Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan Tinjauan Pustaka

Atas dasar pemikiran inilah membuat penulis tertarik untuk melakukan analisis yang lebih mendalam dan komprehensif dalam penelitian skripsi dengan judul “IDE DEMOKRASI DALAM KONSEP ’ASHABIYAH IBN KHALDUN”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, penulis perlu melakukan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Pembahasan dalam tulisan ini ini terfokus pada sejauhmana ide demokrasi yang ada dalam konsep ‘ashabiyah Ibn Khaldun. Berdasarkan pembatasan pokok masalah di atas, penulis dapat merumuskan poin-poin yang akan dikaji dalam tulisan ini sebagai berikut : 1. Apakah prinsip konsep ‘ashabiyah sejalan dengan ide demokrasi dalam pengelolaan hidup bernegara dan bermasyarakat? 2. Sejauhmana cakupan konsep ’ashabiyah terhadap nilai dan prosedur demokrasi? 3. Bagaimana implementasi ide demokrasi dalam konsep ’ashabiyah Ibn Khaldun?

C. Tujuan

dan Manfaat Penelitian Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konsep ‘ashabiyah sebagai sebuah konsep yang relevan untuk diterapkan di negara modern. 2. Untuk mengetahui prinsip dan nilai demokratis dalam konsep ‘ashabiyah. 3. Untuk mengetahui konsep ‘ashabiyah sebagai suatu sistem alternatif dalam tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh derajat kesarjanaan Program Studi Siyasah Syar’iyyah. 2. Menambah wacana ilmu pengetahuan dan penelitian dalam konsep ‘ashabiyah Ibn Khaldun dalam tinjauan konsep demokrasi untuk diteruskan dalam penelitian lainnya yang relevan. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dan sekaligus pengembangan khazanah keilmuan dibidang fiqh siyasah dalam konteks ketatanegaraan Islam. 4. Memberikan pemahamaninformasi terhadap masyarakat dunia bahwa konsep ‘ashabiyah dapat diterima sebagai sebuah konsep demokratis yang masih relevan untuk diterapkan hingga saat ini.

D. Tinjauan Pustaka

Sejumlah penelitian dengan bahasan konsep ‘ashabiyah Ibn khaldun tentang kehidupan bernegara dalam tinjauan ketatanegara Islam ataupun ketatanegaraan modern telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik tersebut ataupun yang mengkajinya secara umum yang sejalan dengan bahasan penelitian. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut: Buku pertama, Ibn Khaldun Ter. Ahmadie Thaha, “Muqaddimah” . Ia menguraikan masalah sosial dan sejarah dan beliau hanya satu-satunya intelektual muslim yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris. Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer adalah teori ‘ashabiyah solidaritas sosial sebagai landasan terbentuknya sebuah negara atau dinasti. Konsep ’ashabiyah inilah yang menurut penulis sesuai dengan ide demokrasi. Karena itulah penulis akan menganalisa sejauh mana relevansi ide demokrasi dalam konsep ’ashabiyah Ibn Khaldun. Buku kedua, karya A. Eugene Myers, “Zaman Keemasan Islam : Para Ilmuwan Muslim dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Barat , alih bahasa, M. Maufur al-Khoiri. Buku ini menguraikan tentang kesuksesan Islam dalam hal menjalankan pemerintahan atau kekuasaan dalam bentuk khilafah atau dinasti yang membuat dunia Barat banyak merujuk dan mempelajari ilmu tersebut. Salah seorang pemikir Islam yang hingga saat ini pemikirannya masih dikaji oleh Barat ialah Ibn Khaldun, utamanya dalam teori ’ashabiyahnya. Buku ketiga, yang ditulis oleh Osman Raliby, Ibn Khaldun Tentang Masyarakat dan Negara. Dalam buku ini di uraikan bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk politik atau sosial, yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, karenanya kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi sosial merupakan sebuah keharusan. Pendapat ini agaknya mirip dengan pendapat al-Mawardi dan Abi Rabi’. Buku ini menguraikan juga konsep ’ashabiyah dalam muqaddimah Ibn Khaldun. Utamanya dalam proses pembentukan negara. Buku keempat, yang ditulis oleh Munawir Sjadzali, “Islam dan Tatanegara: Ajaran, sejarah dan pemikiran ”. menguraikan pokok-pokok pemikiran politik Islam pada zaman klasik dan pertengahan. Dalam salah satu subbabnya ia menjabarkan pemikiran Ibn Khaldun tentang konsep ‘ashabiyahnya dalam pembentukan sebuah negara. Namun dalam buku ini tidak menjelaskan secara rinci ataupun detail mengenai konsep ‘ashabiyah baik itu yang hubungannya dengan politik atau agama, akan tetapi buku ini lebih kepada poin inti yang merangkum seluruh bahasan konsep ‘ashabiyah. Buku kelima, yang ditulis oleh Zainab Khudhairi, “Filasafat Sejarah Ibn Khaldun” , alih bahasa Ahmad Rafi’. Dalam salah satu babnya terdapat pandangan Ibn Khaldun mengenai masyarakat nomad primitive dan masyarakat beradab kota, yang diukur dengan áshabiyah. Buku ini dalam subbanya membahas konsep ’ashabiyah, namun dalam hal ini penulis hanya menganalisa dan membandingkannya dengan Ide demokrasi. Buku keenam, Ali Wardi dan Fuad Baali, Ibn Khaldun dan Pemikiran Islam, alih bahasa, Ahmad Thaha. Buku ini menjelaskan tentang pemikiran Ibn Khaldun yang dikaitkan dan diselaraskan dengan pemikiran Islam misalnya dalam hal negara atau pemerintahan. Dalam Buku ini juga menyinggung konsep ’ashabiyah namun lebih kepada pemikiran Ibn Khaldun secara keseluruhan. Buku ketujuh, Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara: Pemikiran Politik Ibn Khaldun . Buku ini menguraikan suatu tipologi negara dengan tolok ukur kekuasaan. Yang menarik dari klasifikasi Ibnu Khaldun mengenai tipologi Negara ialah pendekatanya dengan menggunakan kekuasaan sebagai generik term dan pembagian kekuasaan itu menurut krateria untuk menentukan tipe kelompok apa dari suatu siyasi. Dalam buku ini juga menguraikan konsep ‘ashabiyah khususnya dalam hal perkembangan dan runtuhnya sebuah negara. Skripsi, Haerussalam, Negara dan Agama: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Ibn Khaldun 2007. Dalam salah satu babnya menguraikan tahapan terbentuknya negara serta keruntuhannya. Skiripsi ini tidak membahas konsep ’ashabiyah sebagai landasan pembentukan negara, utamanya dalam proses memperoleh kekuasaan. Skiripsi, Abu Bakar Siddik, Konsep pemikiran Ibn Khaldun 2000. Dalam skiripsi ini dijelaskan bahwa dalam setiap pemikiran Ibn Khaldun tidak bisa lepas dari keadaan masanya, ia dipandang sebagai pemikir yang realis dan rasionalis. Teori ‘ashabiyah-nya dikenal sebagai upaya untuk memahami manusia pada masa lampau dan kini untuk meramalkan masa depan dengan berbagai kecenderungannya. Adapun kekurangan dari skiripsi ini ialah, latar belakang lahirnya konsep ’ashabiyah sebagai awal pembentukan negara tidak dibahas. Oleh karena absennya pembahasan konsep ‘ashabiyah yang hubungannya dengan ide demokrasi utamanya dalam hal kekuasaan dan pemerintahan, maka sangatlah relevan dan signifikan jika penulis melakukan analisis ide demokrasi dalam konsep ‘ashabiyah Ibn Khaldun yang akan penulis tuangkan dalam bentuk skiripsi.

E. Metode Penelitian