Diagnosis diabetes Pengobatan Diabetes Melitus

d. Gangguan sistem imunitas Gangguan sistem imun mungkin merupakan dasar timbulnya diabetes pada orang-orang tertentu. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas disertai pembentukan sel-sel antibodi terhadap sel-sel ß pankreas dan akhirnya akan menyebabkan kerusakan sel-sel pensekresi insulin.

2.5.3 Diagnosis diabetes

Kriteria yang biasa digunakan untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus adalah dari gejala yang timbul dan glukosa plasma. Adapun gejala diabetes ditandai dengan poliuria, polidipsia serta penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia peningkatan nafsu makan. Gejala lainnya adalah glikosuria, ketosis, asidosis dan koma. Untuk parameter glukosa plasma, American Diabetes Association ADA merekomendasikan parameter glukosa puasa sebagai acuan utama untuk mendiagnosis diabetes melitus pada orang dewasa. Namun selain itu bisa juga ditetapkan dari glukosa plasma sewaktu maupan 2 jam setelah mengkonsumsi glukosa. Jika nilai glukosa plasma masih belum dapat ditentukan dengan tegas, maka pengujian dapat diulangi pada hari yang berbeda Triplitt, dkk., 2005. Tabel 2.1 Diagnosis diabetes melitus Parameter Normal mgdl Gangguan mgdl Diabetes Melitus mgdl Glukosa plasma puasa 100 100-125 ≥ 126 Glukosa plasma 2 jam setelah uji tolerensi glikosa 140 140-199 ≥ 200

2.5.4 Pengobatan Diabetes Melitus

Universitas Sumatera Utara Pengobatan diabetes melitus pada dasarnya ada 3 hal yaitu diet, olah raga dan obat-obatan. Dalam penanggulangan diabetes melitus, obat hanya merupakan pelengkap dari diet. Obat hanya perlu diberikan bila pengaturan diet secara maksimal tidak berhasil mengendalikan kadar glukosa darah. Peranan diet dalam pengobatan diabetes sangat besar, oleh karena itu bila dengan diet saja tidak berhasil boleh diberikan insulin, sedang antidiabetik oral hanya diberikan pada penderita bila benar-benar dibutuhkan Ganiswara, 1995. Obat yang sering digunakan dalam mengatasi penyakit diabetes melitus adalah insulin dan non insulin. a. Insulin parentral Pemberian insulin dilakukan apabila pankreas dari pasien tidak dapat bekerja memproduksi insulin secara maksimal. Insulin tidak dapat digunakan secara oral karena dirusak oleh enzim-enzim protease di lambung, maka selalu diberikan secara parentral. Insulin parentral ada 4 tipe: i. Rapid acting reaksi cepat, contoh Aspart, onset 15-30 menit, puncak 1-2 jam, durasi 3-5 jam, durasi maksimum 5-6 jam. Lispro, onset 15-30 menit, puncak1-2 jam, durasi 3-4 jam, durasi maksimum 4-6 jam. ii. Short–acting kerja singkat contoh,Reguler, onset 0,5-1,0 jam, puncak 2-3 jam, durasi 3-6 jam, durasi maksimum 6-8 jam. iii. Intermediate–acting kerja sedang contoh, Lente, onset 3-4 jam, puncak 6- 12 jam, durasi 12-18 jam, maksimum20 jam.6-10 jam, puncak 10-16 iv. Long-acting kerja panjang contoh, Ultralente, onset 6-10 jam, puncak 10- 16 jam, durasi 18-20 jam, durasi maksimum 24 jam DiPiro, 2006. Universitas Sumatera Utara b. Obat antidiabetik oral Obat antidiabetik oral digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu i. Golongan sulfonilurea Golongan ini bekerja dengan merangsang produksi insulin pada sel ß pankreas untuk mempertinggi sekresi insulinnya. Oleh karena itu, obat golongan sulfonilurea ini hanya efektif pada penderita diabetes melitus tipe II yang sel-sel-ß pulau Langerhansnya masih dapat berfungsi karena merangsang sekresi insulin di pankreas. Obat-obat yang termasuk golongan sulfonylurea seperti klorpropamida, tolbutamid, glibenklamid, asetoheksamida dan lain-lain Katzung, 1998. ii. Golongan biguanida Golongan biguanida berbeda dengan sulfonilurea karena tidak merangsang sekresi insulin. Golongan biguanida bagi penderita obesitas refrakter dimana hiperglikemianya disebabkan karena kerja insulin yang tidak efektif, sebagai terapi kombinasi dengan golongan sulfonilurea bila dengan sulfonilurea gagal diobati dan sebagai terapi kombinasi dengan insulin Katzung, 1998. Golongan biguanida mempunyai mekanisme kerja sebagai berikut : mengurangi glukoneogenesis di hati, memperlambat absorbsi glukosa dari saluran pencernaan dan peningkatan penyerapan glukosa di jaringan perifer. iii. Penghambat α-glukosidase Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α- glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan Universitas Sumatera Utara glukosa dan menurunkan hiperglikemia. Obat ini tidak menyebabkan hipoglikemia. Absorbsinya sangat sedikit dan efek samping utama adalah perut kembung, diare dan kram abdominal. Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini adalah akarbose, pemakaiannya per oral sebagai obat aktif pada pengobatan penderita DMTI dan sebagai tambahan memungkinkan dengan insulin pada DMTI. Akarbose menghambat a glukosidase pada vili- vili usus sehingga menurunkan absorbsi glukosa. Tidak seperti obat oral hipoglikemik lainnya, akarbosa tidak merangsang pelepasan insulin dari pankreas Mycek, 2001. iv. Golongan thiazolidinediones Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Dapat diberikan secara oral. Obat ini bekerja dengan jalan mengurangi produksi glukosa di hati. Golongan obat ini baru mulai dicoba dan belum beredar di pasaran. Obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah pioglitazone dan rosiglitazone. v. Golongan miglitinida Kelompok obat terbaru ini bekerja menurut suatu mekanisme khusus yaitu mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas segera sesudah makan. Miglitinida harus diminum sebelum makan dan karena resorpsinya cepat, maka mencapai kadar darah puncak dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya. Obat yang termasuk golongan miglitinida adalah repaglinida Tan dan Raharja, 2002.

2.6 Penilaian Pengontrolan Glukosa