pula dengan negara, sama dengan individu memiliki umur yang alami. Umur suatu negara biasanya hanya tiga generasi dengan hitungan satu generasi sama
dengan empat puluh tahun, maka dengan demikian umur suatu negara menurutnya adalah seratus dua puluh tahun. Umur tiga generasi tersebut dibagi
menjadi lima tahapan, yang harus dilalui oleh masyarakat tersebut .
a. Tahap Pendirian Negara
Tahap pertama: Tahap pendirian negara. negara tidak akan tegak kecuali
dengan ’ashabiyah solidaritas sosial. Karena dengan adanya ’ashabiyah akan membuat orang menyatukan upaya untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu
mempertahankan diri, dan menolak atau mengalahkan musuh.
89
Pada tahap ini seorang penguasa belum lama memegang tampuk pemerintahan. Karena itu ia masih membutuhkan ashabiyah sebagai mediator dalam mencanangkan
fondasi-fondasi kerajaannya. Dengan demikian kekuasan pada tahap ini dimiliki bersama oleh si pemegang pimpinan, kaumnya, dan kelompoknya. Menurut Ibn
Khaldun, tahap pertama adalah tahap untuk mencapai tujuan, menaklukan berbagai halangan dan rintangan, menguasai kekuasaan dan merebutnya dari tangan negara
sebelumnya. Pada tahan ini si pemegang kekuasaan merupakan seseorang yang ideal bagi kelompoknya dalam meraih kejayaan, memperoleh kakayaan, dan mempertahankan
diri serta melindungi bawahannya. Itulah tujuan ashabiyah yakni mengantarkan pada
89
Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, h.171
kemenangan. Pada tahap ini diwarnai dengan pola kehidupan yang sederhana dan rendah peringkatnya. Sang penguasa belum mengenal kemewahan, dengan
melibatkan berbagai pihak dalam mempertahankan bentuk penghidupan yang demikian itu maka sikap yang berani dan kekuatan jasmaniah masih dimiliki ole semua anggota
ashabiyah.
90
b. Tahap Pemusatan Kekuasaan
Tahap kedua : yaitu tahap pemusatan kekuasaan. Menurut Ibn Khaldun;
pemusatan kekuasaan merupakan kecenderungan yang alamiah pada manusia. Karena seorang penguasa melihat bahwa kekuasaannya telah mapan maka ia akan berupaya,
menghancurkan ashabiyah solidaritas sosial, memonopoli kekuasaan, dan menjauhkan anggota-anggota ashabiyah dari roda pemerintahan. Dan beralih kedudukan dari
seorang pemimpin ashabiyah menjadi raja atau pemegang kekuasaan.
91
Dalam hal ini dialah yang menegakkan negara.
Dalam kitab al-Muqaddimah, Ibn Khaldun berpendapat bahwa dalam suatu keluarga itu tentu saja terdapat sejumlah orang yang terkemuka yang dapat
memimpin dan menguasai, karena itu orang tersebut akan dipilih sebagai pemimpin dari kelompok yang lebih luas karena adanya kelebihan yang dimiliki oleh keluarganya
atas kelompok lain.
90
Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, h.172
91
Abd Rahman, Tarikh Ibn Khaldun jilid I Beirut: Muassasatu Jamali at-Tiba’ati wa an- Nasri, t.th,., h.209
Apabila pimpinan itu sudah dipilih maka watak hewaninya akan menumbuhkan perasaan bangga dan sombong, kemudian ia akan enggan membagi
kekuasaan yang ia miliki dengan orang lain dalam memerintah rakyatnya. Bukan hanya itu, ia akan mengkultuskan dirinya sebagai Tuhan, seperti halnya orang lain juga
akan berbuat demikian. Dalam rangka menjalankan mekanisme dan stabilitas politik yang baik maka hendaknya dalam sebuah negara hanya memiliki seorang kepala
negara, tujuannya adalah untuk menghindari perpecahan dikalangan rakyat. Jika dalam sebuah negara memiliki banyak pemimpin dan mengaku sebagai Tuhan maka akan
terjadi kebingungan dan kekacauan.
92
Ketika pemegang kekuasaan berupaya untuk menaklukkan ashabiyah solidaritas sosial, maka si pemegang kekuasaan meminta bantuan kepada tenaga
tenaga sekutu yang mendapat perlindungan. Dengan kata lain pada tahap ini ia mula mendasarkan diri pada tentara regular guna memelihara kekuasaannya. Mengenai tahap
ini Ibn Khaldun menyatakan sebagai berikut: Pada tahap kedua, ketika raja menunjukan kecenderungan kepada sifat
kelaliman, memonopoli kemegahan, dan menjauhkan kawan-kawan seperjuangannya yang lama, maka sebenarnya rakyat telah menjadi musuhnya. Kemudian untuk
menjauhkan kawan-kawan lamanya dari keikut sertaan dalam menangani masalah- masalah kenegaraan dan mencegah intervensi mereka dalam kekuasaan, maka ia
berputar haluan kepada orang lain, orang asing yang bergantung kepadanya, dan dari
92
Abd Rahman, Tarikh Ibn Khaldun jilid I, h.172
mereka orang-orang asing raja bisa mengharap bantuan. Oleh karena itu, orang-orang asing ini lebih dekat kepadanya dibandingkan dengan rakyatya sendiri. Sehingga
orang-orang asing inilah yang dipekerjakan untuk melayani keperluannya dan merekalah yang diberikan kesenangan dan kehormatan. Sebab mereka bersedia mati untuknya dan
membantunya menjauhkan rakyatnya sendiri dari kedudukan-kedudukan yang pernah mereka isi sewaktu mereka ikut andil dalam kekuasaan. Karena itu maka orang yang
memerintah itu diberi penghormatan dan kesenangan kepada sekutu-sekutu asing yang dilindunginya itu, dan memilih menteri-menteri, gubernur-gubernur, jendral-jendral,
dan pejabat-pejabat keuangannya dari mereka.
93
c. Tahap Kekosongan dan Kesantaian