Al-Qur’an al-Hadits Dalil al-Qur’an dan al-Hadits dalam Konsep ’Ashabiyah Ibn Khaldun

keburukan serta kejahatan-kejahatan yang mudah muncul bersamaan dengan adanya kekuasaan, misalnya perbuatan sewenang-wenang, ketidak adilan, dan keinginan bermandikan kesenangan lepas dari kepatutan. 66

E. Dalil al-Qur’an dan al-Hadits dalam Konsep ’Ashabiyah Ibn Khaldun

Berikut dalil dan sekaligus landasan pemikiran Ibn Khaldun mengenai negara dan pemerintahan serta hubungannya dengan warga negara yang tertuang dalam konsep ’ashabiyah:

1. Al-Qur’an

a. Pemberian kedaulatan ... ﷲاو ءﺎ ﻜـ ﻰ ﺆ ... Artinya: “Allah memberikan kerajaanNya kepada siapa yang Dia kehendaki” QS. Al-Baqarah: 247 67 b. Taat kepada pemimpin atau ulil amri ﻜ ﺮ ﻷا ﻰ وأو لﻮ ﺮ ا اﻮ أو ﷲا اﻮ أ اﻮ اء ﺬ ا ﺎﻬ ﺎ ... Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu…QS. An-Nisa: 59 68 66 Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat, h.74 67 Di kutip dari, Muqaddimah Ibn Khaldun. Penerjemah Ahmadie Thaha, h. 190 68 Ibid., h. 238 c. Persamaan kesetaraan status sebagai manusia ﻮ آﺎ و ﻰ أو ﺮآذ آﺎ ﺧ نإ سﺎ اﺎﻬ اﺎ نإ ،اﻮ رﺎ ﺋﺎ و ﺎ ﺮ ﺧ ﷲا نإ ، آﺎ أ ﷲا ﺪ ﻜ ﺮآأ . Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. QS. Al-Hujurat: 13 69 d. Banyak Tuhan akan terjadi Kekacauan atau Kehancuran نﺎآ ﻮ ﺎ ﺪ ﷲا إ ﺔﻬ اء ﺎ ﻬ ... Artinya: ”Sekiranya ada dilangit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentunya keduanya itu telah rusak binasa...” QS. Al-Anbiya: 22 70

2. al-Hadits

a. Pemimpin keturunan Quraysi dirasionalisasikan oleh Ibn Khaldun لﺎ ﺪ ا ا ﺔ ﺎ ﺮ ﺪ ﺎ أ ﻰ ﺪ ﷲا ﺪ ﺎ ﺪ : ىرﺰ ا هو ﺮ ﻜ ﺪ لﺎ : ﻚ ﺎ أ لﺎ : ﺎ ﺎ ﺪ ﻚ ﺪ ا ﷲا ﻰ ﺻ ﷲا لﻮ ر نا ﺪ ا آ ﺪ ا و ا بﺎ مﺎ و لﺎ : نا ﺎ ﻚ ذ ﺎ ﻬ ﻜ و ،ﺎ ﻜ ﻬ نا ، ﺮ ﺔ ﺋ ا ﻚ ذ ،اﻮ ﺪ اﻮ ﻜ ناو ،اﻮ و اوﺪهﺎ ناو ،اﻮ ﺮ اﻮ ﺮ ا ا سﺎ او ،ﺔﻜﺋ او ،ﷲا ﺔ ﻬ . ﺪ ا اور 69 Di kutip dari, Muqaddimah, h. 248 70 Ibid., h. 203 Artinya: “ Abdullah bercerita kepada saya, Abi Sanaa Muhammad bin Ja’far Sanaa keturunan Ali bin al-Asad berkata: Bakir bin Wahab al-Jazuri berkata: Anas bin Malik berkata kepada saya, akan saya ceritakan kepadamu suatu Hadits yang membahas tentang kepemimpinan. Sesungguhnya Rasulullah SAW waktu itu berdiri di depan pintu dan kita ada disampingnya, kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Pemimpin dari suku Quraysi itu bisa benar menurut kita dan para pemimpin kita bisa benar menurut mereka, dengan syarat jika ada yang meminta kasih sayang pertolongan maka sayangilah, jika kalian berjanji maka tepatilah dan jika kalian menghukum maka kalian harus bersifat adil. Barang siapa yang tidak melaksanakan perkara tersebut maka Allah, Malaikat dan semua manusia akan melaknat pemimpin tersebut. HR. Ahmad 71 b. Nabi diutus mendapat dukungan kaumnya ﺎ و ا ﺪ ﺎ ﷲا ﻮ ﺔ . ﺪ ا اور Artinya: “Allah tidak mengutus seorang Nabi kecuali bilamana ia mendapat dukungan dari kaumnya”. HR. Ahmad 72 c. Mencegah Kemungkaran نﺈ ﺎ نﺈ ﺪ ﺮ ﻐ اﺮﻜ ﻜ ىأر نﺎ ﻹا ﺿأ ﻚ ذو . اور Artinya: “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran hal yang keji, buruk, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman”. HR. Muslim 73 Ibn Khaldun adalah seorang pemikir Islam yang banyak merujuk al Qur’an dan al Hadits sebagai landasan pemikirannya. 71 Di kutip dari, Oesman Raliby, Ibn Khaldun Tentang Masyarakat dan Negara, h 117 72 Di kutip dari, Zainuddin, Pemikiran Politik Ibn Khaldun, h. 165 73 Di kutip dari, Muqaddimah, h. 194

BAB IV ANALISIS IDE DEMOKRASI DALAM KONSEP ‘ASHABIYAH

IBN KHALDUN

A. Konsep ’Ashabiyah Sebagai Dasar Pembentukan Negara dan Pemerintahan

Konsep ‘ashabiyah mempunyai perang penting dalam mencegah konflik dan ketidak adilan dan untuk menjaga kebersamaan masyarakat, hal ini karena kapasitas individu yang tidak memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan dasarnya atau bahkan mempertahankan diri. Umat manusia secara alamiah adalah kelompok sosial dan cenderung untuk hidup bersama. Manusia sangat memerlukan bantuan dan kerjasama dengan yang lain, tetapi manusia tidak dapat hidup bersama dan bekerjasama dalam suasana konflik, permusuhan udwan dan ketidak adilan zhalim. Hal-hal tersebut akan membuat kehidupan sosial tidak mungkin dapat diwujudkan. Untuk itulah diperlukan ‘ashabiyah group feeling dan wazi kekuatan pengendalian atau pemerintah. 74 ’Ashabiyah adalah rasa solidaritas sosial yang di dalamnya terdapat suku- suku atau kelompok yang bekerjasama untuk kepentingan bersama. Akan tetapi rasa solidaritas sosial tersebut akan hancur bilamana suatu suku atau kelompok tersebut terpecah belah atau tidak mau lagi bekerjasama. Karena alasan inilah, 74 Ibn Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadie Thaha Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000, h.166.