodal tetapi tetap berpotensi menghasilkan keuntungan yang cukup bagi para pihak. Ada pula fungsi lainnya, yakni fungsi pasar modal dalam mekanisme alokasi modal dan pemantauan korporasi, serta sebagai sarana bagi pemerintah untuk melaksanakan ekonomi pasar disamping memanfaatkan baik kebijakan fiskal maupun moneter.13

Hal-hal lain yang sangat penting adalah telah berlaku efektifnya Undang-Undang Pasar Modal, yakni Undang-Undang-Undang-Undang No. 8 Tahun 1995. Di dalam UU No. 8 Tahun 1995 secara tegas mewajibkan setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal atau disebut emiten untuk mengungkapkan seluruh informasi mengenai keadaan usahanya, termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan (full disclosure) kepada masyarakat karena pada prinsipnya membeli suatu barang janganlah seperti ‘membeli kucing dalam karung’. Tetapi barang yang dibeli haruslah jelas wujudnya.14

Namun demikian, untuk yang namanya tindakan membeli efek, maka sektor hukum mensyaratkan untuk keterbukaan (disclosure) lebih dari yang berlaku

12

Jusuf Anwar, Op.cit., hal. 3.

13

Ibid., hal 3-4.

14


(17)

untuk membeli barang biasa. Cukup banyak pemikiran telah dicurahkan dan cukup banyak aturan main yang telah digulirkan hanya untuk menjain agar unsur transparansi tersebut benar-benar muncul ke permukaan. Begitu pentingnya eksistensi dan kedudukan unsur keterbukaan (disclosure) dalam pasar modal sehingga kalau belum bisa menjamin unsur keterbukaan ini, maka hukum pasar modal tersebut dianggap masih belum apa-apa. Dalam hal inilah diperlukannya keterbukaan (disclosure) informasi di pasar modal karena informasi itu harus dijamin kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. 15

Di dalam pengertian keterbukaan (disclosure), Bacelius Ruru menyebutkan bahwa keterbukaan (disclosure) adalah kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan, baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya. Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan.16

“ Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.”

Menurut Pasal 1 ayat 15 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal :

17

15

Ibid.

16

Bacelius Ruru, “Pasar Modal Indonesia Pasca Deregulasi Paket Desember 1990”, Makalah Dalam Seminar Nasional Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Pasca Deregulasi Paket Desember 1990, Yogyakarta, 22 Januari 1994, hal. 16.

17


(18)

Dalam proses penawaran umum (go public), emiten harus menyerahkan prospektus perusahaannya. Menurut Pasal 1 ayat 26 UU No. 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek. Artinya, prospektus tersebut merupakan iklan yang berisi tentang pernyataan dan atau informasi yang dicetak dalam bentuk dokumen dan dipergunakan untuk mempengaruhi calon pemodal, sehingga ia tertarik untuk membeli efek tersebut. Prospektus merupakan dokumen yang sangat penting bagi suatu perusahaan yang baru pertama kali go public, dikarenakan masyarakat (calon investor) hanya dapat memperoleh informasi tentang perusahaan go public tersebut dari prospektus yang dikeluarkan oleh emiten.

Karena itulah, prospektus akan dibuat semenarik mungkin, baik desain dan mutu bahan percetakannya maupun substansi isi informasi yang ingin disampaikan kepada investor. Meskipun prospektus tampak sangat menarik, tidak ada yang menjamin kebenaran isi prospektus tersebut. Karena itulah Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) selalu dan perlu menyatakan dalam setiap prospektus yang dikeluarkan emiten bahwa Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) tidak menjamin kebenaran isi prospektus.18 Prospektus harus menyajikan paling tidak hal-hal berikut19

1. Jadwal proses go public .

2. Sejarah singkat perusahaan

3. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)

18

Sarwidji Widoatmodjo, Op.cit., hal. 62.

19


(19)

4. Para pengelola (komisaris dan direksi) 5. Struktur organisasi

6. Pendapat dari konsultan hukum 7. Pendapat dari penilai

8. Laporan keuangan, yang sudah diaudit akuntan publik : a. Neraca

b. Laporan laba/rugi

c. Laporan perubahan modal 9. Proyeksi, yang dirinci per tahun

10. Kebijaksanaan deviden yang akan diambil emiten

11. Risiko, yaitu kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan perusahaan tidak berhasil mencapai proyeksi sehingga menyebabkan investor akan merugi.

Jika dicermati hal-hal yang harus disajikan dalam prospektus diatas, beberapa informasi yang disajikan dalam dokumen prospektus merupakan hasil kerja dari profesi penunjang dalam pasar modal, khususnya dalam hal penawaran umum perdana (initial public offering). Bagi perusahaan yang hendak go public, profesi penunjang pasar modal menjadi sangat penting karena profesi penunjang pasar modal ini akan membantu emiten dalam proses penawaran umum. Profesi penunjang pasar modal tersebut, yaitu:

1. Akuntan Publik 2. Konsultan Hukum 3. Perusahaan Penilai


(20)

4. Notaris

Informasi yang disajikan oleh institusi dan profesi penunjang pasar modal tentang keadaan perusahaan (emiten/calon emiten) merupakan hal yang sangat fundamental di pasar modal, mengingat informasi tersebut merupakan sarana bagi investor untuk mengambil keputusan bagi investasinya.20

Pada hakikatnya, Usaha Jasa Penilai adalah badan usaha yang berpredikat sebagai lembaga kepercayaan, wajib memberikan penilaian yang independen.

21

Perusahaan Penilai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal mempunyai kedudukan yang cukup penting, karena lembaga ini berperan dalam menentukan nilai wajar dan harta milik perusahaan. Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi. Salah satu tolok ukur yang dipergunakan untuk menilai keadaan perusahaan go public adalah dengan mengetahui seberapa jauh nilai harta tetap perusahaan bersangkutan. Neraca juga mencerminkan harta kekayaan perusahaan baik harta tetap maupun aktiva lancar, tetapi nilainya didasarkan pada nilai buku. Nilai ini kiranya belum mencerminkan nilai harta kekayaan sebagaimana dikehendaki oleh para investor di pasar modal. Umumnya, para investor menginginkan pengetahuan mengenai nilai wajar perusahaan sebagai usaha yang berkelanjutan (going concern).22 Peran penilai antara lain23

20

Jusuf Anwar, Op. cit., hal. 153.

21

Pasal 67 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64.

22

Jusuf Anwar, Op.cit., hal. 151.

23

Sarwidji Widoatmodjo, (2) Jurus Jitu Go Public, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), hal. 79.


(21)

a. Penilai berperan menilai keberadaan suatu barang/benda secara fisik dan non fisik. Secara fisik berarti menilai berapa nilai barang tersebut jika dirupiahkan.

b. Dalam bentuk fisiknya, harta kekayaan dapat berupa harta tetap, harta tidak tetap maupun yang tidak berwujud. Semua itu menjadi tanggung jawab penilai.

Aset merupakan harta kekayaan dari emiten sehingga perlu diberikan penilaian yang objektif dan terbuka. Sebab bagian inilah yang dibeli dan dibayar oleh pemodal, atau yang dapat dijadikan agunan terhadap pinjaman dari pemodal. Dengan demikian, penilai bisa menentukan seberapa besar nilai kekayaan emiten. Selanjutnya nilai kekayaan ini akan menentukan harga saham atau obligasi. Karena itu emiten sangat erat kaitannya dengan keberadaan penilai.24

Hasil dari penilaian tersebut akan dilampirkan dalam dokumen prospektus emiten, untuk selanjutnya dijadikan bahan informasi oleh calon investor. Oleh karena itulah profesi penilai diharapkan dapat bekerja secara transparan dan memberikan penilaian yang independen. Penilaian yang independen ini diperlukan untuk menghindari tindakan penipuan informasi bagi calon investor oleh perusahaan yang akan go public , karena umumnya dalam mekanisme penawaran umum perdana, emiten ingin menarik minat calon investor melalui nilai harta dan aset perusahaan yang besar. Padahal, pemodal menginginkan suatu penilaian yang independen dan objektif atas aset-aset perusahaan, sehingga mereka merasa yakin bahwa mereka berinvestasi di perusahaan yang potensial.

24


(22)

Karena apabila seorang pemodal berinvestasi di perusahaan yang laporan penilaian asetnya tidak dapat dijamin transparansi dan independensinya, maka hal ini akan menimbulkan kerugian yang besar dikemudian hari bagi pihak investor. Oleh karena itu sangat ditekankan penerapan prinsip transparansi oleh perusahaan jasa penilai dalam melaksanakan tugasnya.

Atas dasar itulah, penulis merasa perlu membahas lebih lanjut mengenai Penerapan Prinsip Transparansi oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian singkat yang telah dikemukakan diatas, penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan prinsip keterbukaan dalam penawaran saham perdana?

2. Bagaimana pelaksanaan pekerjaan profesi penilai dalam kegiatan penawaran saham perdana?

3. Bagaimana tanggung jawab hukum penilai dalam implemetasi prinsip transparansi di penawaran saham perdana?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


(23)

1. Mengetahui penerapan prinsip keterbukaan dalam penawaran saham perdana berdasarkan peraturan-peraturan pasar modal Indonesia.

2. Mengetahui pelaksanaan pekerjaan profesi penilai dalam kegiatan penawaran saham perdana.

3. Mengetahui bagaimana tanggung jawab hukum penilai dalam implementasi prinsip transparansi di penawaran saham perdana.

Adapun manfaat penulisan skripsi ini antara lain : 1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian terhadap penerapan prinsip transparansi oleh Profesi Penunjang Pasar Modal, khususnya Perusahaan Jasa Penilai dalam kegiatan Penawaran Saham Perdana oleh perusahaan go public.

2. Secara Praktis

Penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis mengenai perusahaan jasa penilai, khususnya mengenai penerapan prinsip transparansi dalam melaksanakan tugasnya sehubungan dengan kegiatan penawaran saham perdana di pasar modal kepada Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebagai bahan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Implementasi Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai Terkait Penawaran Saham Perdana”. Di dalam penulisan skripsi ini


(24)

dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perusahaan jasa penilai, pelaksanaan kegiatan penilaian di penawaran saham perdana, maupun peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan melalui internet untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara atau ditempat lainnya.

Namun terdapat tulisan mengenai “Aspek Hukum Kedudukan Penjamin Emisi dalam Rangka Penawaran Umum Penjual Saham Perdana” yang ditulis oleh Poppy Dian Ariany S. dengan mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Perbedaan antara pasar perdana dengan pasar sekunder dan bursa pararel 2. Proses penjualan saham di pasar perdana

3. Aspek hukum kedudukan penjamin emisi dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana

4. Pembagian kategori penjamin emisi yang melakukan pelanggaran dalam peroses penawaran saham pada pasar perdana atau IPO.

Dan Merliana Lepita S. menulis tentang “ Transparansi pada Perseroan Terbuka sebagai Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di Pasar Modal” dengan mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut:


(25)

1. Penerapan prinsip transparansi pada perseroan terbuka sebagai implementasi

good corporate governance di pasar modal.

2. Ketentuan sanksi atas pelanggaran prinsip transparansi di pasar modal. Dan skripsi ini ditulis dengan permasalahan dan pembahasan yang berbeda sehingga bisa dipandang sebagai tulisan yang asli. Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian hari.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pasal 64 Ayat 1 Huruf c UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa profesi penunjang pasar modal antara lain terdiri dari penilai. Profesi penilai sesungguhnya memiliki peran sangat strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, baik sektor publik maupun privat.25 Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilaian atas nilai aktiva, yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dari penilai.26

25

Doli D. Siregar, Breakthrough Profesionalisme Penilai Indonesia, (Jakarta: Masyarakat Profesi Penilai Indonesia, 2013), hal. 51.

26

Sarwidji Widoatmodjo, (2), Op.cit., hal. 78.

Penilai yang melakukan kegiatan di bidang pasar modal wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) untuk mendapatkan Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal untuk Penilai. Peranan perusahaan penilai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal cukup menentukan di pasar modal karena lembaga ini berperan dalam menentukan nilai wajar dari harta milik perusahaan.


(26)

Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi para investor di dalam mengambil keputusan investasi.27

Ditinjau dari berbagai sisi, usaha jasa penilai serta profesi penilai di Indonesia memang masih menyimpan banyak problematikanya sendiri. Pertama, dari segi jumlah saja, misalnya ketersediaan tenaga penilai masih jauh jika dibandingkan dengan kebutuhan dan tuntutan pasar yang cenderung terus meningkat dan berkembang. Ketua umum MAPPI Hamid Yusuf memiliki perkiraan, tahun 2011 jumlah tenaga penilai hanya sekitar 2000 orang, padahal dengan wilayah yang demikian luas dan perkembangan ekonomi yang sangat pesat, Indonesia sedikitnya membutuhkan sekitar 10 ribu tenaga penilai.28 Kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kedua yang masih melilit industri jasa dan profesi penilai di Indonesia, yaitu soal pendidikan. Dengan intensitas pendidikan dan tingkat kelulusan peserta pendidikan jasa penilai yang tidak melampaui angka 50 persen, sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan jasa penilai sesuai permintaan dan tuntutan pasar yang kian besar.29 Pendek kata, dengan kondisi ketersediaan dan penyelenggaraan pendidikan yang masih terbatas, pertumbuhan jumlah penilai, baik dalam pengertian tenaga penilai atau penilai publik, akan terbatas pula.30

Masalah ketiga adalah persoalan kompetensi profesionalitas, dan integritas dari profesi penilai. Diakui atau tidak, masih adanya persoalan tentang kompetensi, profesionalitas, dan integritas dari profesi penilai tersebut terbaca

27

Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 30.

28

Kompas, 30 September 2010.

29

Media Penilai, Edisi Maret/TH.VII/2012, hal. 26.

30


(27)

pada diterbitkannya aturan mengenai standar imbalan jasa (fee) minimum yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat MAPPI. Keluarnya kebijakan ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya praktek persaingan yang tidak sehat di kalangan penilai. Tentu saja, persaingan tidak sehat ini muncul lantaran para penilai telah mempertaruhkan kompetensi, profesionalitas, dan integritas mereka. Artinya, dalam praktek kegiatan penilaian, banyak terjadi pengabaian terhadap Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI), yang secara gambling mewujud dalam “perang tarif” guna berebut klien atau pasar. Praktek yang demikian tentu saja semakin menjauhkan peran profesi penilai dari misi awalnya guna turut serta membangun perekonomian nasional yang transparan, efisien, akuntabel, berkeadilan, dan kokoh. Dan, ironisnya, hal itu bukan terjadi belakangan ini. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang dosen dari Universitas Jayabaya Jakarta, RA Thajibah KY pada 2007 menunjukkan bahwa praktek penilaian di Indonesia belum mendukung terbangunnya Good Corporate Governance (GCG)31

Salah satu temuan dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa banyak penilai publik yang dengan sadar bertindak tidak independen alias mau disetir oleh klien atau pemberi tugas demi mendapatkan imbalan jasa yang tak sepantasnya. Jika ini terjadi, sudah dapat dipastikan bahwa hasil kegiatan penilaiannya tidak akan sesuai dengan standar profesionalitas dan standar kompetensi. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa, selain karena faktor integritas pribadi-pribadi para penilai, juga disebabkan oleh belum adanya

31


(28)

regulasi yang mampu menjamin terbangunnya sistem dan praktek penilaian yang mengacu pada penerapan prinsip-prinsip GCG. Dan memang itulah salah satu persoalan mendasar yang dihadapi profesi penilai hingga saat ini. Inilah masalah

keempat bagi profesi penilai di Indonesia : belum ada payung hukum setingkat

undang-undang (UU) yang secara khusus mengatur usaha jasa penilai dan profesi penilai di Indonesia. Jika dibandingkan dengan profesi penunjang kegiatan ekonomi lainnya, seperti akuntan, notaris, advokat, hanya penilai yang belum memiliki UU sendiri. Sejak pertama kali profesi ini diatur, hingga saat ini regulasi yang mengatur penilai hanyalah produk hukum setingkat peraturan menteri. Karena itu, dalam konteks bernegara, peraturan menteri yang mengatur profesi penilai ini tidak bisa mengikat para pihak di luar kewenangan kementerian yang menerbitkan peraturan tersebut. Lebih jauh lagi, dengan demikian, seluruh hasil kegiatan penilaian yang dilakukan penilai berupa opini nilai sesungguhnya tidak memiliki kekuatan hukum di depan tata peradilan nasional. 32

Seperti dilaporkan Majalah Media Penilai, sebagai Ketua Umum MAPPI, Hamid Yusuf menyadari akan pentingnya payung UU bagi profesi penilai. Sebab, jika belum dipayungi peraturan perundang-undangan setingkat UU, segala upaya dan terobosan yang dilakukan guna mengembangkan profesi penilai di Tanah Air akan lebih sering membentur tembok.33

32

Ibid., hal. 46-47.

33

Media Penilai, Edisi September / TH.VI/2011, hal. 16.

Namun sesungguhnya problematika tersebut tidak bisa dijadikan alasan atau pembenar bagi seorang penilai untuk abai pada masalah profesionalitas, kompetensi, dan integritas sebagai seorang yang


(29)

menyandang profesi penilai. Sebab tugas dan tanggung jawab penilai sebagai profesi melekat pada pribadi.34

F. Metode Penulisan

Dari sekian banyak permasalahan yang ada dalam pelaksanaan kegiatan penilai tersebut, penerapan prinsip transparansi oleh penilai dalam menjalankan kegiatan penilaian menjadi permasalahan yang cukup penting untuk dijelaskan. Hal ini mengingat, masyarakat sebagai calon investor merupakan salah satu subjek yang terpenting untuk dilindungi dari berbagai macam bentuk kerugian akibat trindakan-tindakan profesi penilai yang tidak transparan. Terlebih apabila suatu perusahaan baru pertama kali go public, maka informasi yang didapatkan oleh calon investor hanya berdasarkan kepada apa yang disajikan oleh emiten dalam prospektus. Sehingga, apabila prospektus tersebut tidak dibuat berdasarkan profesionalitas, kompetensi, dan integritas, maka akibatnya akan sangat merugikan bagi investor.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder, dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.

34


(30)

2. Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1994-2004, Kitab undang Hukum Perdata, Kitab undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) 2013, Standar Penilaian Indonesia (SPI) 2013, Peraturan Nomor VIII.C.1 tentang Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal, Peraturan Nomor VIII.C.2 tentang Independensi Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal, Peraturan Nomor VIII.C.3 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal, Peraturan Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal, Peraturan Nomor VIII.C.5 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Aset Tak Berwujud di Pasar Modal, dan Peraturan Nomor X.J.4 Tentang Laporan Berkala Kegiatan Penilai.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis. Misalnya: RUU, jurnal hukum, buku-buku para sarjana, hasil penelitian, makalah hukum, dan sebagainya.

c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya: Koran dan majalah.


(31)

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library Research) atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder, berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah maupun media elektronik yangs emua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Analisis data dilakukan dengan:35

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum/doktrin yangs esuai dengan penelitian.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin yang ada.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

35

Amiruddin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 4.


(32)

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENAWARAN SAHAM PERDANA

Berisikan tentang Tujuan Prinsip Keterbukaan, Proses Penawaran Saham Perdana, Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan sebelum Pernyataan Pendaftaran menjadi Efektif, Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan pada Perdagangan Saham di Pasar Perdana oleh Profesi Penunjang Pasar Modal, dan Prospektus.

BAB III : PELAKSANAAN PEKERJAAN PROFESI PENILAI DALAM KEGIATAN PENAWARAN SAHAM PERDANA

Berisikan tentang Profesi Penilai, Peraturan Jasa Penilai Berdasarkan Ketentuan Otoritas Jasa Keuangan, dan Ruang Lingkup Pekerjaan Jasa Penilai dalam Kegiatan di Pasar Modal.

BAB IV : IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI OLEH

PERUSAHAAN JASA PENILAI TERKAIT PENAWARAN SAHAM PERDANA

Berisikan tentang Ketentuan Terkait Implementasi Prinsip Transparansi oleh Perusahaan Jasa Penilai, dan Tanggung jawab Hukum Penilai terhadap Pelaksanaan Kegiatannya di Pasar Modal.


(33)

BAB V : PENUTUP


(34)

23

BAB II

PRINSIP KETERBUKAAN DALAM PENAWARAN SAHAM PERDANA A. Tujuan Prinsip Keterbukaan

Transparansi merupakan terminologi yang sangat penting dan prinsip yang fundamental dalam pasar modal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, transparansi diartikan sebagai : (1) sifat yang tembus cahaya; (2) nyata; (3) jelas, atau secara umum memberikan arti tembus pandang. Transparansi, berlaku secara universal, dalam pasar modal internasional adalah merupakan suatu hal yang sangat mutlak untuk dapat dilakukan oleh semua pihak. Berbeda dengan sektor perbankan dimana prinsip kerahasiaan bank adalah hal yang mutlak untuk ditaati, sektor pasar modal menerapkan hal sebaliknya, disclosure atau keterbukaan adalah mutlak. 36 Penerapan prinsip keterbukaan dilakukan untuk mempertahankan potensi pasar modal yang menjadi salah satu sumber pembiayaan kegiatan pembangunan dan menjadi alternatif investasi. Dengan adanya pengaturan mengenai prinsip keterbukaan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan investor . Perusahaan secara institusional mempunyai tanggung jawab terhadap setiap informasi yang diberikannya kepada masyarakat sejak memperoleh izin melakukan penawaran umum.37

Dalam kegiatan pasar modal adalah kewajiban pihak-pihak dalam suatu penawaran umum untuk memerhatikan dan memenuhi prinsip keterbukaan

36

M. Irsan Nasarudin, Indra Surya, Ivan Yustiavandana, Arman Nefi, dan Adiwarman,

Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 225. 37

Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, (Semarang: Mandar Maju, 2000), hal. 55.


(35)

Menurut UUPM Pasal 1 angka 25 disebutkan, yang dimaksud dengan keterbukaan (disclosure) adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.38 Informasi atau fakta material adalah informasi ataupun fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa dan atau keputusan pemodal/calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut.39

Emiten, perusahaan publik, atau pihak lain yang terkait wajib menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada waktu yang tepat kepada masyarakat dalam bentuk laporan berkala atau laporan peristiwa penting (UUPM Pasal 86 Ayat 1). Emiten wajib menyampaikan informasi secara lengkap dan akurat. Dikatakan lengkap kalau informasi yang disampaikan itu utuh, tidak ada yang tertinggal atau disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa-apa atas fakta material. Dikatakan akurat jika informasi yang disampaikan mengandung kebenaran dan ketepatan. Kalau tidak memenuhi syarat tersebut, maka informasi dikatakan sebagai informasi yang tidak benar atau menyesatkan (UUPM pasal 80 Ayat 1). Setiap pihak yang terkait diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan kerugian yang ditimbulkan akibat penyampaian informasi tersebut. UUPM pasal

38

Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 98.

39


(36)

80 Ayat 1 menyebutkan pihak-pihak yang bisa dimintakan pertanggungjawaban sebagai liable person atas Pernyataan Pendaftaran adalah :40

1. Pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran

2. Direktur atau komisaris emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran dinyatakan efektif.

3. Penjamin Pelaksana Emisi Efek.

4. Profesi Penunjang Pasar Modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran.

Profesi penunjang pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam pembuatan prospektus. Setiap informasi yang ada di dalam prospektus membutuhkan penanggung jawab secara profesional.41

Pelanggaran terhadap pelaksanaan prinsip keterbukaan, Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) akan mengenakan sanksi administratif dan pidana.

42

Prinsip keterbukaan (disclosure principle) meliputi dua fase, yaitu masa sebelum listing dan masa sesudah listing. Fase sebelum listing di mulai pada saat perusahaan ingin melakukan go public, dan proses go public itu sendiri sudah mengharuskan emiten terbuka. Keterbukaan masa sebelum listing umumnya tercermin dari prospektusnya.43

Prinsip-prinsip tersebut belum mendapat komitmen yang tegas dari Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) sehingga muncul banyak lubang untuk

40

Ibid.

41

Ana Rokhmatussa’dyah, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Sinar Grafika, Jakarta, 2009), hal. 178.

42

Ibid.

43


(37)

diselewengkan oleh emiten. Prospektus bukan lagi merupakan sarana transparansi, tetapi lebih merupakan ajang untuk promosi, yang kecenderungannya adalah memperindah informasi. Dipandang dari sudut format pengungkapan, yang seharusnya dilarang secara tegas adalah (1) keterangan yang salah, (2) keterangan setengah benar, dan (3) sama sekali diam terhadap fakta material. Sedangkan yang dilarang dalam undang-undang pasar modal pada umumnya adalah pemalsuan dan penipuan, pernyataan tidak benar atau menyembunyikan fakta, manipulasi pasar,

insider traiding, dan larangan yang bersangkutan dengan reksa dana.44

Memberikan informasi yang salah dan setengah benar berkaitan dengan kualitas informasi. Artinya, informasi yang disampaikan tidak akurat atau tidak benar atau menyesatkan, yang semata-mata ditujukan sebagai kejahatan korporasi. Informasi demikian tidak akan memberikan gambaran dan penilaian yang memadai bagi investor untuk mengambil keputusan melakukan pembelian atau penjualan saham. Penyampaian informasi yang tidak lengkap berkaitan dengan kuantitas informasi. Informasi yang tidak lengkap tidak bisa dijadikan pedoman bagi investor untuk mengambil keputusan jual atau beli. Sedangkan sikap tidak menyampaikan informasi apa-apa atas fakta material merupakan sikap yang tidak informatif dari emiten. Karena emiten menolak untuk memberikan penjelasan mengenai peristiwa material.45

Prinsip keterbukaan (transparansi) banyak mendapat benturan dengan budaya Indonesia, baik budaya yang tidak memberikan landasan yang kuat bagi keterbukaan ataupun budaya korporasi Indonesia yang umumnya merupakan

44

Ibid.

45


(38)

perusahaan tertutup yang dimiliki antara bapak dan anak, adik-beradik dan mertua-menantu yang biasanya anti keterbukaan.46

Keterbukaan pada masa setelah listing tercermin dalam laporan berkala yang wajib disampaikan oleh perusahaan publik kepada Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat. Di samping itu, perusahaan publik juga wajib menyampaikan laporan secara insidentil kasus demi kasus kepada Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) dan mengumumkan kepada masyarakat tentang adanya peristiwa material yang dapat memengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir kerja kedua setelah terjadinya peristiwa tersebut. Jadi, setiap perusahaan publik memang harus membuat laporannya. Walaupun demikian, terdapat pengecualian mengenai keterbukaan ini, yaitu : (1) jatuhnya laba perusahaan yang diyakini hanya bersifat sementara dan tidak signifikan, (2) informasi yang diduga keras dapat misleading, dan (3) kontrak yang oleh pihak mitra mensyaratkan ketertutupan untuk periode tertentu. Beberapa ciri atau karakteristik dari prinsip keterbukaan (transparansi) adalah (1) prinsip ketinggian derajat akurasi informasi, (2) prinsip kelengkapan informasi, serta (3) prinsip keseimbangan antara faktor positif dan faktor negatif.47

Sebagai jiwa Pasar Modal, keterbukaan informasi tidak saja diwajibkan pada waktu perusahaan tersebut menawarkan efeknya kepada masyarakat pertama kali, tetapi juga selama efek perusahaan tersebut diperdagangkan di pasar

46

Adrian Sutedi, Loc.cit., hal. 98.

47


(39)

sekunder.48

Penekanan untuk mencermati pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal Indonesia adalah langkah yang tepat dilakukan, mengingat terdapatnya berbagai masalah hukum yang timbul dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan tersebut. Jika diperhatikan secara mendalam, ternyata beberapa peraturan yang terdapat dalam UUPM masih bersifat sumir atau tidak cukup terperinci. Undang-undang itu tidak mengatur secara terperinci mengenai standar penentuan informasi yang mengandung fakta material.

Hal ini penting sebagai bahan pertimbangan bagi investor untuk mengambil keputusan.

49

Setidak-tidaknya ada tiga fungsi keterbukaan dalam pasar modal. Pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi karena melalui keterbukaan bisa terbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi, sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio mereka. Makin jelas informasi perusahaan, maka keinginan investor untuk melakukan investasi makin tinggi. Sebaliknya ketiadaan atau kekurangan serta ketertutupan informasi dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor, dan konsekuensinya menimbulkan ketidakpercayaan investor dalam melakukan investasi melalui pasar modal.50

48

Ibid., hal. 99.

49

Ibid., hal. 101.

50

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascasarjana UI, 2001), hal. 8.


(40)

Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar

yang efisien. Filosofi ini didasarkan pada konstruksi pemberian informasi secara penuh sehingga menciptakan pasar modal yang efisien, yaitu harga saham sepenuhnya merupakan refleksi dari seluruh informasi yang tersedia. Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang beroperasi bedasarkan informasi. Tanpa informasi peserta pasar tidak dapat mengevaluasi produk-produk lembaga keuangan. Kalau informasi mengenai saham sedikit, maka investor yang melakukan investasi relatif kecil. Bisa juga terjadi bahwa suatu saham yang kualitasnya baik akan tetapi mempunyai harga yang rendah dari semestinya. Hal ini dapat terjadi apabila informasi mengenai saham tersebut tidak tersedia secara luas dan akurat. Dengan perkataan lain, informasi saham yang mutunya rendah dapat mengakibatkan harga saham itu menjadi lebih rendah dari semestinya. Karena itu, untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder, manajemen perusahaan harus menjaga pasar. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan. Jika tidak mereka akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.51

Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud).

Sangat baik untuk dipahami ungkapan yang pernah diungkapkan Barry A.K. Rider : “sun light is the best disinfectant and electric light the best policeman.”

51


(41)

Dengan perkataan lain, Rider menyatakan bahwa “ more disclosure will

inevitably discourage wrongdoing and abuse.”52. Selanjutnya dia menyatakan bahwa dalam pasar keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak bergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan.53

Menurut Bismar Nasution, setidaknya ada tiga tujuan keterbukaan (disclosure) dalam pasar modal, yang antara lain adalah sebagai berikut.54

1. Memelihara kepercayaan publik (investor) terhadap pasar

Pelaksanaan prinsip keterbukaan guna meningkatkan kepercayaan investor atau publik terhadap pasar modal sangat penting untuk diperhatikan. Karena apabila terjadi “krisis kepercayaan” atau “ketidakpercayaan” investor terhadap pasar modal dan perekonomian, maka investor menarik modal mereka dari pasar. Akibatnya pasar dan perekonomian akan rusak secara keseluruhan. Dalam hal ini, kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham).

2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien

Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi anggota

52

Ibid., hal.9. 53

Ibid.

54


(42)

saham dan profesional pasar. Hal ini wajar karena mereka merupakan daya penggerak pasar yang efisien.

3. Memberi perlindungan terhadap investor

Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan (misreperesentation) informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagai mana diatur dalam KUHPerdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham. Pencapaian tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor tersebut dapat terpenuhi, sepanjang informasi yang disampaikan kepada investor mengandung kelengkapan data keuangan emiten dan informasi lainnya yang mengandung fakta material. Dengan penyampaian informasi yang demikian kepada investor berguna untuk menghindarkan investor dari benuk-bentuk penipuan atau manipulasi.

UUPM Pasal 75 Ayat 1 menyebutkan bahwa Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) wajib mempertahankan kelengkapan, kecukupan, objektivitas, kemudahan untuk dimengerti, dan kejelasan dokumen pernyataan pendaftaran memenuhi prinsip keterbukaan. Pasal-pasal lain yang mendukung keterbukaan adalah Pasal 40, 72, 78, 79, 80, 81, 83, 84, 86, dan 87. Selanjutnya dalam UUPM Pasal 75 Ayat 2, disepakati bahwa Bapepam (Otoritas Jasa Keuangan) tidak memberikan penilaian atas keunggulan dan kelemahan suatu efek (no merit


(43)

evaluation). Oleh karenanya pada kulit muka dari setiap prospektus, harus

dinyatakan bahwa : “Bapepam tidak memberikan pernyataan menyetujui atau

tidak menyetujui efek ini, tidak juga menyatakan kebenaran atau kecukupan isi prospektus. Setiap perbuatan yang bertentangan dengan hal-hal tersebut adalah perbuatan melanggar hukum.” (Peraturan Nomor IX.C.2). Emiten dan Penjamin

Pelaksana Emisi (managing underwriter) yang bertanggung jawab sepenuhnya atas kebenaran semua informasi atau fakta material serta kejujuran pendapat yang tercantum dalam prospektus. Demikian juga Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal dalam rangka penawaran umum turut pula bertanggung jawab atas kebenaran semua data dan keterangan atau laporan yang disajikan dalam prospektus. Misalnya, akuntan publik atas laporan keuangan emiten, konsultan hukum atas legal opinion yang disajikan dalam prospektus, appraisal atas penilaian terhadap aktiva tetap emiten. Penjamin Pelaksana Emisi ataupun Profesi Penunjang Pasar Modal tidak dapat dituntut ganti rugi atas kerugian yang diderita pemodal, apabila mereka telah melakukan penilaian atau memberikan pendapatnya secara profesional berdasarkan norma pemeriksaan, prinsip-prinsip dan kode etik masing-masing profesi, yang telah diberikan secara independen.

Pada saat seorang investor membeli saham di pasar modal, dia sudah harus mengetahui dengan pasti segala sesuatu tentang saham yang bersangkutan. Terutama yang harus diketahuinya adalah tentang segala sesuatu yang penting berkenaan dengan perusahaan penerbit saham tersebut, yang disebut juga “emiten”, karena dari situlah pihak investor dapat memprediksi apakah saham yang dibelinya itu bermutu atau tidak, sehingga apakah akan menguntungkan atau


(44)

tidak jika dibeli. Oleh karenanya, hukum menempatkan kewajiban disclosure ini menjadi kewajiban yuridis, bahkan sering kali hal tersebut menjadi salah satu titik fokus utama dari aturan-aturan hukum yang berkenaan dengan suatu pasar modal yang baik dan tertib.55

Keterbukaan wajib harus ditegakkan sesuai dengan peraturan pasar modal yang mengatur keterbukaan harus dilaksanakan dengan prinsip ketinggian derajat akurasi informasi dan derajat kelengkapan informasi secara fair. Sebaliknya peraturan pasar modal melarang penipuan atas pemberian informasi yang salah, kebenaran yang tidak lengkap dan diam sama sekali terhadap informasi. Pelarangan terhadap pemberian informasi yang tidak akurat tersebut bertujuan agar informasi tidak menyesatkan investor dan tidak merusak harga saham. Harga saham yang akurat berkaitan dengan keakuratan informasi yang diterima investor pada saat pengambilan keputusan dalam perdagangan saham.56

B. Proses Penawaran Saham Perdana

Istilah go public cukup populer di kalangan masyarakat, bahkan pernah menjadi mode, menjelang berakhirnya dekade 1980-an, yaitu ketika pasar modal menunjukkan awal kebangkitannya. Istilah go public sebenarnya mempunyai arti perusahaan menjual saham biasa atau saham preferen, atau obligasi yang merupakan modal perusahaan (ekuitas dan utang jangka panjang) untuk pertama kalinya” kepada masyarakat luas. Istilah yang lebih tepat digunakan adalah initial

public offering (IPO). IPO atau penawaran umum perdana hanya terjadi satu kali

dalam perjalanan sejarah perusahaan yang melakukan go public, sedangkan go

55

Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 105.

56


(45)

public bisa berkali-kali.Misalnya, satu tahun setelah go public dengan IPO, emiten

kembali menjual saham dalam bentuk right issue. Kemudian, setelah berjalan dua tahun, emiten kembali go public dengan menerbitkan obligasi.57

Bagi perusahaan, menjual saham kepada masyarakat berarti mendapat pilihan lain dalam mendapatkan modal, guna meningkatkan omset perusahaan. Modal perusahaan ada dua jenis, yaitu utang dan ekuitas. Bila tidak go public, permodalan perusahaan hanya bersumber dari perbankan, yaitu kredit. Berarti, struktur modal perusahaan lebih banyak utangnya. Karena bunga kredit harus selalu dibayar oleh perusahaan secara rutin (tidak bisa ditunda) dan sering suku bunga kredit sangat tinggi, berarti perusahaan mendapat modal dengan biaya yang mahal.58

Penawaran umum mencakup kegiatan-kegiatan berikut

Bagi investor, membeli saham perusahaan yang melakukan penawaran umum akan memberikan alternatif lain dalam memperoleh penghasilan. Selama ini, penghasilan pemilik uang yang paling populer hanya berasal dari bunga tabungan di bank. Dengan membeli saham atau obligasi, pemodal akan mendapat penghasilan dari sumber lain, yaitu dari dividen, capital gain, dan bunga obligasi.

59

1. Periode Pasar Perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada investor oleh Penjamin Emisi melalui para Agen Penjual yang ditunjuk;

:

2. Penjatahan Saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para investor sesuai dengan jumlah efek yang tersedia;

57

Sarwidji Widoatmodjo , (1), Op.cit., hal. 52.

58

Sarwidji Widoatmodjo ,(2), Op.cit., hal. 123.

59

Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia : Pendekatan


(46)

3. Pencatatan Efek di Bursa, yaitu saat efek tersebut mulai diperdagangkan di bursa.

Masa Penawaran Umum sekurang-kurangnya tiga hari kerja (yaitu masa di mana masyarakat mengisi formulir pemesanan dan penyerahan uang untuk diserahkan ke agen penjual). Periode Penawaran Umum berlaku saat efek ditawarkan kepada investor oleh Penjamin Emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk (dikenal juga sebagai Pasar Perdana - Primary Market). 60

a. Langkah-langkah Penawaran Saham Perdana

Proses penawaran umum atas saham dapat dikelompokkan menjadi empat tahap utama, yaitu :61

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses penawaran umum. Pada tahap paling awal, perusahaan yang akan menerbitkan saham terlebih dahulu melakukan rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya emiten melakukan penunjukan penjamin emisi efek (underwriter), lembaga penunjang pasar modal (biro administrasi efek dan bank kustodian), dan profesi penunjang pasar modal (akuntan publik, penilai, konsultan hukum, notaris).62

60

Ibid., hal. 74.

61

Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal : Strategi tepat

Investasi Saham, Obligasi, Warrant, Right, Opsi, Reksadana, dan Produk Pasar Modal Syariah,

(Jakarta: Visi Media, 2010), hal. 295.

62 Ibid.


(47)

Penjamin emisi efek (underwriter) merupakan pihak yang banyak terlibat membantu emiten dalam rangka penerbitan saham. Beberapa kegiatan yang dilakukan penjamin emisi efek adalah menyiapkan berbagai dokumen, membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas penerbitan. Akuntan publik (auditor independen) bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan calon emiten. Penilai bertugas melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut. Konsultan hukum bertugas memberikan pendapat dari segi hukum (legal opinion). Notaris bertugas membuat akta-akta perubahan anggaran dasar, akta perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum, dan juga notula-notula rapat.63

Pada masa persiapan ini, setidaknya ada sembilan langkah yang harus ditempuh64

a. Manajemen – dewan komisaris dan direksi – perusahaan memutuskan akan merencanakan mencari dana dari masyarakat (go public) untuk menambah modal perusahaan

:

b. Mengadakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) di antara pemilik saham sebelum go public. Pada RUPS ini, agendanya hanya dua, yaitu permintaan persetujuan rencana go

public dan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga (AD/ART) perusahaan.

c. Setelah semua pemegang saham setuju untuk go public, maka dimulailah menjadi penjamin emisi, lembaga penunjang (wali

63

Ibid.

64


(48)

amanat, penanggung, biro administrasi efek) dan profesi penunjang (akuntan publik, notaris, konsultan hukum, perusahaan penilai) untuk membantu proses go public.

1. Penjamin Emisi diperlukan untuk menjamin lakunya penjualan saham atau obligasi.

2. Wali Amanat diperlukan bagi perusahaan yang akan menjual obligasi, yaitu sebagai wakil pemegang obligasi pada RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi).

3. Penanggung juga diperlukan oleh perusahaan yang akan menjual obligasi, yaitu sebagai penanggung jika di tengah jalan ternyata perusahaan tidak bisa memenuhi kewajibannya, misalnya tidak sanggup membayar bunga.

4. Biro Administrasi Efek diperlukan untuk membantu mengadministrasikan saham, misalnya dalam hal pembayaran dividen.

5. Akuntan Publik diperlukan untuk mengaudit laporan keuangan sehingga benar-benar layak untuk go public.

6. Notaris sangat penting dalam proses go public, yaitu untuk mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan.

7. Konsultan Hukum diperlukan untuk memberikan pendapat dari segi hukum mengenai dokumen perusahaan.


(49)

riil atas aktiva perusahaan.

d. Mengubah anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan

e. Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi. Adapun dokumen-dokumen yang harus disiapkan adalah sebagai berikut. 1. Surat pengantar pernyataan pendaftaran

2. Prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran, dan dokumen lain yang diwajibkan yang berhubungan dengan proses go

public

3. Rencana jadwal emisi 4. Konsep surat efek 5. Laporan Keuangan

6. Rencaan penggunaan dana (dirinci pertahun) 7. Proyeksi, jika dicantumkan dalam prospektus 8. Legal audit (pendapat dari akuntan publik)

9. Legal opinion (pendapat dari konsultan hukum0 10. Riwayat hidup komisaris dan direksi

11. Perjanjian penjamin emisi 12. Perjanjian agen penjualan 13. Perjanjian perwaliamanatan 14. Perjanjian dengan bursa efek 15. Kontrak pengelolaan saham


(50)

laporan yang diwajibkan oleh UU no. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

17. Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) dapat meminta keterangan lain yang bukan merupakan bagian dari pernyataan pendaftaran, seperti NPWP dan KTP komisaris dan direksi

f. Penandatanganan perjanjian-perjanjian emisi.

g. Khusus penawaran obligasi atau efek lain yang bersifat utang, harus mendapat peringkat dari lembaga pemeringkat terlebih dahulu (pemeringkatan ini bisa dimintakan ke PT Pefindo – Pemeringkat Efek Indonesia).

h. Mengajukan pernyataan go public kepada Bapepam – LK (Otoritas Jasa Keuangan), seluruh dokumen perusahaan yang akan go public dievaluasi apakah memenuhi ketentuan yang berlaku. Adapun ketentuan yang harus dipenuhi calon emiten adalah :

1. bentuk dan isi pernyataan pendaftraan dalam rangka penawaran umum;

2. surat pengantar untuk pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum;

3. ketentuan umum pengajuan pernyataan pendaftaran; i. Kontrak pendahuluan dengan bursa efek.


(51)

perusahaan harus melakukan full disclosure, terutama mengenai :65 1. Sasaran dan tujuan manajemen perusahaan.

2. Berapa jumlah saham yang akan dijual perusahaan. 3. Untuk apa uang yang didapat tersebut digunakan 4. Bagaimana status perpajakan perusahaan

5. Bagaimana rencana perusahaan bila rencana yang ditetapkan tidak tercapai.

6. Status hukum perusahaan, serta ada atau tidaknya gugatan hukum terhadap perusahaan.

7. Keadaan keuangan perusahaan, neraca, laporan laba rugi. 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Pada tahap ini, calon perusahaan emiten menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) dengan membawa dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan. Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan), kemudian memeriksa pernyataan pendaftaran beserta dokumen pendukungnya. Jika semua persyaratan telah terpenuhi, Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) akan menyatakan pernyataan pendaftaran tersebut telah efektif. Selanjutnya, perusahaan emiten dapat meneruskan langkah berikutnya, yaitu melakukan penawaran saham di pasar perdana.66

Adapun langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam proses pendaftaran ini adalah sebagai berikut.67

65

Arsil Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung: Citra Adutya Bakti, 2000), hal. 209.

66

Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Op.cit., hal. 296.

67


(52)

a. Mengajukan pernyataan pendaftaran yang disampaikan oleh calon emiten bersama penjamin emisi

b. Emiten melakukan ekspos terbatas di Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan)

c. Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) melakukan inventarisasi atas kelengkapan dokumen emisi

d. Setelah semua dokumen dirasa lengkap, selanjutnya Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) akan melakukan evaluasi. Adapun yang dievaluasi adalah menyangkut hal-hal berikut.

1. Kelengkapan dokumen 2. Keterbukaan

3. Aspek hukum, akuntansi, keuangan, dan manajemen

e. Dalam tiga puluh hari kerja, Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan) akan memberikan tanggapan atas pernyataan pendaftaran yang diajukan calon emiten

f. Jika semua dokumen dinilai lengkap dan mengandung kebenaran serta kejelasan, maka pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif. 3. Tahap Penawaran

Tahapan ini merupakan tahapan utama karena pada waktu inilah emiten menawarkan saham kepada masyarakat investor. Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran sekurang-kurangnya tiga hari kerja. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor terpenuhi dalam tahapan ini. Sebagai contoh, saham yang


(53)

dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham, sementara yang ingin dibeli seluruh investor berjumlah 150 juta saham. Jika tidak mendapatkan saham di pasar perdana, investor dapat membeli saham tersebut di pasar sekunder, yaitu setelah saham tersebut dicatatkan di bursa efek. Pada tahap ini, harga saham masih ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi efek.68

4. Tahap Pencatatan

Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, saham tersebut kemudian dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Setelah dicatatkan di BEI, saham tersebut dapat diperdagangkan oleh para pelaku bursa sehingga harganya tidak lagi dapat ditentukan oleh emiten dan penjamin emisi efek. Harga saham di bursa selalu berfluktuasi, naik turun mengikuti mekanisme pasar.69

b. Masa Penawaran

Setelah perusahaan mendapat masukan dari para lembaga dan profesi penunjang sehingga semua dokumen benar-benar siap dan mendapat pernyataan efektif dari Bapepam-LK (Otoritas Jasa Keuangan), barulah calon emiten memasuki tahap berikutnya, yaitu tahap penawaran. Dalam tahap penawaran ini, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut.70

1. Mempublikasikan prospektus. Dari prospektus inilah investor mengetahui

kondisi perusahaan sehingga bisa memutuskan apakah membeli surat berharga yang ditawarkan atau tidak. Untuk mempublikasikan prospektus dapat ditempuh berbagai cara, antara lain mengiklankan secara lengkap di

68

Iswi Hariyani dan R. Serfianto, Loc.cit., hal. 296.

69

Ibid., hal. 295.

70


(54)

surat kabar nasional (cara ini wajib dilakukan) dan melakukan public

expose. Pada acara ini, calon emiten bersama penjamin emisi mengundang

calon investor guna berpromosi agar pemodal bersedia membeli efek yang ditawarkan. Pada acara ini, investor berhak mengajukan berbagai pertanyaan.

2. Melakukan penawaran perdana. Pada masa ini, investor mulai bisa membeli

saham, inilah yang dimaksud membeli di pasar perdana. Meski demikian, membeli saham di pasar perdana tetap harus melalui perusahaan pialang. Di sini, calon emiten tidak melakukan apa-apa, tetapi bila diperlukan, bisa berkoordinasi dengan penjamin emisi untuk mendorong penjualan saham atau obligasi.

3. Penjatahan efek. Langkah ini diperlukan jika permintaan melebihi

persediaan. Di samping itu, juga untuk menghindari efek jatuh kepada sedikit investor, sebab semakin sedikit investor yang memegang efek, semakin tidak likuid efek tersebut di pasar sekunder

4. Refund, yaitu pengembalian uang investor. Ini terjadi jika dalam penjatahan

investor tersebut tidak mendapatkan jatah, misalnya harga saham Rp. 1000, investor X menyetor Rp. 1 juta untuk mendapatkan 1000 lembar saham. Ternyata, investor X hanya kebagian 500 lembar, maka sisa uang Rp. 500.000 dikembalikan pada periode ini. Perdagangan saham dilakukan dengan cara pemesanan di mana pemesan membayar terlebih dahulu sejumlah pesanan menurut harga tertinggi dari penawaran. Jika ternyata harga akhir dari saham tersebut lebih rendah dari pembayaran yang


(55)

dilakukan, maka uang kelebihan pembayaran tersebut akan dikembalikan kepada para pemodal. Di samping pembayaran kembali karena selisih harga saham tersebut, terdapat pula kemungkinan pembayaran kembali atau

refund yang disebabkan karena kelebihan pemesanan, yaitu kelebihan antara

jumlah pesanan dengan jumlah saham yang didapat setelah penjatahan.71

c. Masa Pencatatan

Setelah penjualan di pasar perdana berlalu beberapa minggu, tahap berikutnya adalah melakukan pencatatan di bursa efek. Oleh manajemen bursa efek, perusahaan yang akan go public dievaluasi lagi, apakah memenuhi syarat untuk dicatat di bursa efek atau tidak. Bila bursa efek setuju dengan pencatatan perusahaan, maka perusahaan yang bersangkutan segera membayar biaya pencatatan, atau sering disebut listing fee, yang besarnya untuk BEI minimal Rp. 10 juta dan maksimal Rp. 100 juta. Selengkapnya, langkah-langkah yang harus dilalui dalam masa pencatatan di BEI adalah sebagai berikut.72

1. Emiten mengajukan permohonan pencatatn ke bursa sesuai dengan ketentuan pencatatan efek di BEI

2. Bursa melakukan evaluasi berdasarkan persyaratan pencatatan

3. Jika memenuhi persyaratan pencatatan, bursa memberikan surat persetujuan pencatatan

4. Emiten membayar biaya pencatatan

5. Bursa mengumumkan pencatatan efek di papan perdagangan elektronik

71

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Sad Satria Bakti, 2000), hal. 133.

72


(56)

bursa

6. Efek tersebut mulai tercatat dan dapat diperdagangkan di BEI. Pada masa ini, dimulailah perdagangan di pasar sekunder

Pencatatan saham di bursa efek adalah merupakan hal yang terpenting bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum, sebab dengan pencatatan di bursa ini saham perusahaan secara resmi dapat diperdagangkan di bursa. 73 Pada perdagangan perdana ini saham yang dicatatkan di bursa akan mengalami penawaran dan permintaan menurut animo pasar yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gejolak harga saham, di sini akan terlihat kekuatan penawaran yang dilakukan apakah harga saham akan anjlok pada perdagangan perdana ini ataukah akan melonjak naik. Gejolak harga ini akan terjadi terus selama beberapa waktu, dan merupakan kewajiban bagi penjamin emisi untuk melakukan stabilisasi harga sampai tercapainya harga yang ideal bagi saham tersebut.74

d. Kewajiban Setelah Go Public

Selesainya IPO (Initial Public Offering) bukan berarti tugas perusahaan telah selesai. Tahap berikutnya yang menjadi tugas perusahaan adalah menunaikan kewajiban yang harus dipenuhi setelah menjadi perusahaan publik, khususnya terkait dengan pencatatan saham yang dilakukan di bursa. Beberapa kewajiban yang terpenting di antaranya:75

73

I Putu Gede Ary Suta, Loc.cit., hal. 133.

74

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 26.

75


(1)

Penilai dan/atau Perusahaan Penilai sebagai salah satu Profesi Penunjang

Pasar Modal, hingga saat ini belum diatur secara khusus oleh

Undang-undang, sebagaimana Profesi Penunjang Pasar Modal lainnya yang lebih

dahulu telah dibuatkan Undang-undang yang mengaturnya secara khusus.

Sehingga masih banyak ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Penilai

dan/atau Perusahaan Penilai dalam melaksanakan kegiatan penilaian, dan

pelanggaran tersebut sulit untuk ditindak tegas.

Penerapan Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan Kode Etik Penilai

Indonesia (KEPI) yang belum memiliki sanksi yang tegas dalam

pelaksanaannya oleh Penilai dan/atau Perusahaan Jasa Penilai. SPI dan

KEPI sebagai pedoman pelaksaan pekerjaan penilaian dikarenakan tidak

memiliki landasan hukum yang kuat, sehingga dalam penerapannya masih

sering ditemukan adanya pelanggaran dan malpraktek tetapi tidak dapat

ditindak secara pidana maupun perdata.

3. Penilai bertanggung jawab terhadap hasil penilaian yang disusunnya dalam

laporan penilaian (yang ditandatanganinya) maupun informasi yang

diberikannya kepada pemberi tugas maupun pengguna laporan yang

dibuatnya, misalnya investor, emitenm dan berbagai pihak yang terkait.

Mengenai tanggung jawab Penilai telah diatur menurut Kode Etik Penilai

Indonesia (KEPI), yaitu penilai bertanggung jawab terhadap integritas

pribadinya, terhadap pemberi tugas, terhadap sesama penilai dan usaha jasa

penilai, serta terhadap masyarakat.


(2)

pertanggungjawabannya secara pidana, perdata dan administrasi.

Tanggung jawab Penilai dalam membuat laporan penilaian yang memuat

informasi tidak benar tentang fakta material (menyesatkan), seperti yang diatur

dalam Pasal 80 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar

Modal, maka:

a. Setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran,

b. Direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi

efektif,

c. Penjamin pelaksana emisi efek,

d. Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat

atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan

pendaftaran,

wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas

kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan untuk segera membentuk dan menetapkan peraturan

perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang Profesi Penilai,

sebagaimana telah dibentuk dan ditetapkannya Undang-undang yang

mengatur tentang profesi penunjang pasar modal lainnya, seperti Konsultan

Hukum, Akuntan Publik, maupun Notaris. Hal ini penting karena dengan

adanya Undang-undang yang secara khusus mengatur tentang Profesi


(3)

melakukan tugas penilaian di Pasar Modal oleh profesi maupun perusahaan

penilai. Dan apabila terjadi pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya,

maka dapat diberi sanksi yang tegas, baik sanksi pidana, perdata, maupun

sanksi administratif.

2. Bagi Penilai

Menjunjung tinggi prinsip transparansi dalam melaksanakan tugas yang

diberikan padanya. Mengutamakan integritas, kompetensi dan

profesionalitas dengan tetap mengacu kepada Standar Penilaian Indonesia

(SPI) dan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI). Sehingga, profesi penilai

dapat meraih kembali kepercayaan dari masyarakat yang selama ini

menganggap bahwa profesi penilai lekat dengan praktek persaingan tidak

sehat dan berbagai malpraktik lainnya. Dengan demikian, profesi penilai

telah membantu investor untuk dapat mempertimbangkan dengan baik dan

tepat tentang dimana investor tersebut akan menanamkan modalnya dan

membantu memperkecil resiko kerugian di masa depan bagi investor akibat


(4)

DAFTAR PUSTAKA I. Buku

Anwar, Jusuf, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Bandung: P.T. Alumni, 2007

Asikin, Amiruddin Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salemba Empat, 2006

Djodjodirjo, Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1982

Emirzon, Joni, Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000

Hariyani, Iswi dan R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal: Strategi Tepat Investasi Saham, Obligasi, Warrant, Right, Opsi, Reksadana dan Produk Pasar Modal Syariah, Jakarta: Visi Media, 2010

Hartono, Redjeki Sri, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Semarang: Mandar Maju, 2000

Nasarudin, M. Irsan, et.al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana, 2008

Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta: Program Pascasarjana UI, 2001

Purbacaraka, Purnadi dan Ridwan Halim, Filsafat Hukum dan Tanya Jawab, Jakarta: Rajawali, 1983

Rokhmatussa’dyah, Ana, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Siregar, Doli D, Breakthrough Profesionalisme Penilai Indonesia, Jakarta: Masyarakat Profesi Penilai Indonesia, 2013

Sitompul, Arsil, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000


(5)

Widioatmodjo, Sarwidji, Jurus Jitu Go Public, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004

, Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009

II. Peraturan Perundang-undangan:

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Majelis Permusyawaratan Rakyat, Ketetapan No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004.

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal.

Peraturan Nomor VIII.C.1 tentang Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal

Peraturan Nomor VIII.C.2 tentang Independensi Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal

Peraturan Nomor VIII.C.3 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Usaha di Pasar Modal

Peraturan Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal

Peraturan Nomor VIII.C.5 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Aset Tak Berwujud di Pasar Modal

Peraturan Nomor X.J.4 tentang Laporan Berkala Kegiatan Penilai Kode Etik Penilai Indonesia 2013

Standar Penilaian Indonesia 2013 III. Majalah


(6)

“Sudah 497 Penilai Ikut Diseminasi SPI 2013”, Media Penilai, Edisi Maret/TH.VII/2012

Purba, A. Zen Umar, “Tanggung Jawab Profesi Penunjang Pasar Modal di Indonesia”, Majalah Hukum dan Pembangunan, No. 2, Tahun XXV, April 1995

Yusuf, Hamid, “Kurangnya Tenaga Penilai di Indonesia”, Kompas, 30 September 2010.

IV. Jurnal

Ruru, Bacelius. (1994). “Pasar Modal Indonesia Pasca Deregulasi Paket Desember 1990”. Makalah Dalam Seminar Nasional Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Pasca Deregulasi Paket Desember 1990, Yogyakarta. V. Website

Masyarakat Asosiasi Profesi Penilai Indonesia, Peraturan dan Standar Profesi Penilai Indonesia Prospektus