Biografi dan Setting Sosial Ibn Khaldun

BAB III TINJAUAN KONSEP ‘ASHABIYAH IBN KHALDUN

A. Biografi dan Setting Sosial Ibn Khaldun

Ibn Khaldun bernama lengkap Waliudin Abdurrahman bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin Khaldun al-Hadrami, lahir di Tunisia, 1 Ramadhan 732 H 27 Mei 1332 M. Ia berasal dari Hadramaut Yaman, dan silsilahnya sampai kepada salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Wali bin Hujr dari Kabilah Kindah. Cucu Wali bernama Khalid bin Usman memasuki daerah Andalusia pada abad ke-3 H. Anak cucu Khalid bin Usman ini kelak membentuk keluarga bani Khaldun, asal nama Ibn Khaldun. Bani Khaldun ini tumbuh dan berkembang di kota Qarmunah Carmona di Andalusia Spanyol, selanjutnya hijrah ke Isybilia Sevilla, tempat banyak anak cucu Bani Khaldun menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. Pada masa kecilnya di Tunisia, ia belajar berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti mantik, filsafat, fiqih, dan sejarah. Ia juga menghafal al- Qur’an serta mempelajari ilmu bahasa dan tajwid. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri, dan selanjutnya ulama Andalusia yang karena kemelut di Andalusia hijrah ke Tunisia, bersamaan dengan naiknya Abu al-Hasan, pemimpin Bani Marin 1347. Studinya terhenti ketika tiba-tiba sebagian belahan dunia timur terjangkit wabah pes, pada 797 H 1348 M, sehingga banyak tokoh politik dan ulama yang hijrah ke Andalusia. 36 Ibn Khaldun menghabiskan lebih dari dua pertiga umurnya di kawasan Afrika Barat laut, yang sekarang ini berdiri negara-negara Tunisia, Aljazair dan Maroko serta Andalusia yang terletak di ujung selatan Spanyol. Pada zaman ini kawasan tersebut tidak pernah menikmati sebuah stabilitas dan ketenangan politik, sebaliknya merupakan kancah perebutan dan kekuasaan antar dinasti dan juga pemberontakan sehingga kawasan itu atau sebagian darinya sering berpindah tangan dari satu dinasti ke dinasti yang lain. Kenyataan tersebut sangat mewarnai hidup dan karir Ibn Khaldun. 37 Ibn Khaldun meniti karirnya dibidang pemerintahan dan politik di kawasan Afrika Barat dan Andalusia selama hampir seperempat abad. Dalam kurun waktu itu lebih dari sepuluh kali dia berpindah jabatan dan seringkali bergeser loyalitas dari satu dinasti ke dinasti yang lain dan dari satu pengusaha ke pengusaha yang lain pada dinasti yang sama. 38 Pada usia 21 tahun 751 H 1350 M, ia diangkat sebagai sekretaris Sultan al-Fadl dari dinasti Hafs, tetapi ia kemudian berhenti karena penguasa ini kalah perang 753 H1352 M, dan Ibn 36 Rahman Zainuddin,, Ilmu Sejarah, Sosial dan Politik, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam , Cet.II, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, h.274. 37 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran Jakarta :Universitas Indonesia Press, 1993, h.90-91 38 Ibid., h.91-92. Khaldun pun terdampar di kota Baskara, Maghribi Tengah Aljazair. Disini ia berusaha bertemu dengan Abu Anan dari Bani Marin, dan pada tahun 755 H 1354 ia diangkat menjadi anggota majelis ilmu pengetahuan, dan kemudian menjadi sekretaris sultan. Jabatan ini di pegangnya sampai tahun 763 H1361 M dengan dua kali sempat dipenjara sampai saat wazir Usman bin Abdullah marah kepadanya dan memerintahkannya untuk meninggalkan Tunisia. Ia pin pergi ke Granada pada tahun 764 H 1363 M tempat sultan Bani Ahmar memerintah. Ketika hubungannya dengan sultan mengalami keretakan, ia berpindah haluan kepada Abu Abdillah Muhammad, pemimpin Bani Hafs yang kemudian mengangkatnya sebagai perdana mentri merangkap khatib negara, sampai Bijayah jatuh tangan Sultan Abu al-Abbas Ahmad. 39 Pada masa ini, Ibn Khaldun di angkat lagi sebagai perdana menteri, sampai ia pergi ke Baskarah. Di Baskarah ini ia berkirim surat untuk memberikan dukungan kepada sultan Tilmisan dari Bani Abdil Wad, Abu Hammu. Sultan memberikan jabatan penting di dalam kesultanannya, tetapi ditolak oleh Ibn Khaldun. Dan mengusulkan kakaknya yang bernama Yahya untuk menjadi pengganti posisinya. Namun demikian, Ibn Khaldun tetap membantunya mengumpulkan beberapa suku untuk memihak kepada Abu Hammu melawan Abu Abbas. 40 39 Zainuddin,, Ilmu Sejarah, Sosial dan Politik, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Edisi II , h.274. 40 Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pemikiran Islam, penerjemah Ahmad Thaha Jakarta : Pustaka Firdaus, 1989. h.22. Setelah mengabdi kepada pemerintah yang satu dengan yang lain, Ibn Khaldun merasa lelah dalam petualangan politiknya. Ketika Abu Hamu memintanya untuk mencari dukungan politik dari para suku lebih banyak, dia memanfaatkan kesempatan ini untuk meninggalkan politik. 41 Sekalipun usahanya tidak pernah lelah namun dia gagal membawa perdamaian diantara negara-negara kecil di Afrika dan memutuskan untuk mengasingkan diri di Oran, pinggiran kota Tunisia, disinilah selama empat tahun dia mencurahkan dirinya untuk meneliti sejarah dan menulis Muqaddimah. 42 Pada tahun 780 H1378 M, Ibn Khaldun kembali ketanah airnya Tunisia, disana ia merevisi kitab al-Ibar–nya. Kemudian pada tahun 784 H1382 M ia berangkat ke Iskandariyah, Mesir, untuk menghindari kekacauan politik di Maghribi, kemudian ia pergi ke Kairo. Di Kairo Ibn Khaldun mengambil jalur di dunia pendidikan, selain sebagai seorang hakim di pengadilan. Disini ia sangat disukai karena penjelasannya yang mengesankan mengenai berbagai fenomena sosial. Ibn Khaldun wafat pada tahun 808 H 1406 M, tak lama setelah ditunjuk keenam kalinya sebagai hakim, dan dimakamkan dikawasan pemakaman orang sufi di Kairo Mesir. 43 41 Hakimul Ikhwan Afandi, Akar Konflik Sepanjang Zaman: Elaborasi Pemikiran Ibn Khaldun , Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, h.29. 42 Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Penerjemah Ahmad Rafi’ Bandung: Pustaka, 1995, h.15. 43 Ibid., h.31.

B. Latar Belakang Lahirnya Pemikiran ’Ashabiyah