BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Luxemburg 1992:23 sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung
berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu. Sastra pun dipergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistem masyarakat. Sastra
juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.
Wellek dan Warren dalam Kurniawan 2012:1 kemudian mendefinisikan sastra sebagai karya imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai
nilai estetika dominan. Imajinasi dan estetika merupakan konsep dasar dari seni yang bersifat personal, sedangkan bahasa merupakan ciri khas dari media
penyampainya, yang membuat karya sastra berbeda dengan karya-karya lainnya.
Karya sastra terdiri dari puisi, drama, prosa novel, dan lain-lain. Novel merupakan salah satu karya sastra yang dapat dijadikan media untuk
mengabadikan sesuatu yang menarik atau luar biasa atau untuk merekam zaman dan juga digunakan sebagai media untuk menggambarkan situasi yang
terjadi saat itu dan melihat kehidupan sosiologi masyarakat dalam novel. Pengertian novel menurut Wellek dan Warren dalam Hannum 2010:1-2
adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada
Universitas Sumatera Utara
saat novel itu ditulis yang bersifat realistis dan mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam.
Kejadian yang terjadi dalam sebuah peristiwa dalam novel digambarkan oleh seorang tokoh. Tokoh-tokoh dalam novel dilukiskan dalam karakter,
pribadi dan pencandraan diri yang kuat dan meyakinkan, keberadaan tokoh tersebut terasa hidup dan meyakinkan.
Menurut Piaget dalam Ratna 2011:13 karya sastra dianggap sebagai entitas dengan struktur yang otonom, mandiri, bahkan dianggap sebagai
memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri self-regulation di samping kesatuan intrinsik dan prosedur transformasi. Meskipun demikian,
dalam perkembangan berikutnya dengan ditemukannya berbagai kelemahan terhadap teori tersebut, maka analisis bergeser ke struktur luar. Karya sastra
dipahami dalam kaitannya dengan latar belakang sosial yang menghasilkannya. Dalam hubungan inilah, berkembang model analisis
interdisiplin, yaitu: psikologi sastra, sosiologi sastra, dan antropologi sastra. Karena sastra memiliki hubungan yang khas dengan sistem sosial dan
budaya sebagai basis kehidupan penulisnya, maka sastra selalu hidup dan dihidupi oleh masyarakat dan masyarakat sebagai objek kajian sosiologi
menegaskan adanya hubungan antara sastra sebagai disiplin ilmu dengan sosiologi sebagai disiplin ilmu lainnya Kurniawan, 2012:3.
Menurut Abercrombie dalam Kurniawan 2012:4 sosiologi mempunyai 2 akar kata: socius dari bahasa Latin yang berarti “teman” dan logos dari
bahasa Yunani yang berarti “ilmu tentang”. Secara harfiah, sosiologi berarti
Universitas Sumatera Utara
“ilmu tentang pertemanan”. Dalam sudut pandang ini, sosiologi bisa didefinisikan sebagai “studi tentang dasar-dasar keanggotaan sosial
masyarakat”. Secara lebih teknis, sosiologi adalah analisis mengenai struktur hubungan sosial yang terbentuk melalui interaksi sosial.
Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat serta usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk
mengubah masyarakat itu Endraswara, 2011:3. Secara definitif sosiologi sastra adalah analisis, pembicaraan terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Definisi lain menyebutkan bahwa sosiologi sastra merupakan aktivitas pemahaman dalam
rangka mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung dalam karya Ratna, 2011:24.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah dari segi sosiologis terdapat dalam novel dengan judul “Catatan Ichiyo” ditulis oleh Rei Kimura yang
menampilkan kisah perjuangan seorang novelis Jepang dari zaman Meiji yang sejak November 2004, lukisan potretnya menghiasi uang kertas Jepang
pecahan 5.000 yen. Novel “Catatan Ichiyo” menceritakan tentang gadis Jepang biasa bernama
Ichiyo Higuchi. Ia terlahir dengan nama Natsuko Higuchi, sebelum mengambil keputusan benar untuk mengganti namanya menjadi Ichiyo
Higuchi. Ia menjalani hari-hari yang sulit dan melelahkan. Berpindah-pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain karena kondisi keluarga yang miskin.
Universitas Sumatera Utara
Perjalanan hidup mengarahkan Ichiyo menjadi penulis. Menjadi penulis perempuan pada zaman Meiji adalah hal yang hampir mustahil. Hal tersebut
karena ada paham yang masih berlaku di masyarakat bahwa wanita harus tinggal di rumah dan tugas wanita yaitu urusan rumah tangga dan merawat
anak International Society for Education Information,Inc, 1989:83. Namun tekad dan semangat Ichiyo akhirnya membawanya menjadi salah satu penulis
yang paling diperhitungkan di Jepang. Di akhir hidupnya, barulah sajak dan novel-novelnya dibaca dan dihormati
oleh warga Jepang. Beratus-ratus tahun kemudian wajahnya diabadikan pada mata uang kertas 5.000 yen Jepang. Sebuah penghormatan dan kedudukan
yang tak pernah dicapai oleh perempuan Jepang mana pun. Di dalam novel Catatan Ichiyo dapat dilihat kondisi dan masalah sosial
yang dihadapi oleh seorang perempuan di zaman Meiji dan bagaimana status sebagai sastrawan perempuan pada zaman itu.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk menganalisa secara sosiologis cerita dalam novel ini. Untuk itu penulis membahasnya di
dalam skripsi dengan judul “Analisa novel Catatan Ichiyo Karya Rei Kimura dilihat dari pendekatan Sosiologis”.
1.2 Perumusan Masalah