Perspektif Sejarah Sikambang GANDANG SIKAMBANG

42

BAB III GANDANG SIKAMBANG

3.1 Perspektif Sejarah Sikambang

Menurut sejarahnya, ada beberapa versi tentang asal mula terjadinya nama kesenian pesisir Sikambang ini. Versi pertama mengatakan bahwa Sikambang berawal dari masuknya agama Islam di nusantara, khususnya di Barus kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat setempat. Para pembawa agama tersebut setelah singgah di pulau Mursala kemudian melanjutkan perjalanannya ke Barus dengan maksud untuk menyiarkan agama yang mereka bawa. Pada masa itu masyarakat Barus belum mengenal suatu agama apapun. Maka para pembawa agama Islam tersebut untuk “mengembangkan” agamanya melalui kesenian daerah setempat. Akhirnya kata Sikambang melekat pada masyarakat setempat melalui kesenian berdasarkan ajaran agama Islam yang dibawa oleh para pedagang Persia. Versi lain mengatakan bahwa asal mula terjadinya kesenian pesisir Sikambang berasal dari nama seorang pemuda. Pemuda tersebut adalah tukang kayuh nahkoda sampan daripada Putri Runduk, yang ketika itu berlayar dari desa lobu tua menuju pulau mursala. Disepanjang perjalanan sikambang sang nahkoda melantunkan syair-syair yang indah sambil memukul papan dinding sampan. Namun ada versi dari masyarakat di desa Jago-Jago mengatakan bahwa Sikambang berasal dari nama seorang anak yang bernama Sikambang. Anak tersebut anak yang dibuang dari Bengkulu hingga ia terdampar di pulau Mursala. Universitas Sumatera Utara 43 Ketika itu si anak melantunkan syair-syair yang menyentuh hati dipinggir pantai, di dalam hutan Putri Diana 6 mendengar lantunan syair-syair dari si anak tersebut. Putri Diana mengikuti lantunan syair-syair yang didengarnya itu dan melantunkannya ketika membuaikan menidurkan anaknya. Lantunan tersebut terdengar orang seorang nelayan yang melintas di pulau Mursala. Lantunan menyentuh hati si nelayan, si nelayan menikmati dan menghafalkan lantunan dari tersebut. Sesampai nelayan di rumahnya, dia duduk di bawah pohon kelapa yang ada di depan rumahnya sambil lantunkan syair yang didengarnya tadi di laut. Tetangga si neleyan mendengar lantunan tersebut, sungguh indah dan menyentuh hatinya. Si tetangga penasaran apa judul dari lantunan itu, kemudian dia menjumpai si nelayan dan menayakan judul dari lantunan tersebut. Si nelayan menjawab saya tidak tahu apa judul lantunan itu, lantunan itu yang saya dengar dari seorang wanita di pulau seberang kata si nelayan. Kalau begitu kata tengganya kepada si nelayan tolong bapak cari tahu ya apa judul lantunan itu, sanagt indah dan menyentuh hati saya. Si nelayan juga ikut penasaran siapa wanita yang dingarnya melantunkan syair-syair indah tersebut. Menjawab penasaran siapa yang lentuntankan syair itu, si nelayan berangkat ke pulau mursala dan menjumpai Putri Diana. Apa benar ibu yang lantunkan syair ini? Sambil si nelayan malantunkan lantun tersebut, benar pak, saya yang melantunkan itu jawab Putri Diana, jadi jawab nelayan, kalau ibu yang melantukan itu, apa judul lantunan itu bu? Jawab Putri Diana, saya juga tidak tahu pak, lantunan itu 6 Putri Diana atau lebih dikenal dengan Putri Runduk merupakan masyarakat biasa, bukan seorang putri keturunan raja seperti yang berkembang saat ini. Putri Diana adalah seorang wanita yang sangat sopan santun, ketika berpapasan dengan orang siapapun dan dimanapun, dia selalu menunduk memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Dengan tingkahnya sedemikian maka masyarakat memanggilnya Putri Runduk. Universitas Sumatera Utara 44 yang saya dengar dari pinggir pantai di sana. Kemudian nelayan dan putri Diana pergi ke pinggir pantai menjumpai si anak yang melantunkan syair tersebut. Apa benar anak yang melantunkan tanya nelayan ini sambil melantunkan syair, apa judulnya nak? Iya pak, saya yang melantunkan itu, kalu judul lantunan itu tidak ada pak, itu ungkapan hati untuk menghibur saya pak. Kalau begitu siapa nama anak? Tanya nelayan, Sikambang pak jawab anak tersebut. kemudian mereka nelayan dan putri Diana kembali ke rumah masing-masing. Ketika ada yang menanya mereka judul lantunan itu maka mereka itu lantunan sikambang. Setelah adanya lagu Sikambang secara vokal maka para nelayan selalu menyatukan dengan memukul papan pinggiran perahu sebagai instrument. Pukulan pinggiran perahu diiringi dengan siulan pengganti melodi. Terpadulah satu kesatuan bunyi alami antara instrument dan vokal di tengah lautan. Lambat laun, para nelayan menciptakan gandang sikambang terbuat dari kayu bulat dengan nelayan belakang dilapisi kulit kambing sedangkan bagian satu lagi dibiarkan kosong. Bagian yang kosong diganjal dengan kayu tipis diikat dengan rotan sebagai stem membran. Setelah tercipta gandang sikambang tercipta pula singkadu terbuat dari bambu. Singkadu merupakan alat tiup pada masyarakat pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Universitas Sumatera Utara 45 3.2 Struktur dan Ukuran gandang Sikambang 3.2.1 Struktur Gandang Sikambang