59 b. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui seluruh
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji
pada tingkat signifikansi 0.05 Ghozali, 2011:98. Kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis akan didasarkan pada nilai
probabilitas signifikansi. Jika nilai probablitas signifikansi 0.05, maka hipotesis diterima. Hal ini berarti model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen. Jika nilai probabilitas signifikansi 0.05, maka hipotesis ditolak.
Hal ini berarti model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada sub bab ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel
kontrol yang digunakan dalam penelitian ini dan juga akan disebutkan elemen pengukuran dari masing-masing variabel tersebut yang biasanya
disebut sebagai indikator atau instrument penelitian.
60 1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja
dilakukan oleh manajer dimaksudkan untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai kecendrungan atau tingkat yang diinginkan manajer.
Pambudi dan
Sumantri 2014
menyatakan bahwa
adanya kecendrungan lebih memperhatikan laba ini sangat disadari oleh
manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut, sehingga
mendorong timbulnya
perilaku menyimpang dysfunctional behavior yang salah satu bentuknya
adalah manajemen laba. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan discretionary accrual. Discretionary accruals dihitung
dengan cara menyelisihkan total accruals TACC dan nondiscretionary accruals NDACC. Dalam menghitung DACC,
digunakan model Modified Jones. Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. 1995 dalam Purwanti
2011. Model perhitungan sebagai berikut : TAC = Nit – CFOit
Nilai total accrual TA yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:
61 TAitAit-1 = β1 1Ait-1 + β2 ΔRevtAit-1 + β3 PPEtAit-1 + e
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accruals NDA dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β11Ait-1 + β2 ΔRevtAit-1 – ΔRectAit-1 + β3 PPEtAit-1
Selanjutnya discretionary accruals DA dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAitAit-1 – NDAit Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode
ke t TAit
= Total Accrual perusahaan i pada periode ke t Nit
= Laba Bersih perusahaan i pada periode ke t CFOit
= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode
Ke t Ait-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 ΔRevt
= perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt
= aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRect
= perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e
= error
62 2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah asimetri informasi, leverage, biaya politik dan kompensasi bonus.
a. Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah keadaan dimana manajer lebih
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemegang saham dan stakeholder
lainnya. Muliati 2011 menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer perusahaan memiliki
akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan.
Ifonie 2012 melihat asimetri informasi sebagai ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan
pemegang saham atau stakeholder lainnya, dimana manjer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa
depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Rahmawati et all 2006 dan Putra et all 2014 mengukur asimetri informasi dengan
menggunakan bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai berikut:
SPREAD = {ASK it – BID it ASK it + BID it 2 } x
100 Keterangan:
ASK it = harga ask tertinggi saham perusahan i pada tahun t BID it = harga bid terendah saham perusahaan i pada tahun t
63 b. Leverage
Leverage adalah rasio antara jumlah total hutang dengan total modal sendiri. Jao dan Pagulung 2011 menyatakan bahwa
leverage menunjukkan perbandingan dana yang dipinjam dari kreditur dibanding dengan dana yang disediakan oleh pemiliknya.
Pambudi dan Sumatri 2014 melihat leverage sebagai perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva
perusahaan, dimana rasio ini menunjukan besarnya besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Jao dan Pagulung 2011
mengukur leverage dengan mengunakan rasio total hutang terhadap total ekuitas. Sejalan dengan Jao dan Pagulung 2011,
Agustia 2013 mengukur leverage menggunakan rasio Debt to Asset, yaitu perbandingan total kewajiban hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, maka variabel leverage dalam penelitian ini diukur atau dihitung dengan rumus sebagai berikut:
��� =
T al H a g T al A e
Keterangan : LEV
: Leverage Total Hutang : Total hutang pada akhir tahun t
Total Aset : Total aset pada akhir tahun t
64 c. Kompensasi Bonus
Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive
accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode
akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat menigkatkan nilai sekarang bonus yang
akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih Watts and
Zimmerman,1990. Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba
untuk memaksimalkan bonus yang akan diterima. Pujianti dan Arfan 2013 dan Elfira 2014 mengukur
variabel kompensasi bonus dengan menggunakan variabel dummy, yaitu menggunakan skala 1 apabila ada pemberian kompensasi
bonus kepada manajemen dan skala 0 apabila tidak terdapat pemberian kompensasi bonus kepada manajemen. Berdasarkan
penelitian-penelitian terdahulu, kompensasi bonus pada penelitian ini diukur dengan variabel dummy, dimana perusahaan yang
memberikan bonus diberi nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak memberikan bonus diberi nilai 0.
65 d. Biaya Politik
Watts dan Zimmerman 1986 dalam Muliati 2011, menyatakan bahwa, political cost hypothesis menyatakan bahwa
perusahaan cenderung akan menurunkan nilai labanya untuk mengurangi biaya politik mereka. Karena perusahaan dengan nilai
laba yang tinggi akan memunculkan biaya politik yang tinggi pula, misalnya peninggkatan pajak yang dilakukan pemerintah bagi
perusahaan. Zimmerman 1983 dalam Handayani dan Rachadi 2009
menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk biaya politik political cost. Ukuran perusahaan
sendiri dapat dilihat dari total aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi
yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan lebih berhati-hati
dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva perusahaan dan dapat juga dilihat dari total penjualan perusahaan.
Nuryaman 2008 dalam Muliati 2011 mengukur ukuran perusahaan dengan menggunakan hasil logaritma total penjualan.
Guna dan Herawaty 2010 mengukur ukuran perusahaan dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan. Sejalan
66 dengan Guna dan Herawaty 2010, Muliati 2011 juga
menggunakan hasil logaritma total aset perusahaan untuk mengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu, variabel biaya politik dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahan, dimana ukuran perusahaan ini diukur
dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan. 3. Variabel Kontrol
Dalam penelitian ini menggunakan variabel arus kas dari aktivitas operasi karena sesuai dengan penelitian Pradhana dan
Rudiawarni 2013 terdapat hubungan negatif antara arus kas operasi dengan akrual diskresioner perusahaan. Sehingga variabel OCF dalam
penelitian ini diperkirakan memiliki tanda negatif pada hasil regresi. Variabel ini diukur berdasarkan nilai operating cah flow laporan arus
kas akhir tahun berjalan di bagi dengan total aset akhir tahun berjalan Pradhana dan Rudiawarni, 2013.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel
Indikator Pengukuran
1 Variabel Dependen Y:
Manajemen Laba Dechow et all, 1995
dalam Purwanti, 2011 Variabel
manajemen laba diukur mengunakan
Discretionary Accrual Rasio
67 2
Variabel Independen
X1: Asimetri Informasi
Putra et all, 2014 Variabel
Asimetri Informasi
diukur menggunakan
Bid-Ask Spread
Rasio
3 Variabel
Independen X2:
Leverage Agustia, 2013
Variabel Leverage
diukur menggunkan
Debt to Asset yaitu : Total Hutang
Total Aset Rasio
4 Variabel
Independen X3:
Kompensasi Bonus Pujianti
dan Arfan,
2013 Variabel
kompensasi bonus
diukur menggunakan
dummy, dimana jika perusahaan
memberikan bonus
diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak
memberikan bonus
diberi nilai 0 Nominal
5 Variabel
Independen X4:
Biaya Politik Zimmerman,
1983 dalam Handayani dan
Rachadi, 2009
dan Muliati, 2011
Diproksikan dengan
ukuran perusahan,
dengan pandangan
perusahan dengan total asset
yang besar
memiliki biaya politik yang
tinggi. Diukur
dengan Logaritma
Natural Ln total aset Rasio
6 Variabel Kontrol X5:
Operating Cash Flow Pradhana
dan Rudiawarni, 2013
Variabel Operating
Cash Flow
dalam penelitian
ini diukur
dengan arus kas operasi total aset
Rasio
Sumber: Data sekunder diolah
68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN