87
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .687
a
.473 .446
.06986 a. Predictors: Constant, X5, X3, X1, X2, X4
b. Dependent Variable: Y
Pada tabel 4.11, memperlihatkan Adjusted R Square adalah sebesar 0.446, hal ini berarti 44,6 variabel manajemen laba dapat
dijelaskan oleh variabel asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik, dan operating cash flow perusahaan. Sedangkan
sisanya yaitu sebesar 100-44,6 = 55,4 dijelaskan oleh faktor- faktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian
ini seperti kualitas audit Wiryadi dan Sebrina, 2013, kepemilikan manajerial Antonia, 2008, corporate governance Jao dan Pagulung,
2011 serta faktor-faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
5. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui seluruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
88 sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0.05 Ghozali, 2011:98. Adapun hasil uji statistik F disajikan dalam tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12 Uji Statistik F
ANOVA
a
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
1 Regression
.428 5
.086 17.556
.000
b
Residual .478
98 .005
Total .907
103 a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: Constant, X5, X3, X1, X2, X4 Sumber: Data sekunder diolah
Pada tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi 0.000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus,
biaya politik dan operating cash flow perusahaan secara bersama- sama berpengaruh terhadap manajemen laba.
b. Uji Signifikasi Parameter Individual Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing- masing variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi . Jika
89 nilai probabilitas signifikansi a, maka hipotesis diterima. Jika
nilai probabilitas signifikansi a, maka hipotesis ditolak. Tabel 4.13 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian ini:
Tabel 4.13 Uji Statistik t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error
Beta
1 Constant
-.174 .123
-1.421 .159
X1 Ast.Informasi -8.711E-005
.000 -.028
-.381 .704
X2 Leverage -.176
.055 -.273 -3.206
.002 X3 Komp.Bonus
-.004 .019
-.018 -.233
.816 X4 By.Politik
.014 .006
.199 2.337
.021 X5 CFO
-.621 .067
-.733 -9.331 .000
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa terdapat 2 variabel independen yaitu leverage dan biaya politik berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen manajemen laba. Sedangkan dua variabel independen yaitu asimetri informasi dan kompensasi
bonus tidak berpengaruh terhadap variabel dependen manajemen laba. Hasil pengujian statistik t tersebut juga membuktikan bahwa
variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu operating cash flow perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Adapun penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut: 1 Pengaruh Asimetri Informasi tehadap Manajemen Laba
90 Hasil pengujian variabel asimetri informasi mempunyai
signifikansi 0.704 lebih besar dari α =0.05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan 0.000. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa asimetri informasi
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Wiryadi dan Sebrina 2013 dimana hasil dari penelitiannya menemukan bahwa asimetri informasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muliati
2011 dan Putra et all 2014 dimana dalam penelitian yang mereka lakukan ditemukan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Menurut Sulistyanto 2008 dalam Wiryadi dan Sebrina
2013, hal yang menyebabkan asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan adalah kemungkinan terjadi kesalahan
pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan kaidah kualitatif. Kaidah itu adalah pertama, laporan keuangan
harus menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakainya atau dengan kata lain, laporan keuangan yang
relevan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi semua pihak yang membutuhkan. Kedua,
laporan keuangan harus netral dari keinginan pihak-pihak
91 tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari
informasi yang disajikan dalam laporan itu. Ketiga, laporan keuangan harus menyajikan informasi yang lengkap dan
komprehensif, oleh sebab itu laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi
perusahaan. Keempat, laporan keuangan harus mempunyai daya banding dan uji. Laporan keuangan dikatakan mempunyai daya
banding apabila informasi yang disajikan dapat dibandingkan dengan informasi pada periode terdahulu atau perusahaan yang
berbeda. Sedangkan daya uji adalah kemampuan laporan keuangan untuk tetap menghasilkan informasi yang sama
apabila diuji kembali dengan menggunakan metode yang sama. Kemudian Siregar 2006 dalam Wiryadi dan Sebrina
2013 yang menemukan hasil penelitian bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba
mengemukakan alasan bahwa kemungkinan jumlah sampel yang relatif tidak banyak sehingga estimasi parameter kurang
tepat membuat asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Faktor keadaan perusahaan yang sudah baik
kemajuan dan keseimbangannya membuat manajemen tidak perlu lagi melakukan praktik manajemen laba untuk
memperlihatkan keadaan baik perusahaan tersebut kepada para pemegang saham atau stakeholder lainnya. Hasil penelitian
92 Suhendah dan Imelda 2012 juga menyatakan bahwa asimetri
informasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Menurut mereka hal ini terjadi karena pihak
manajer maupun stakeholders dapat mengakses informasi dengan kekuatan yang sama besar sehingga pihak stakeholders
dapat mengawasi segala aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola perusahaan sehingga tidak ada kesempatan
bagi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba.
2 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba Hasil
pengujian variabel
leverage mempunyai
signifikansi 0.002, lebih kecil dari dari α =0.05. Nilai koefisien
beta yang dihasilkan -0.176. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis H2 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty 2010 dan Kosasih dan
Widyawati 2013 yang juga memberikan hasil leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Antonia 2008 dan Budiasih 2009, dimana penelitian yang
mereka lakukan memberikan hasil leverage tidak berpengaruh
93 terhadap manajemen laba.
Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak signifikan ini adalah
dengan tingginya hutang akan meningkatkan risiko default bagi perusahaan, tetapi manajemen laba tidak dapat dijadikan
sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut, karena pemenuhan kewajiban hutang tidak dapat dihindarkan
dengan manajemen laba Antonia,2008. Leverage menjadi faktor yang mempengaruhi tindakan
manajemen dalam melakukan manajemen laba. Leverage menjadi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba karena
semakin tinggi rasio hutang yang dimilik perusahaan dan semakin dekat perusahan pada arah pelanggaran perjanjian
utang akan semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk malakukan
praktik manajemen laba semakin berkurang Kosasih dan Catur, 2013.
3 Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel kompensasi bonus mempunyai
signifikansi 0.816 lebih besar dari α = 0.05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan -0.004. Hasil ini menunjukan bahwa hipotesis H3 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa kompensasi bonus
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
94 Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Elfira 2014 dimana memberikan hasil kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba.
Bonus merupakan penghargaan yang diberikan karyawan atas kinerja baiknya bagi perusahaan. Dalam bonus plan hypothesis,
di dalam kontrak bonus terdapat dua istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus dan cap
tingkat laba tertinggi. Jika laba berada di bawah bogey, maka manajemen tidak akan mendapatkan bonus. Jika laba diatas
cap, tidak ada bonus tambahan yang diterima oleh manajemen. Berdasarkan bonus plan hypothesis ini dan kontrak bonus yang
ada, manajemen akan berusaha untuk membuat laba berada di antara bogey dan cap. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian
ini dimana adanya pengaruh positif antara kompensasi bonus dengan manajemen laba maka kesimpulan yang dihasilkan
adalah semakin tinggi bonus yang dijanjikan perusahaan, semakin tinggi juga praktik manajeman laba yang dilakukan
manajemen agar dapat memperoleh bonus yang dijanjikan perusahaan tersebut.
Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Achmad et all 2007 yang juga memberikan
hasil kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurut Achmad et all 2007 argumen kegagalan
95 hipotesis kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen
laba karena 1 manajer menentukan target kisaran bonus; manajer menurunkan laba ketika informasi laba tidak mencapai
target bonus minimal atau melewati target bonus maksimal Healy 1985, 2 perusahaan publik di Indonesia masih
terpengaruh krisis ekonomi sehingga manajer tidak berani meningkatkan bonusnya, dan 3 manajer mempertimbangkan
bonus saat peningkatan laba namun mengabaikan bonus saat penurunan laba.
4 Pengaruh Biaya Politik terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel biaya politik mempunyai
signifikansi 0.021 lebih kecil dari α = 0.05. Koefisien beta yang dihasilkan 0.014. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H4
diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya politik berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi 2009 dimana menurut hasil penelitiannya baik
perusahaan besar maupun perusahaan sedang tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui
mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses maupun earning decreases. Handayani dan
Rachadi 2009 juga menyatakan bahwa, seperti halnya Size Hypothesis, semakin besar perusahaan akan cenderung untuk
96 menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar
secara politis lebih mendapat perhatian dari institusi pemerintahan dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh budiasih 2009 dimana juga memberikan
pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muliati
2011 dan Jao dan Pagulung 2011 dimana memberikan hasil pengaruh negatif signifikan. Muliati 2011 dan Jao dan
Pagulung 2011 berpendapat bahwa perusahaan besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dan
cenderung lebih berhati-hati dalam melaporkan laporan keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan dengan
akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih
bagus. Ukuran perusahaan tidak saja hanya bisa berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba tetapi ukuran perusahaan juga bisa berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba jika alasan dilakukannya manajemen laba karena adanya biaya politik yang ditanggung oleh perusahaan.
97 Dalam penelitian ini variabel biaya politik diproksikan dengan
ukuran perusahaan karena dalam teori akuntansi positif perusahaan besar tentunya memiliki biaya politik yang besar
pula. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah disajikan, faktor biaya politik memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula biaya politiknya, yang selanjutnya membuat manajemen
melakukan praktik manajemen laba untuk menurunkan labanya guna menurunkan biaya politiknya.
5 Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel kontrol operating cash flow
OCF mempunyai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0.621. Berdasarkan hal
tersebut menemukan bukti bahwa operating cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Konsisten dengan hasil penelitian Nastiti dan Gumanti 2011 dan Pradhana dan Rudiawarni 2013.
Menurut Nastiti dan Gumanti 2011 arus kas dari aktivitas operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan
dalam menghasilkan dana arus dana untuk digunakan dalam membiayai
kegiatan operasinya,
melunasi kewajiban,
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan dari sumber pendanaan lain. Maka jika arus kas dari aktivitas operasi
98 perusahaan tinggi mengindikasikan perusahaan tersebut
kinerjanya baik sehingga motivasi untuk melakukan kegiatan manajemen laba akrual akan menurun. Sebaliknya, pada saat
arus kas dari aktivitas operasi rendah, maka manajemen akan termotivasi
melakukan manajemen
laba akrual
untuk memperbaiki kinerjanya agar terlihat baik.
Setelah melakukan uji t seperti yang tertera dalam tabel 4.9, maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu:
Pada persamaan regresi di atas maka dapat diartikan bahwa nilai konstanta sebesar -0.174, menunjukan jika variabel
independen tidak ada maka akan terjadi peningkatan manajemen laba sebesar -0.174. Koefisien regresi untuk variabel leverage
sebesar -1.176 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat leverage, maka dapat menurunkan variabel
manajemen laba sebesar 1.176. Koefisien regresi untuk variabel biaya politik sebesar 0.014 menunjukkan bahwa setiap adanya
perubahan 1 satuan tingkat biaya politik, maka variabel manajemen laba akan bertambah sebesar 0.014. Koefisien regresi untuk
operating cash flow sebesar -0.621 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat operating cash flow, maka dapat
menurunkan variabel
manajemen laba
sebesar 0.621.
Y = -0.174 + 0.000X
1
- 1.176X
2
- 0.004X
3
+ 0.014X
4
-0.621X
5
99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi
dan Sebrina 2013. 2. Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty 2010 dan Kosasih dan Widyawati 2013.
3. Kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Achmad
et all 2007. 4. Biaya politik yang diproksikan dengan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliati 2011 dan Jao dan Pagulung
2011. 5. Operating Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti dan Gumanti 2011 dan Pradhana dan Rudiawarni 2013.
6. Asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan opeating cash flow secara bersama-sama berpengaruh terhadap
manajemen laba.