26 informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan
oleh manajer perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang positif antara tingkat ketidakseimbangan informasi dan
manajemen laba.
3. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi tentang keadaan perusahaan dan prospek
perusahaan daripada pihak di luar manajemen perusahaan misalnya principal dan investor. Kusumawati et all 2012 menyatakan bahwa
asimetri informasi bisa menimbulkan konflik kepentingan antar principal dan agent yang mungkin terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai
dengan kepentingan principal. Jansen dan Meckling 1976 dalam Antonia 2008 menambahkan
bahwa jika kedua kelompok dalam hal ini agent dan principal adalah orang-orang yang ingin memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan
yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal. Principal dapat membatasinya
dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agent dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agent yang menyimpang.
Setyaningrum dan Sari 2011 menyatakan bahwa asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan
27 pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga
saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan
mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham. Sedangkan menurut Ifonie 2012, asimetri informasi merupakan
ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham atau stakeholder lainnya, dimana manajer lebih mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Ifonie 2012 juga menyatakan bahwa semakin kecil
asimetri informasi yang terjadi di antara manajer dan pemegang saham atau stakeholder lainnya, maka semakin kecil biaya modal sendiri yang
ditanggung oleh perusahaan. Riyanto dan Bachruddin 2005 menyatakan bahwa pihak principal
tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai tentang kinerja agent. Agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan
principal. Ketidakseimbangan informasi inilah yang dikenal dengan asimetri
informasi. Asumsi
bahwa individu
bertindak untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, berakibat pada usaha agent untuk memanfaatkan adanya asimetri informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.
28 Scoot 2000 dalam Lisa 2012 membagi asimetri informasi
menjadi dua tipe, yaitu: a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan akan melangsungkan suatu transaksi
usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang
seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan
daripada investor luar perusahaan. b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan akan melangsungkan suatu transaksi usaha
atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan
pihak-pihak lain tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan pengendalian
yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
Riyanto dan Bachruddin 2005 menyatakan bahwa informasi yang asimetri menyebabkan kesulitan dalam penetapan harga jual di pasar
perdana. Hal ini terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa sebelum pelaksanaan
penawaran perdana,
saham perusahaan
belum diperdagangkan. Calon investor menghadapi kesulitan untuk menilai dan
29 menentukan harga wajar pada saat penawaran perdana. Keterbatasan
informasi tentang apa dan siapa perusahaan yang akan melaksanakan penawaran perdana tersebut, membuat calon investor harus menganalisis
secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan untuk membeli saham pada saat penawaran perdana.
Adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal memicu timbulnya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh agent,
karena agent lebih mengetahui mengenai kondisi perusahaan saat ini dan prospeknya di masa mendatang dibanding dengan principal. Upaya untuk
merekayasa informasi melalui praktik manjemen laba telah menjadi faktor utama yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
fundamental suatu perusahaan. Oleh karena itu, perekayasaan laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan
informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan
informasi antara pihak manajemen dengan pemegang saham Hairu, 2009 dalam Astanti, 2012. Ini memberikan suatu gambaran bahwa tingkat
asimetri informasi bisa mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba.
30
4. Leverage